01 Adiora

12 2 0
                                    

Hai, perkenalkan nama ku Adiora Reandra Ladezma, tapi panggil saja aku Isabella Reandra karna pria tua bangka yang seharusnya berperan sebagai ayahku, Ferdinan Aslan Ladezma itu tak memperbolehkan ku menggunakan marga keluarganya.

Begitu lucu bukan, kalau tak boleh di pakai, kenapa ia memberi ku nama itu? ah sudah lah nama nya juga ODGJ.

Ibuku, Isabella Karolina Vingtons telah melahirkan 3 keturunan keluarga Ladezma. Dan aku adalah kedua dari 3 bersaudara itu.

Ya, aku anak kedua dan aku satu-satunya anak perempuan di keluarga ini, emm entah lah masih bisa di sebut keluarga atau tidak aku pun sudah tak peduli.

Kakak ku bernama Rakasya Reyndra Ladezma. Ia lebih tua 2 tahun dari ku, Sementara adik ku Rashaka Royndra Ladezma, Ia terpaut 1 tahun dibawah ku.

Sedari kecil, aku tak pernah mendapat kasih sayang kedua orang tua ku, bahkan dahulu saat aku masih berumur 6 tahun, orang tua ku tiba-tiba tidak memperbolehkan ku untuk makan di meja yang sama dengan mereka, dengan alasan aku berisik, padahal ada kakak dan adik ku yang lebih berisik saat itu.

Aku menangis dengan sangat keras tapi aku tak bisa apa-apa saat mereka memerintahkan bik Jum, pengasuh ku, untuk menarik ku dari situ sambil membisikan ku sesuatu "non, cantik, udah yuk, hari ini makan sama bibik aja ya, besok non makan lagi sama mama sama papa ya" berkat kata-kata penenang itu pun aku mulai patuh, karna pada saat itu aku berpikir bahwa besok aku akan kembali makan bersama keluarga ku lagi.

Tapi ternyata salah. Besok nya aku kembali diusir dari meja makan itu. Dengan bentakan, teriakan dan makian mereka mengusir ku.

Dari situ pun, aku sadar bahwa aku tak bisa lagi merasakan arti keluarga, karna hanya dengan makan di meja yang sama lah aku bisa merasakan arti keluarga.

Kalau kalian bertanya, dimana kakak dan adik ku? kenapa mereka tak membelaku?

Sampai saat ini pun aku tak tahu jawaban dari pertanyaan itu. Kata mereka, mereka menyayangiku tapi menurutku, kata-kata itu hanya sebuah ilusi.

Kepahitan hidup ku terus berlanjut.

Sampai pada umur ku yang ke 10 tahun, orang tua ku bercerai.

Saat itu papa dan mama bertengkar hebat, mereka bahkan mengancurkan barang-barang disekitar mereka.

Pada saat itu hanya aku yang berada dirumah, kakak dan adik ku tak ada dirumah, kakak melakukan kursus basket untuk menekuni hobi nya dan adik melakukan kursus renang sesuai hobi nya.

Sekali lagi jangan tanyakan kenapa aku tidak mengikuti kursus sesuai hobiku
aku ini hanya remahan rengginang yang tak diharapkan.

Dan pada saat mereka bercerai, papa membawa kakak dan mama membawa adik.

Aku sangat ingat pada saat itu kata-kata yang mereka keluarkan ketika aku berdiri di tengah-tengah mereka. "Kamu bawa itu anak perempuan mu, aku ga mau bawa dia, calon suami baru ku hanya memperbolehkan ku membawa satu anak" kata mama yang beranjak pergi dari rumah sambil membawa adikku yang terus menatap kearah belakang. Menatap ku.

"WOY ENAK AJA BAWA INI ANAK PEREMPUAN MU, KAMU KIRA SAYA MAU NGURUSIN ANAK PEREMPUAN INI? NYUSAHIN SAJA" papa yang pada saat itu tak terima dengan keputusan sepihak mama pun berusaha mengejar mama keluar, tapi saat berada diluar, mama sudah duduk di mobil dengan ban yang berputar maju meninggalkan halaman rumah ini.

Papa yang melihat itupun merasa kesal, dia dengan cepat kembali masuk kerumah dan menarik kakak untuk ikut bersama nya sambil menatap ku dan berkata "Saya gamau ngurusin kamu, anak perempuan itu ribet." katanya sambil memutarkan bola mata nya yang mirip dengan bola mata ikan lohan itu. "Kamu tinggal sendiri disini sama bik Jum dan tenang saja saya masih punya hati jadi nanti saya kirim uang bulanan lewat bik Jum" lanjut nya setelah itu lanjut menarik tangan kakak yang menatap kearah belakang. Ya, menatap ku seperti yang di lakukan adik.

Hati ku sangat sakit. Saat itu entah mengapa aku tak menangis, aku hanya bisa menatap kepergian mereka dengan harapan kecil bahwa mereka akan kembali dan menarik ku ikut bersama mereka.

Tapi lagi dan lagi itu hanyalah mimpi.

Aku pun hidup dengan rasa sakit dan kecewa yang besar, dan rasa itu masih ada sampai sekarang di umur ku yang baru saja memasuki 16 tahun.

Selama 6 tahun, papa memang tak berbohong, Ia mengirimi ku uang setiap bulan dan membayar uang sekolah ku sampai sekarang.

Selama 6 tahun itu pun, aku tak pernah menemui keluarga ku secara langsung.

Aku hanya pernah melihat mama dan adik di televisi, pada saat itu tergelar sebuah acara untuk kalangan pembisnis yang di tayangkan di televisi dan suami baru mama berada di kalangan pembisnis tersebut.

Selebih nya aku tak pernah melihat mereka lagi.

Dan selama 6 tahun ini, sudah puluhan kali oma dan opa dari pihak mama mengajak ku untuk tinggal bersama mereka.

Tapi aku menolak, aku sudah nyaman hidup sendiri seperti ini, aku juga tak mau bila nantinya aku ikut dengan mereka aku akan bertemu keluarga baru mama.

༺♡༻

Hai sayangnya aku!!

Gimana nih ceritanya?

Bingung gak sih kalian bacanya?

Boleh dong rate 1-10 untuk capt ini hehe

Cur Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang