After 5 Years - 3

462 47 12
                                    

•••
Khaotung baru kembali dari kamar Keena, dia baru saja menemani putranya tidur. Hari ini dia sangat tersiksa setelah diberi hadiah oleh First di kamar mandi tadi, lalu dia harus mengantar Zan pulang karena perintah putranya. Sekarang Khaotung yang akan mengatakan jika dia lelah.

Tapi saat melihat First tertidur dengan lelap, rasa lelahnya hilang begitu saja. Dia berjalan ke tempat tidur dan membenarkan selimut yang First kenakan. "Capek banget kayaknya."

Khaotung dengan perlahan naik ke tempat tidur, tubuhnya juga butuh istirahat. Dengan hati-hati dia berbaring di sebelah First dan masuk kedalam selimut yang sama.

Ternyata First sedikit terusik dengan gerakan Khaotung, dia terbangun dan menghadapkan tubuhnya langsung ke arah Khaotung. Tangannya dengan sigap memeluk tubuh Khaotung dengan erat.

"Gue bikin lo bangun ya ?" Tanya Khaotung cemas.

Tapi First menggelengkan kepalanya lemas kemudian mencium bibir milik Khaotung sekilas. "Capek hari ini ya? Ngurusin saya, ngurusin Keena, ngurusin rumah."

Khaotung mengangguk, dia tidak bisa berbohong. "First," panggilnya.

"Hmm?"

"Lo ada masalah?" Khaotung berani bertanya karena tubuh First sudah meresponnya dengan baik.

"Sedikit, tapi gak papa biar jadi urusan saya. Ngomong-ngomong, besok ada kegiatan bakti sosial di salah satu panti asuhan deket kantor ayah, mau ikut?" Tanya First.

Khaotung tidak akan memaksa jika memang First tidak ingin bercerita padanya, First pasti akan bercerita jika dia mau.

"Ngedenger panti asuhan gue jadi kepikiran gimana kalo kita adopsi anak? Ya lo tau sendiri gue cowo, gak mungkin gue bisa bikin adik buat Keena," usulnya.

"Kamu pengen Keena jadi Abang?"

Khaotung mengangguk. "Lucu kan kalo Keena punya adik."

First tidak bisa menolak permintaannya, dia tahu jika membahas soal ini sangat sensitif, itu sebabnya First setuju tanpa pertimbangan. Lagi, rumah ini akan semakin ramai jika ada tambahan anggota keluarga.

"Saya sih udah punya dua bayi, tapi nambah satu lagi seru kayaknya. Mau Keena punya adik cowok apa cewek? " First terkekeh sembari mengacak-acak rambut Khaotung.

"Cowok boleh biar bekas baju Keena bisa kepake, jadi kita gak perlu beli baju lagi."

"Apapun yang kamu minta pasti bakal saya usahain. Tapi ada syaratnya, setiap satu permintaan satu ciuman."

Wajah yang awalnya sumringah tiba-tiba masam, apa kurang puas tadi sampai First melukai bibirnya. "Tadi gue gak minta apa-apa tetep ngasih lo ciuman, sampe badan juga gue kasih ke lo, First."

"Berarti syaratnya mulai berlaku saat ini."

"Lo gak kasian sama bibir gue yang masih luka karena ulah lo tadi?"

First tertawa kecil. "Kalo gitu sebagai gantinya kamu harus peluk saya semaleman."

"Tanpa lo minta juga dari tadi kita pelukan."

Dia benar, bahkan First sendiri yang enggan melepaskan pelukannya. Khaotung menenggelamkan kepalanya pada bidang dada First, aroma tubuh First membuatnya candu.

"Gue tunggu penjelasan kenapa lo minum."

•••
Agenda First hari ini berkunjung ke panti asuhan, jadi hari ini dia yang mengantar putranya ke sekolah. First meminta bantuan guru di sana untuk menjaga Keena selagi dia belum menjemputnya. Kegiatan baksos nya di perkirakan tidak akan selesai dengan cepat, di tambah Khaotung berencana mengadopsi seorang anak.

Mr. Kanaphan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang