25. Bukan Akhir.

471 64 32
                                    

•••
Waktu berjalan dengan cepat, rasanya baru tadi Khaotung selesai kelas dan sekarang matahari sudah berganti dengan bulan. Malam ini berat untuk Khaotung, dia harus menyaksikan langsung bagaimana First menjadi milik orang lain. Khaotung menggunakan stelan jas karena Perth menyuruhnya, dia mengatakan jika ini adalah acara formal, jadi pakaiannya pun harus yang formal.

Khaotung sedikit menyemprotkan parfum ke lehernya untuk formalitas saja. Mendengar kabar Perth sudah menjemput nya, Khaotung bergegas keluar dari kamarnya untuk menemui Perth.

Perth terpesona saat melihat Khaotung keluar dan berjalan kearahnya, walaupun tidak ada kebahagiaan di wajahnya. Menurutnya Khaotung terlihat berbeda dengan stelan jas di tubuhnya, dia terlihat lebih dewasa dan tampan.

"Udah siap banget kayanya," sindir Perth.

"Kalo bukan karena lo, gue gak perlu repot-repot pake jas beginian," gerutunya.

Perth tersenyum, "tapi lo keren kayak gitu, walaupun gemes gemesnya gak ilang."

Ini bukan waktunya untuk bercanda, Khaotung ingin segera menyelesaikan hari ini dan melupakannya esok hari. Jika dia bisa.

"Kita mau tetep ngobrol di sini apa pergi ?" Tanya Khaotung.

"Udah gak sabar banget pengen ketemu Pak First nya," Perth tertawa mengejeknya, "ayo ayo kita pergi sekarang."

"Berisik ya lo, gue tonjok mulut lo biar diem," Khaotung kesal padanya, tapi lawan bicaranya hanya tertawa menanggapinya.

•••

Setelah sampai di sana, hati Khaotung malah semakin gelisah. Banyak sekali tamu undangan yang datang, dan Khaotung semakin gelisah ketika melihat kedua orang tua First yang sedang berbincang di sana. Apa Khaotung harus pergi saja sekarang, mumpung dia belum bertemu dengan tokoh utamanya.

"Mau pulang?" Tanya Perth yang terdengar seperti tantangan untuknya.

Dengan segera Khaotung menggelengkan kepalanya seraya matanya awas memperhatikan keadaan sekitar, yang terpenting First bisa ada di mana saja.

"Gue emang gak akan ngikutin acaranya sampe selesai, tapi bukan berarti gue mau pulang sekarang banget." Khaotung memperlihatkan stelan yang digunakan nya kepada Perth, "lo gak liat outfit gue udah niat gini? Sayang dong kalo di pake bentaran doang," elaknya.

"Iya, sayang juga kalo gue gak liatin lo lama lama pas lagi pake jas gini. Nanti gue bakal suruh lo pake ini lagi, gue yang lamar lo nanti," Perth hanya bergurau.

"Sekali lagi lo ngomong gue tinggalin lo sendiri," kesal Khaotung.

Tapi Perth malah mentertawakannya, "berani emang sendirian di sini?"

Ucapan Perth benar, itu sebabnya Khaotung menatap wajah Perth sambil tersenyum. "Makannya diem ya, Perth."

"Baiklah tuan, perintah mu adalah tugas bagiku," lagi-lagi Perth bermain-main dengan Khaotung. Tapi Perth menyukainya, Khaotung menggemaskan saat marah.

•••
Sudah hampir 20 menit Khaotung di sana, tapi acaranya tak kunjung di mulai. Lagi, First belum menampakkan batang hidungnya sama sekali.

"Ini seriusan acaranya belum di mulai juga? Lama lama gue bosen diem di sini kayak orang kurang kerjaan," gerutu Khaotung.

"Kalo boleh jujur gue juga bosen sih, tapi karena ada lo bosen gue ilang," jawab Perth.

Khaotung malas menjawabnya, dia mengalihkan pandangannya ke lain arah dan langsung menemukan First yang baru saja datang dengan dua penata rias lelaki di sampingnya. Bosan Khaotung hilang sejenak, bisa di katakan dia sedang mengagumi ketampanan First walaupun dari jauh.

Mr. Kanaphan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang