"Seharian bersama orang yang kita sayangi ternyata seseru itu ya"
HAPPY READING
"Ini beneran engga ada harapan lagi buat gua deketin Adara?" tanya Gibran yang sedang merenung di dalam kamarnya.
Perasaan sedih dan kecewa menguasai isi hatinya. Gibran terlihat begitu lesu seperti tak ada tenaga untuk melakukan suatu kegiatan. Rambutnya semakin berantakan akibat diacak-acak nya sedari tadi. Pesan yang hanya dibaca oleh Gibran, seharusnya mampu membuat Adara mengetahui jika dirinya sedang kecewa.
"Kenapa jatuh cinta itu menyakitkan?" tanya Gibran yang bermonolog sendiri di dalam kamar itu.
"Seharusnya gua engga perlu jatuh cinta sama Adara," ucap Gibran meyakini jika jatuh cinta dengan Adara itu adalah hal yang salah.
Perasaan sedih dan kecewa seketika berubah menjadi perasaan dejavu saat lagu di aplikasi pada handphonenya tak sengaja terputar lagu berjudul Hujan milik Utopia. Lirik lagu pada paragraf ke tiga dan ke empat milik Utopia, mengingatkan dirinya dengan Adara yang sedang pergi berdua, dan di saat itu pula keadaan cuaca di sana sedang hujan. Isi pikirannya kembali mengingat kenangan tentang hujan dan Adara. Lagu itu mampu membuat Gibran terhipnotis setiap penggalan kata pada lagu tersebut.
Gibran menyanyikan lirik lagu pada paragraf ke empat yang menurutnya sangat istimewa, "tentang kau dan hujan, tentang cinta kita yang mengalir seperti air."
Mendengarkan lagu Hujan di saat semua sedang tidak baik-baik saja sepertinya adalah kesalahan yang disengaja. "Kenapa gua dengerin lagu ini sii?" tanya Gibran kesal.
"Kenapa gua harus sedih ya? padahal masih banyak cewek di luar sana yang naksir sama gua," ujar Gibran disertai tawa kecil. Ucapan itu keluar dari mulut Gibran dengan enteng bak orang terkenal yang ditaksir banyak cewek di luar sana.
Ia bangkit dari kasur, lalu berjalan ke arah toilet. Ia mengaca pada cermin yang berada tepat di hadapannya. "Kenapa ya Adara engga bisa ketemuan sama gua?" tanya Gibran di depan cermin tersebut.
"Apa karena dia memang udah ga peduli lagi dengan gua?" tanya Gibran kedua kalinya.
Sebenarnya pertemuan ini, Gibran rencanakan untuk membahas semua permasalahan yang kemarin-kemarin. Namun, kenyataannya Adara tak bisa menjumpai dirinya. Harapan yang ia harapkan pupus begitu saja. "Harapan gua engga sesuai lagi," lirih Gibran frustasi.
Gibran mencuci mukanya di toilet yang terdapat wastafel. Setelah mencuci muka, kini wajah Gibran terlihat begitu lebih segar dibandingkan sebelumnya. Meskipun, tidak menutupi kemungkinan jika rambut miliknya masih berantakan karena ia acak-acak sedari tadi.
"Gua harap Adara selalu bahagia walaupun engga ada gua di sampingnya," ujar Gibran yang merelakan jika nasib kedepannya ia dengan Adara memang tak bisa bersatu.
Hidup terus berjalan, begitu juga dengan Gibran yang harus belajar jika hidupnya memang tak harus sesuai dengan harapannya. Selain itu, Gibran juga harus belajar memperlihatkan ke orang di luar sana, jika dirinya baik-baik saja walaupun kenyataanya ia sedang dihadapi masalah yang tak tahu sampai kapan masalah ini harus dihadapinya. Pura-pura tegar adalah solusi yang tepat untuk menghadapi masalahnya.
⚝⚝⚝
Adara menunggu balasan dari Gibran sekitar 5 menit, namun tak kunjung ada balasannya. Hanya terdapat centang biru pada pesan yang ia kirimkan terakhir pada Gibran. Perasaan bersalah menghantui Adara. Dirinya begitu yakin jika saat ini Gibran pasti sedang kecewa terhadap dirinya.
"Maaf ya, Gib," batin Adara bersalah.
Perasaan campur aduk sepertinya mampu menggambarkan isi hati Adara. Ia merasa bahagia bisa makan bersama dengan Rahsya di hari ini. Namun, di sisi lain ia juga begitu sedih, saat dirinya tak bisa menjumpai Gibran pada hari ini. Seharusnya ia membuka notifikasi pada handphonenya terlebih dahulu dibandingkan harus membukakan pintu. Pepatah yang mengatakan bahwa 'penyesalan datang di akhir' itu nyatanya benar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perantara
Fiksi RemajaAdara Bianca & Gibran Narendra adalah kisah tentang pertemuan dua jiwa yang terjalin dalam konflik. Adara, sosok gadis yang sulit percaya dengan orang yang sudah mengecewainya dan Gibran, sosok pemuda yang berjuang untuk mendapatkan hati Adara meski...