Si Penyendiri dan Problema nya

325 12 0
                                    

Seperti biasa, Sang Hyang Gusti Tunggal memberikan karunia dan berkatnya melalui sinar mentari yang menyinari seluruh Ibukota pagi ini.

Seperti biasa pula, para makhluk yang ada didunia ini bersyukur atas limpahan berkat dari sang matahari, kecuali seorang pria yang masih saja terkungkung di sebuah apartemen, tepatnya di depan komputernya.

Mentari yang semakin tinggi, juga diiringi oleh lalu lintas yang semakin padat, hal itu terlihat jelas di jendela samping meja komputer pria tersebut.

"Bajingan, kalo gini terus bisa mampus aku bulan ini" Ucapnya panik seraya membagi matanya baik di komputer maupun jendela kamar unitnya.

Sebuah dering telepon semakin membuat panik pria tersebut, tapi mau tak mau ia harus menjawabnya.

"Halo! " Ucap suara di ujung sana.

"Halo, ce. Kenapa?? " Jawab pria tersebut.

"Kenapa-kenapa gimana??? Lo gainget apa hari ini sudah harus setor approval buat naik cetak?? Lo dimana sekarang??! "

"Aku masih di apart, ce. Masih.... "

"Abiyasaa!!!! Lo cepetan kesini deh, klien nya udah nungguin. Dia mo balik ke Kota Pendidikan soalnya"

"Iya, ce. Saya langsung otw" Ucap Pria tersebut sambil mematikan telepon nya.

"Mbokne ancok! Kerjo koyo melu Kompeni, digebuki kiwo tengen bendino! (Sialan! Kerja seperti ikut kompeni, dipukuli kanan kiri setiap hari) " Umpatnya sambil mencari bungkus rokoknya yang berserakan di meja komputer miliknya.

Ia pun menghisap rokok Surya kebanggan provinsi asalnya tersebut. Dan kembali menatap layar komputernya.

Pria acak-acakan ini bernama Abiyasa Wijaya. Dengan tampang lusuh dan tak terawat mirip seperti sampul album "Orang Gila" milik Iwan Fals. Abiyasa merupakan pria berumur 32 tahun asal Kota Pahlawan yang sedang menggantungkan nasibnya di Ibukota selama hampir dua lustrum lebih lamanya. Ia bekerja sebagai Desainer Grafis atau Tukang Setting, atau apalah penyebutan masing-masing dari kalian, yang terpenting ia bekerja secara Freelance di beberapa percetakan kecil.

Ia mulai menggeluti bidang percetakan ini setelah kuliahnya di Institut Negeri Ganesha tidak sampai tuntas karena faktor biaya. Dengan bermodal ijazah SMK, ia pun memberanikan diri untuk terjun ke dunia percetakan.

Dan semenjak itulah, Abiyasa menjadi seorang pertapa di dalam apartemennya, baik kebiasaan terutama tampangnya sangat mirip dengan para pertapa.

Sebenarnya Abiyasa sendiri bukanlah pria yang buruk rupa, mata hitamnya yang bulat, hidungnya yang cukup mancung untuk seorang pribumi, bahkan bulu matanya yang lentik pun harus tertutup oleh rambutnya yang keriting gantung acak-acakan. Belum lagi bibir yang seharusnya cerah menjadi kehitaman akibat sigaret Surya yang sekitar dua sampai tiga pack perhari bersarang di paru-parunya.

Herannya, masih ada saja yang mau bekerja sama dengan pria acak-acakan sepertinya.

Abiyasa pun mematikan komputernya dan mencabut harddisk eksternal miliknya, ia pun menguncir rambut ala "Kaka" vokalis Slank nya agar tak terkena air saat ia mandi nanti.

Selesai mandi, iapun bersiap-siap menuju salah satu percetakan di Ibukota dengan kaos hitam dan denim dengan warna senada, ia pun mengenakan sepatu Safety hitam dengan brand Caterpillar favoritnya. Tak lupa juga dengan kalung berliontin jenitri bermukhi 7 yang tak pernah absen dari lehernya, sehingga membuat kesan Dukun atau Pertapa semakin melekat di dirinya.

Ia pun menenteng tas berisi laptop, harddisk dan rokok tentunya lalu berjalan keluar unit menuju parkiran. Banyak dari para penghuni apartemen yang berlalu lalang, namun tak ada satupun seorang yang menyapanya. Ya siapa juga yang hendak menyapa pria berpenampilan dukun sepertinya.

Jiran kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang