24. GIBRAN

333 21 1
                                    

HAPPY READING

"Sya? Dar?"

Kaget laki-laki tersebut saat mengetahui sosok yang dibelakangnya adalah Rahsya dan Adara. Laki-laki itu merupakan Gibran yang sedang menenangkan dirinya di pantai.

Rahsya dan Adara sama terkejutnya saat melihat kenyataan bahwa yang menangis dan berteriak tadi merupakan Gibran. Gibran yang selama ini dikenal dengan sosok yang ceria namun, tengil rupanya menyimpan kesedihan sendiri.

"Lo kenapa?" tanya Rahsya saat melihat air mata Gibran menetes di wajahnya.

Dengan cepat, Gibran menghapus air matanya sendiri. "Gua gapapa," balas Gibran yang berbohong. Ia tidak ingin terlihat sedih di hadapan orang lain.

"Lo ngapain di sini?" tanya Gibran untuk mengalih topik pembicaraan.

"Nemenin Adara," jawab Rahsya dengan menunjuk Adara yang berdiri tepat di sebelahnya.

Adara tersenyum tipis di hadapan Gibran. Namun, Gibran tak membalas senyuman Adara. Sikap Gibran kali ini sangat dingin kepada Adara, tak seperti biasanya yang selalu lemah lembut.

"Sikap lo ternyata dingin juga ya" batin Adara saat melihat langsung sifat asli dari Gibran.

"Gua duluan ya!" ucap Gibran lalu pergi meninggalkan Rahsya dan Adara yang masih setia berdiri di bibir pantai dengan raut wajah sedih.

Gibran berlalu dari pantai tersebut.
Sementara, Rahsya dan Adara hanya bisa menatap Gibran yang semakin jauh dari pandangan mereka berdua.

"Dia pintar berbohong" batin Rahsya yang ikut sedih saat melihat teman dekatnya menangis. Seharusnya ia ada di saat temannya sedang ada masalah, tetapi Rahsya malah tidak ada di sampingnya.

"Udahlah balik yok, Sya!" ajak Adara dengan perasaan yang gundah.

Rahsya mengangguk. Mereka berdua pun berlalu dari pantai tersebut.

"Maafin gua, Gib. Belum mau mendengarkan penjelasan dari lo. Bahkan ungkapan cinta dari lo yang seharusnya gua jawab besok malah jadi gagal," batin Adara yang merasa sedih dan bersalah atas semua konflik yang terjadi antara dirinya dengan Gibran.

⚝⚝⚝

Sampai sudah Adara di depan gerbang rumahnya yang diantarkan oleh Rahsya.

"Makasii ya, Sya, udah nganterin gua pulang," ucap Adara yang sangat berterima kasih.

"Iya sama sama, Adara"

"Mau mampir dulu enggak?" tawar Adara kepada Rahsya.

"Enggak perlu. Gua mau langsung pulang aja," tolak Rahsya mentah-mentah.

Adara menganggukkan kepalanya. "Kalau gitu gua masuk ya, Sya! Gua capek banget, jadi maaf enggak bisa nungguin lo sampe pulang," ujar Adara lesu.

"Gapapa. Lo masuk sana! Istirahat yang cukup," ucap Rahsya yang mendapatkan acungan jempol dari Adara.

Adara melambaikan tangannya ke arah Rahsya sebelum dirinya masuk ke dalam gerbang rumah. Rahsya membalas lambaian tangan dari Adara.
Tak lama dari itu, Adara berjalan menuju gerbang rumah miliknya.

Setelah, memastikan Adara telah masuk ke dalam gerbang rumahnya, Rahsya menancap gas motor miliknya untuk segera pulang ke rumah.

⚝⚝⚝

Gibran baru saja sampai di rumah miliknya. Ia merasakan sunyi dan gelap di dalam rumahnya. Bagaikan rumah yang tak berpenghuni.

Gibran melihat seluruh pajangan termasuk foto keluarga yang terdapat di area ruang tamu. "Makin hari makin sepi aja rumah ini. Gibran kangen dengan kehangatan di rumah ini," lirih Gibran.

Perantara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang