CHAPTER 28

948 35 2
                                    

Irama terindah di bumi adalah denyut jantung yang selalu berdetak untukmu.

-Bilal Abidzar Ar Rasyid.


°°°°


Pusat perbelanjaan modern yang selalu banyak manusia lalu lalang didalamnya. Hampir 24 jam, tempat ini memang tidak pernah sepi dari pengunjung, entah untuk berbelanja atau hanya sekedar mencari hiburan semata.

Bilal menghentikan mobilnya di tempat parkiran yang sudah disediakan. Lea menatap dari bilik jendela mobil seakan masih bingung. "Kenapa berhenti disini, Mas?"

"Mas mau ngajak kamu jalan jalan, Sayang! Mas itu pengen banget ngabisin waktu berdua sama kamu, jalan bareng, makan bareng. Mas pengen ngerasain pacaran halal kayak orang orang. Apalagi selama kita nikah, kita belum pernah jalan bareng."

"Kamu mau kan jalan bareng sama, Mas?" Sambung Bilal.

Dengan menarik nafas panjangnya. Lea kembali menatap wajah Bilal sambil tersenyum. "Iya, Mas. Aku mau!"

Bilal bergegas keluar dan membukakan pintu mobil untuk Lea. Sambil tersenyum, Bilal langsung menadahkan tangan kanannya dihadapan Lea. "Ayo, sayang!"

Dengan cepat, Lea langsung menyambut tangan Bilal sambil tersenyum sumringah. "Ayo!"

Mereka berdua berjalan kesana kemari mengelilingi setiap sudut Mall, seperti nonton bioskop, belanja baju, beli es krim dan menikmati jajanan lainnya. Mereka benar benar menikmati kebersamaan tanpa melewatkan sedikitpun suasana didalamnya. Canda tawa juga tidak pernah lepas dari bibir mereka berdua.

"Kesana yuk, sayang!" Ucap Bilal sambil menarik pelan tangan Lea untuk menghampiri toko elektronik.

"Mau beli apa, Mas? Silahkan di lihat lihat dulu, Mas?" Sapa pelayan toko.

"Boleh saya lihat contoh contoh laptopnya, Mbak?"

Pelayan itu langsung memberikan berbagai macam contoh laptop milik mereka. Bilal mengamati satu persatu contoh laptopnya dengan penuh teliti.

"Kamu suka yang mana, sayang!" Tanya Bilal ke istrinya yang nampak celingak celinguk menatap sekitar.

"Hah? Aku?" Jawab Lea terkejut.

"Iya, sayang! Pilih aja yang mana yang kamu suka." Lanjut Bilal.

"I- iya!" Sambung Lea dengan terbata bata sambil memilih satu persatu laptop yang berjejer di meja.

"Yang ini aja, Mas!" Ucap Lea menunjuk satu buah laptop yang membuat matanya tidak berani berpaling lagi.

"Mbak. Saya beli yang ini ya!" Ucap Bilal ke pelayan toko.

"Baik. Tunggu sebentar ya, Mas, Mbak!" Jawab pelayan toko sambil mengemas laptop tersebut.

Setelahnya, Bilal langsung melakukan pembayaran dan mengambil laptopnya. "Makasih, Mbak!"

"Iya, sama sama!" Jawab pelayan tersebut.

"Sayang! Ini buat kamu." Ucap Bilal menatap istrinya sambil menyodorkan laptop ditangannya.

"Buat aku?"

"Iya! Mas tahu. Kamu pasti lagi butuh banget sama laptop ini buat ngerjain tugas kuliah."

"Bener buat aku, Mas?"

"Iya, sayang!"

"Makasih suamiku!" Ucap Lea langsung memeluk Bilal dengan erat.

Bilal langsung tersenyum sumringah dan merangkul balik pelukan Lea. "Cieee! Udah nggak malu lagi meluk suaminya. Di tempat umum lagi!"

"Nggak papa. Kan sama suami sendiri."

"Iya, sayang! Tapi kamu meluknya kencang banget. Mas nggak bisa nafas."

"Hehehe! Maaf Mas." Lea langsung melepas pelan pelukannya.

Setelah menikmati keindahan Mall. Bilal juga mengajak Lea makan malam bersama di pinggir jalan.
Suara kendaraan yang lalu lalang, diikuti dinginnya angin malam dan indahnya pesona bulan purnama seakan ikut merasakan cinta dari mereka berdua.

Setelah menghabiskan waktu bersama. Mereka berdua lanjut sholat isya berjamaah sebentar di masjid terdekat. Setelah sholat, mereka berdua memutuskan untuk pulang kerumah.

"Alhamdulillah. Akhirnya sampai juga!" Ucap Bilal langsung menghentikan mobilnya. Ia juga tersenyum manis menatap Lea yang sudah tertidur sangat pulas.

Bilal bergegas keluar dari mobil dan juga menggendong Lea masuk ke dalam rumah menuju kamarnya. Di dalam kamar, Bilal langsung menidurkan Lea di atas ranjang dengan penuh kelembutan.

Sambil menatap, Bilal mengelus pelan rambut Lea dan juga mencium keningnya dengan penuh kasih sayang. "Selamat tidur, sayang."

Tidak lama setelahnya, Lea mulai terjaga dari tidurnya. Tangannya mulai meraba raba kesamping tempat tidurnya. Lea langsung beranjak dari tidurnya dan menatap kesamping seakan bingung. "Mas Bilal kemana ya?"

Lea langsung beranjak berdiri dan memeriksa kamar mandi. Setelahnya, Lea bergegas keluar dari kamarnya sambil berjalan menuruni tangga. Kedua bola matanya terus saja mencari kesana kemari. "Mas? Mas Bilal?"

"Iya, sayang!" Sahut Bilal dari dapur.

Lea bergegas menghampiri Bilal di dapur. "Mas!"

"Sayang, kenapa kamu bangun?" Ucap Bilal sambil mengecup pelan kening Lea.

"Nyariin kamu lah."

"Maaf ya, sayang! Mas belum bisa tidur."

"Terus Mas mau ngapain?"

"Bikin pizza!"

"Emang bisa?"

"Bisa lah, sayang! Mas yakin, kamu pasti bakalan suka banget sama pizza buatan Mas!" Ucap Bilal sambil terus menyiapkan bahan bahan untuk membuat adonan pizza.

"Mas?" Ucap Lea yang memecah fokus Bilal.

"Iya, sayang."

"Aku mau ikut bantuin. Boleh?"

Bilal langsung terdiam sambil menatap wajah Lea. "Boleh dong, sayang!"

Mereka berdua menyiapkan bahan-bahan dan membuat pizza nya bersama sama. Sambil diiringi canda tawa yang begitu terpancar dari raut wajah mereka.

Setelah pizza nya matang. Bilal langsung menyajikannya di atas meja. Lea mengambil satu potong pizza dan memakannya sedikit. "Bismillah."

"Enak?" Tanya Bilal.

"Enak banget, Mas!" jawab Lea sambil menyuapi Bilal.

Bilal mengunyah perlahan pizza nya sambil menikmati rasanya. "Maa syaa Allah!"

Setelah memakan sisa gigitan Bilal. Lea langsung terdiam dan menghentikan makannya.

"Makan lagi dong sayang! Katanya enak?"

"Nggak deh, Mas."

"Kenapa?"

"Takut gendut."

"Sayang. Makan kayak gini nggak bakal bikin kamu gendut. Lagian mau gimana pun bentuk kamu. Mas tetap bakalan suka kok!"

"Beneran nggak papa?"

"Iya, sayang!"

Sambil tersenyum sumringah, Lea langsung mengambil kembali satu potong pizza dan menyantapnya dengan lahap. Lea juga menyuapi Bilal dengan penuh kehangatan.


°°°

Bersambung

Lanjut lagi ke part selanjutnya ya!

Jangan lupa vote dan comment.

Terima kasih.

Love you🤍

Lentara Untuk Zaujaty [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang