Kota Pahlawan yang Panas

83 9 0
                                    

Sebuah pemandangan yang sangat wajar kala siang hari di Kota Pahlawan. Terik mentari tak ada sopan-sopannya menembus masuk ke dalam kulit.

Jika Kota Kembang tercipta saat Tuhan sedang tersenyum, maka Kota Pahlawan tercipta saat Tuhan sedang dalam sisa-sisa amarahnya saat mengusir Iblis dari Surga. Mungkin tak berlebihan jika ada pepatah seperti itu.

Namun dibalik suasana panasnya kota, terdapat sebuah keteduhan di dalam bis kota yang menuju ke salah satu universitas disebelah timur kota.

Di dalam bis tersebut, terlihat dua orang gadis yang berbincang dengan cukup akrab, yakni Parwati dan Callie. Beberapa kali terlihat senyuman di obrolan santai mereka,

"Ehh, mbak. Samean ini semester berapa?? " Tanya Parwati.

"Aku naik semester 6 wat, sama kek kamu kan?? Rencanaku juga ambil magang kok. "

"Heheh. Kirain mbakyu masih semester-semester awal. Habisnya masih keliatan muda, yaa masih cocok sih kalo jadi anak SMA, hehe"

"Hish kamu ini. Bilang kek gitu tapi manggilnya mbak. Kita ini kan seumuran, wat. Panggil tata aja" Jelas callie.

"Ehhh. Ya ndak sopan to, mbak. Samean ini kan pacarnya Mas Yasa, sudah sepantesnya aku manggil 'mbak', hehe"

"Yaudah. Terserah"

"Lhoo mbak. Jangan ngambek. Bener kata Mas Yasa yaa. Mbak Tata gampang ngambek"

Callie pun mengerutkan keningnya,

"Mas Yasa bilang gitu?? " Tanya Callie.

"Hehe. Nggak. aku iseng aja kok, maaf ya mbakk"

"Kamu ini ngeselin yaa" Ucap callie lalu menampar pelan lengan parwati.

"Hahahaha. Damai-damai."

"Aku agak kaget lho mbak pas tau mas Yasa punya cewe lagi. Apalagi, maaf ya, mbak tata keliatan masih muda banget. Aku kira mas Yasa pacaran sm anak dibawah umur, hehe"

"Hmmm. Itulagi-itulagi. Emngnya Yasa gaboleh punya pacar ya?? "

"Ehhh. Gagitu, mbak. Samean tau cerita mantannya mas Yasa?? "

"Kak Veranda?? "

Parwati pun mengangguk pelan.

"Aku cuma pernah denger sih. Tapi gapernah tau cerita lengkapnya. "

"Oalah, yaudah. Biar Mas Yasa aja yang nanti cerita"

Sebuah cubitan pun mendarat di lengan Parwati.

"Hishh. Ceritain dong wat. Kamu ini bikin penasaran aja"

"Heheh. Ampun2. Intinya aja ya kak"

Callie pun mengangguk pelan.

"Mas Yasa itu gapernah pacaran dari sekolah sampe kabur dari rumah. Dulu waktu Mas Yasa ngenalin Kak Veranda liwat telepon, kita semua kaget. Kalo bisa dibilang, mungkin Kak Veranda itu cinta pertamanya kak Yasa. Kita sekeluarga support mereka banget, kok. Jadi waktu denger kabar kak Veranda nikah, kami sedih sekali. " Cerita Parwati.

"Tapi begitulah yang terjadi. Setelah Kak Veranda nikah, Mas Yasa keliatan gapunya semangat hidup. Yaaa mbak Tata tau sendiri kan?? Untungnya Mas Yasa sekarang agak berubah. Makasih ya mbak" Lanjut parwati.

Callie pun hanya tersipu malu mendengar ucapan parwati.

"Wati nggak minta apa-apa sama mbak. Dapur kalian urusan kalian, tapi wati cuma pengen mas Yasa bisa bahagia. Entah gimana kedepannya" Ucap Parwati lagi.

Callie pun hanya mengangguk pelan, bersamaan dengan berhentinya Bis di halte tujuan mereka.

"Yaudah, mbak. Turun yuk, hehe. Lebih lengkapnya, biar Mas Yasa sendiri yang cerita ke mbak." Ucap Parwati menggandeng tangan Callie untuk keluar bis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jiran kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang