DALAM CERITA INI HANYA FIKSI
DAN DILARANG MENYEBARKAN CERITA KE MEDIA SOSIAL MANAPUN
TERIMAKASIH SEBELUMNYA
*
*
*
.
.
.
Adel terus aja melototin Chika yang pura-pura nggak lihat ke arahnya.
Chika malah sibuk pura-pura bersiul—padahal dia nggak bisa siulan sama sekali. Tangannya asyik ngeroll lumpia di depan, cuek bebek sama tatapan Adel.
"Eh, liat deh, bagus kan?" kata Chika sambil nyengir malu-malu, nunjukin lumpia yang baru selesai dia gulung. "Kayaknya ini yang paling cakep yang pernah aku bikin. Gimana? Setuju, nggak?"
Adel ngambil lumpia itu dari tangannya, terus langsung ditaruh bareng lumpia yang lain. "Nggak bakal berhasil, Sayang. Aku nggak gampang kejebak."
Chika langsung cemberut, matanya dipasang mode anak anjing. Jurusan akting emang kayaknya salah satu keahlian dia. Adel sempat keliatan hampir nyerah, tapi dia buru-buru ganti mode jadi tegas lagi, meskipun ada senyum kecil ngumpet di bibirnya. Ya, Chika Tamare San Jose memang ratu tipu daya.
"Aku cinta kamu," kata Adel akhirnya, sambil ngelingkerin lengannya ke leher Chika.
Adel nyium dia pelan, tapi Chika masih aja pura-pura jutek. "Kamu tau kan, kamu satu-satunya cowok paling ganteng di mataku," katanya akhirnya, mesem licik.
"Serius nih? Janji?" tanya Adel, masih waspada.
"Janji dong," jawab Chika dengan gaya yang akhirnya bikin Adel nyerah.
"Dia bohong tuh!" teriak Adelen, membelah momen adem jadi chaos. "Aku yang paling ganteng di matanya."
Adel langsung putar mata sambil ngacungin jari tengah ke Adelen dari belakang punggung Chika. Dia nggak peduli lagi, terus nyium Chika lagi. "Aku cinta kamu. Lebih," kata Chika.
"Dih, bucin!" batuk Liam tiba-tiba muncul entah dari mana, sekarang berdiri di sebelah Aldo.
Dan Aldo, seperti biasa, ikut nimbrung. "Cemen lu!" katanya sambil ngakak, bikin Liam ngikik juga.
Adel cuman ngelirik datar. "Yaelah, tunggu aja nanti. Giliran kalian punya pacar, baru tau rasanya. Eh, ngomong-ngomong, kalian masuk sini gimana?"
"Keys," jawab Liam sambil nyengir nggak berdosa.
Adel langsung bingung. "Hah? Kapan gua kasih salinannya ke lu, dasar nyebelin!"
Liam ketawa kecil. "Bukan salah gue dong kalau pacar lo suka naruh kunci sembarangan di kantor."
Dan nggak pake lama, Adel langsung ngejar Liam sambil mencekik kepalanya. "Dasar bocah ngeselin!"
Chika melototin bosnya dengan muka kesal. "Naroh di mejaku bukan berarti aku sembarangan ninggalin, ya!" protesnya sambil lipat tangan.
Liam malah nanggepin dengan muka datar. "Chika, lo ninggalin itu di atas mesin kopi di ruang istirahat—syukur banget gue hapal bentuk gantungan kunci kalian yang matching dan super nyebelin itu."
"Heh!" Chika langsung sewot. "Jangan hina gantungan kunci —itu lucu banget, tau!" Dia noleh ke Adel yang dari tadi natap dia dengan muka nggak percaya. "Aku beneran sengaja kok naruh di sana," lanjutnya, sekarang rada malu-malu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Menyatukan Dua Dunia: Miliarder dan Arsitek (END) [TAHAP REVISI]
RomanceDALAM CERITA INI HANYA FIKSI DAN DILARANG MENYEBARKAN CERITA KE MEDIA SOSIAL MANAPUN. TERIMAKASIH SEBELUMNYA. Radelo Adel Cruz dikenal kejam. Tumbuh sebagai pewaris perusahaan multi-miliar dolar, ia segera menyadari bahwa orang-orang selalu punya mo...