Kesaksian

88 10 0
                                    

Sinar surya perlahan mulai muncul dengan gagahnya di kota para Pahlawan ini. Hangatnya pagi menjadi tanda bagi seluruh makhluk hidup untuk kembali memperjuangkan hidupnya di Kota Perjuangan ini.

Tak jauh beda dengan Abiyasa yang sudah berada di teras menikmati sigaret surya favoritnya sembari menyeruput kopi klotok yang bahkan sudah jarang ada di Kota ini.

"Pagii, kakakk" Ucap Seorang gadis yang baru saja keluar menuju teras menghampiri abiyasa.

Abiyasa pun tersenyum dan meraih kepala gadis tersebut lalu mengecup keningnya pelan.

"Mumpung belum ada orang" Ucap Abiyasa pelan saat si Gadis tersebut dengan perlakuan kekasihnya itu.

Sang Gadis pun duduk di sebelah abiyasa.

"Gimana tidurnya, ta?? Nyenyakk?? "

"Hehe. Nyenyak kak. Semalem ngobrol banyak sama parwati. Anaknya asyik kok. Tapi agak ngeselin ya" Ucap Callie

Abiyasa pun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Menurut Abiyasa sendiri, sifat callie kekasihnya tak kurang menyebalkannya dibanding Parwati adiknya.

"Jadi nganterin wati?? " Tanya Abiyasa.

"Iya kak. Nanti jam 10 an. Kakak mau ngapain hari ini? "

"Mau jalan-jalan deket rumah aja. "

"Kakak gamau mampir ke makam?? " Tanya Callie.

Abiyasa pun terkejut mendengar ucapan callie.

"Kita kesana ya kak. Aku pengen ketemu Romo" Sambung callie.

Abiyasa hanya menghela nafasnya pelan. Parwati mungkin cerita banyak ke Callie mengenai hubungan Abiyasa dan Romonya.

Tatapan lembut andalan Callie pun semakin mengintimidasi Abiyasa untuk segera menuruti keinginannya.

"Yaudah, kakak manasin motor dulu ya. "

"Ehh. Sekarang?? "

"Iyaa. Sekarang" Jawab abiyasa heran.

Kini callie yang terdiam melihat abiyasa menuju garasi yang ada disamping rumahnya.

Abiyasa pun membuka sebuah kain yang menutup motor Honda Astrea Prima kepunyaannya. Ingatan Abiyasa pun kembali ke masalalu. Saat ia baru saja lulus dari SMP nya.

Di sebuah siang, abiyasa terduduk seperti biasa di teras depan rumahnya. Ia mengamati lalu lalang kendaraan di depan rumahnya yang entah kenapa semakin padat.

Tak lama kemudian datanglah seorang pria tinggi kekar dengan rambut cepak sambil mengendarai sebuah motor lawas, yakni Astrea Prima.

Pria itupun turun dan membuang rokoknya.

"Rene nang (kesini nak) " Ucap Pria itu.

"Iki bronpit gae kon budhal sekolah sesuk. Ben gak numpak lyn maneh (ini motor untukmu berangkat sekolah besok. Biar nggak naik angkot lagi) "

"Saestu, Romo?? Sembahnuwun (beneran, yah?? Terimakasihbanyak) " Ucap Abiyasa sumringah.

"Haha. Yawis, mergo wis ono pit e, koe nek sekolah seng sregep (yasudah, karena sudah ada motor, kamu sekolah yang rajin). Dadi contoh buat Adhi-adhimu" Ucap Pria itu sambil mengelus-elus kumis tebalnya.

Abiyasa pun kembali tersadar. Ia mencoba untuk menyalakan motornya dan betapa terkejutnya dia bahwa motor yang sudah tak ia gunakan beberapa tahun itu masih sehat dan dapat mudah menyala.

Abiyasa pun menggeber-geberkan Astrea Prima nya untuk memanaskan mesin dari belalang tempur miliknya itu.

Tak lama kemudian abiyasa pun membawa motornya menuju halaman depan rumahnya. Lalu ia turun dan mematikan motornya.

Jiran kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang