21

367 48 1
                                    

DALAM CERITA INI HANYA FIKSI

DAN DILARANG MENYEBARKAN CERITA KE MEDIA SOSIAL MANAPUN

TERIMAKASIH SEBELUMNYA

*

*

*

.

.

.

Suara hak Chika terdengar "klik-klik" di lobi, sambil dia menggenggam buket bunga erat-erat.

Dia melangkah melewati pintu putar, matanya langsung menangkap mobil Adel yang terparkir rapi. Pas banget jam 6 seperti yang dijanjikan.

Pintu mobil udah nggak terkunci, jadi Chika langsung masuk. Senyumnya sumringah waktu dia duduk di kursi penumpang. Tasnya dia taruh di samping, sementara Adel sigap mengambil bunga dari tangannya dan meletakkannya di kursi belakang.

"Hai," sapa Adel lembut sambil nyuri kesempatan buat cium bibir Chika. Kali ini, Adel udah nyopot jasnya, yang sekarang tergeletak di kursi belakang.

"Hai," balas Chika singkat tapi manis. Adel langsung nyalain mobil dan mulai meluncur meninggalkan trotoar.

"Jadi, gimana hari kamu, Sayang?" tanya Adel sambil melirik sekilas ke arahnya.

"Baik banget, terutama habis ada seseorang spesial yang bikin aku senyum-senyum," jawab Chika sambil mendekat buat nyium pipi Adel. "Makasih banyak, ya."

Lampu merah bikin mobil berhenti sejenak. Adel melirik Chika yang sekarang tersenyum lembut ke arahnya. "Udah pasti dong. Aku senang kalau kamu suka," kata Adel santai.

Chika tiba-tiba nyeletuk sambil menyenggol bahu Adel, "Eh, kamu bentak-bentak orang lagi nggak di kantor hari ini?" Nadanya bercanda, tapi ekspresi isengnya bikin Adel ketawa kecil. Rambut Chika yang tadinya rapi banget pagi ini, sekarang udah agak messy tapi tetap bikin dia makin cantik.

Adel cuma nyengir sambil nginjak gas lagi waktu lampu berubah hijau. Tangan kirinya tetep di setir, sementara tangan kanannya ngegenggam tangan Chika, jari mereka saling terkait.

Dia bawa tangan Chika ke mulutnya, nyium punggung tangannya sebelum ngebiarin tangan mereka balik ke pangkuan Chika. "Hmm, cuma beberapa sih. Mungkin satu atau dua orang aja," jawabnya santai.

"Serius? Kamu beneran marahin orang?" Chika ngelihat ke arah Adel dengan muka kaget yang bikin Adel ketawa.

"Nggak lah, aku bercanda," jawab Adel sambil ngeusap tangan Chika pelan buat nenangin.

"Oh, syukurlah. Soalnya kan, mereka mungkin nggak salah apa-apa," gumam Chika sambil melirik lengan Adel yang baju kemejanya digulung sampai siku. Dia bisa lihat tato Adel sedikit keliatan di balik gulungan lengan baju itu.

"Sejujurnya sih, aku jadi nggak galak-galak amat habis kita Video Call tadi," kata Adel sambil meliriknya sekilas dengan senyum kecil.

Chika ngikik kecil, "Wah, kalau gitu, kayaknya aku harus sering-sering Video Call kamu nih buat lindungi karyawan kamu." Dia berusaha ngeluarin ponsel dari tasnya dengan tangan bebas, tapi nggak berhasil. Begitu dia coba ngelepas genggaman tangan Adel, Adel malah ngegenggam lebih erat, bikin Chika jadi senyum gemes.

"Aku lebih suka ketemu langsung sama kamu, sih," ucap Adel jujur sambil senyum tipis, sementara Chika masih berusaha ngelepasin tangannya dari genggaman Adel. Setelah beberapa detik, dia nyerah dan balik coba ngambil ponselnya pakai satu tangan. Sambil memelototi Adel, dia akhirnya berhasil.

Menyatukan Dua Dunia: Miliarder dan Arsitek (END) [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang