01. Makasih.

2.2K 82 8
                                    

•••

Jam weker itu berbunyi sudah hampir tiga menit tapi tak kunjung membangunkan pria yang masih terlelap di tempat tidurnya. Suara bising yang di hasilkan weker itu terdengar sampai ke luar, dan itu menarik perhatian seorang pria lain yang sekarang memasuki ruangan dengan weker yang masih berbunyi itu.

Pria itu menghentikan bunyi yang di hasilkan weker itu. Perlahan dia membuka gorden di kamar itu yang menyebabkan cahaya matahari masuk dan langsung menerpa wajah manis pria yang masih tertidur itu.

Merasa tidurnya terganggu, pria yang tertidur itu segera membuka matanya dan membuka sumpalan di telinganya dengan memasang wajah kesal. Pantas saja weker itu tidak membangunkannya, ingin sebising apapun jika dia menggunakan penutup telinga suara-suara itu tidak akan sampai pada pendengarannya.

"Kenapa di buka sih gordennya, bu?" Kesal pria tersebut yang masih enggan untuk bangkit dari tempat tidur.

"Saya bukan ibu kamu," jawab pria lainnya yang kini tengah merapikan beberapa benda yang tak tersusun di ruangan tersebut.

Sial, dia lupa jika sudah seminggu dia tidak tinggal dengan orangtuanya karena perjanjian dan kontrak konyol yang ditanganinya tanpa pikir panjang. Dan dia juga lupa jika statusnya untuk sekarang tidak lagi lajang sampai kontrak yang dia tandatangan berakhir. Tapi dia tidak akan pernah melupakan statusnya sebagai mahasiswa semester empat di jurusan manajemen.

Khaotung, mahasiswa semester empat, itu segera beranjak dari tempat tidurnya dan menatap malas pria jangkung yang berada di kamarnya. Jika orang tua Khaotung dan orang tua pria itu tidak bersahabat dulunya, mungkin sekarang Khaotung tidak akan terjebak bersama pria itu.

"Mandi dulu, air hangat nya sudah saya siapkan di kamar mandi. Hari ini ada kelas pagi?" Tanya pria itu menghentikan langkah kaki Khaotung yang akan keluar dari kamarnya.

Khaotung mengangguk enggan untuk menatapnya. "Makasih," ucapnya singkat kemudian melanjutkan langkahnya.

Setelah si pemilik meninggalkan kamarnya, Kanaphan atau biasa di sebut First, pria jangkung itu merapikan tempat tidur Khaotung karena asisten rumah tangganya mengundurkan diri dari pekerjaannya dua minggu lalu.

•••

Khaotung sudah rapi dengan pakaian ala kampusnya, begitu pun First yang juga sudah rapi dengan kemeja putih dan dasi panjang hitam pekat di balut jas hitam di tubuhnya. Khaotung sempat tidak berkedip beberapa saat melihat betapa tampannya ketika First menggunakan stelan formal seperti itu.

Khaotung di sadarkan ketika seorang baby sitter dengan seragam khusus menghampiri meja makan, dia membawa seorang bayi laki-laki berusia lima bulan yang tengah menangis di gendongannya.

First segera bangkit dari tempat duduknya dan segera mengambil bayi berusia lima bulan itu kemudian menggendongnya. "Tolong bikinin susu formula buat Keena," suruh First pada baby sitter nya itu.

Khaotung membuang wajahnya ke sembarang arah sambil tetap menghabiskan sarapan miliknya. Dia masih belum menerima jika dia terjebak dengan duda satu anak yang kini bisa di bilang berstatus sebagai suaminya?

Khaotung sudah selesai dengan sarapannya, sementara First masih menggendong Keena, putranya, padahal ini waktunya dia berangkat kerja. Tidak ingin lebih lama berdiam di sana, Khaotung segera menggendong tasnya kemudian mengambil kunci motornya.

"Mau saya anter?" Tanya First saat Khaotung beranjak dari kursinya tanpa mengatakan apapun.

Dengan segera Khaotung menggelengkan kepalanya sembari memperlihatkan kunci motor yang sedang dia pegang. Tidak ingin memperpanjang percakapan, Khaotung segera melangkahkan kakinya untuk melarikan diri.

Mr. Kanaphan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang