19

139 19 0
                                    

DALAM CERITA INI HANYA FIKSI

DAN DILARANG MENYEBARKAN CERITA KE MEDIA SOSIAL MANAPUN

TERIMAKASIH SEBELUMNYA

*

*

*

.

.

.

Chika menghela napas lega.

Chika senang karena telah memutuskan untuk membuka diri kepadanya dan merasa beban di pundaknya terangkat. Ini adalah pertama kalinya dalam waktu yang lama ia merasa benar-benar tenang. Ia merasa puas karena mengetahui bahwa ia selangkah lebih dekat dalam penyembuhan.

Keheningan yang nyaman melingkupi keduanya saat mereka berpelukan.

"Aku tidak tahu mengapa kamu bertingkah pemarah dan jahat di luar, padahal kamu hanyalah beruang raksasa yang suka dipeluk di dalam," gumam Chika sambil tanpa sadar menelusuri bisepnya. Ia melilitkan kakinya dengan kaki Adel dan tangan Adel menariknya lebih dekat padanya, jika memungkinkan.

"Aku tidak jahat dan pemarah." gerutunya Adel.

"Itu bukan yang dikatakan orang-orang di kantor." ucap Chika menatapnya sambil tersenyum menggoda.

"Ya? Dan bagaimana kamu tahu itu?" tanya Adel.

"Aku punya sumbernya." ucap Chika. Dan yang dimaksud sumber adalah Adelyn, yang menyaksikan sendiri kekesalan Adel. Selain itu, Lucas cukup dapat diandalkan karena dia tampaknya tidak bisa menyembunyikan informasi dari pacarnya.

"Kurasa bagi orang lain aku hanyalah monster yang dingin." ucap Adel memutar matanya.

"Kamu bukan monster yang dingin. Orang-orang hanya sulit untuk mengerti tentangmu." bantah Chika, sambil mengulurkan tangan untuk menjentikkan hidungnya.

"Kurasa saat aku masih muda, sulit bagiku untuk memercayai orang lain. Bahkan sekarang, hanya ada beberapa orang terpilih yang bisa kupercaya sepenuhnya. Dan seiring bertambahnya usia, aku jadi mudah mengetahui siapa yang hanya ingin dekat denganku karena uang dan ketenaranku. Banyak sekali orang yang menusukku dari belakang dan menyalahgunakan kepercayaanku demi alasan egois mereka sendiri." ucap Adel mendesah, sangat menyadari bagaimana orang-orang memandangnya.

Adel hampir bisa mendengar rasa sakit yang keluar dari suaranya. Adel bahkan tidak bisa membayangkan berada di posisinya, di mana dia harus terus-menerus waspada terhadap orang-orang yang akan memanipulasi jalan mereka menuju kepercayaannya.

"Kamu pasti kelelahan" bisiknya Chika, sambil mendekat untuk menatap matanya. Kini setelah mereka saling berhadapan, Chika melihat kerapuhan di matanya yang sering tersembunyi di balik wajahnya yang dingin seperti batu.

"Memang melelahkan. Tapi aku tumbuh dengan mengetahui bahwa aku akan menjadi pewaris kerajaan Papaku, jadi aku tahu apa yang diharapkan. Aku senang orang tuaku membesarkan kami semua menjadi orang yang cukup baik. Mamaku akan membuat kekacauan jika kami hanya sekelompok anak manja." jawabnya Adel sambil tersenyum sedih.

"Mamamu terdengar seperti wanita yang luar biasa." saut Chika bisa merasakan betapa Adel peduli pada keluarganya, terutama Mamanya.

"Ya, Mamaku harus membesarkan kami berenam—3 laki-laki dan 3 perempuan. Setelah Adelyn lahir, ia memutuskan bahwa yang terbaik adalah mencegah masyarakat mengetahui nama-nama adikku. Itu adalah cara untuk melindungi mereka dari sorotan publik, terutama setelah melihat sendiri apa yang dialami Aldo, Adeline, dan aku." ucap Adel. Senyum lembut menghiasi wajahnya saat ia teringat Mamanya.

Cruz x San Jose (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang