"Gua nggak tahu harus percaya yang mana. Selama ini, gua hanya hidup terikat tanpa perlu saling percaya."
HAPPY READING
Saat mobil Irsyad tiba di tepi pantai, Gibran langsung melangkah masuk tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Irsyad mengernyit, melihat ekspresi sahabatnya yang kusut dan penuh beban. Ia bisa merasakan ada sesuatu yang sangat salah, namun memilih untuk menunggu sampai Gibran siap bicara. Mereka berdua duduk dalam keheningan selama beberapa saat, hanya ditemani oleh suara mesin mobil yang menyala lembut.
“Ada apa, Bro?” tanya Irsyad akhirnya, ketika mobil mulai melaju perlahan meninggalkan pantai. “Lo kelihatan hancur banget.”
Gibran menghela napas panjang, mencoba mengatur emosinya yang masih berkecamuk. “Gua… gua kehilangan Adara,” jawabnya lirih. “Semua yang gua lakuin… semuanya sia-sia.”
Irsyad melirik Gibran sekilas, lalu fokus kembali pada jalanan yang mulai gelap. “Kenapa lo bilang kayak gitu? Bukannya lo udah jelasin ke dia soal Kirana?”
“Itu dia masalahnya,” Gibran mendesah, rasa frustrasi kembali menyergapnya. “Kirana udah ngerusak semuanya. Dia bikin Adara percaya kalau gua enggak bisa diandalkan, kalau gua… pengecut.”
“Dan lebih parahnya lagi, Rahsya juga terlibat dalam masalah ini,” ucap Gibran yang masih tak menyangka dengan kejadian semua ini.
Irsyad sontak terkejut ekspresinya berubah serius. “Rahsya?” gumamnya.
“Iya,” Gibran mengangguk, rahangnya mengeras. “Gua enggak tahu apa yang sebenarnya mereka mau, tapi yang jelas mereka enggak pengen gua sama Adara. Mereka sengaja bikin Adara salah paham, dan sekarang dia percaya kalau gua enggak pernah serius sama dia.”
Irsyad terdiam, mencoba mencerna penjelasan Gibran. Ia tahu hubungan Gibran dan Adara memang sering diwarnai ketegangan, tapi ia tak pernah menyangka Rahsya akan terlibat sejauh ini. “Jadi, apa rencana lo sekarang?”
Gibran menunduk, menatap kosong ke luar jendela. “Gua harus buktiin kebenaran ke Adara. Gua enggak bisa ninggalin dia dengan pemahaman yang salah. Tapi untuk itu, gua butuh bukti.”
Irsyad mengangguk pelan, matanya tajam menatap jalanan yang berkelok di hadapan mereka. “Gua akan bantu lo,” katanya mantap. “Gua akan cari tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan apa hubungan Rahsya sama Kirana.”
“Tapi gimana caranya?” Gibran bertanya dengan nada putus asa. “Kirana pasti udah rencanain semua ini dari awal. Kita enggak punya apa-apa untuk melawan mereka.”
Irsyad tersenyum kecil, meski sorot matanya masih dingin. “Tenang, Bro. Semua orang punya kelemahan. Yang perlu kita lakuin adalah cari tahu kelemahan mereka, dan pakai itu untuk buktikan ke Adara kalau lo enggak bohong.”
Gibran menatap Irsyad, secercah harapan mulai menyala di matanya. “Lo serius mau bantu gua?”
“Tentu aja, Bro,” jawab Irsyad sambil menepuk bahu Gibran dengan mantap. “Lo sahabat gua, dan gua tahu lo enggak akan nyerah gitu aja.”
Gibran terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan. “Oke. Tapi kita harus hati-hati. Rahsya dan Kirana pasti enggak akan tinggal diam kalau mereka tahu kita mulai menyelidiki mereka.”
Irsyad tersenyum tipis. “Jangan khawatir, gua punya beberapa kenalan yang mungkin bisa kasih kita informasi. Lo tenang aja, biar gua yang urus.”
Gibran merasa sedikit lega mendengar tekad Irsyad. Setidaknya, ia tak lagi berjuang sendirian. “Gua benar-benar berterima kasih, Syad. Gua enggak tahu apa yang harus gua lakuin kalau lo enggak ada.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Perantara
Novela JuvenilAdara Bianca & Gibran Narendra adalah kisah tentang pertemuan dua jiwa yang terjalin dalam konflik. Adara, sosok gadis yang sulit percaya dengan orang yang sudah mengecewainya dan Gibran, sosok pemuda yang berjuang untuk mendapatkan hati Adara meski...