Chapter 5

150 20 7
                                    

11:45, Minggu.

Siang ini seperti biasa Naufan, Rizky, Reyhan, dan tentunya Jeffrian tengah asik bermain bola di lapangan hijau yang berada tak jauh dari perumahan tempat tinggal Naufan. Mereka bertiga saling berebut bola menuju gawang yang dijaga oleh Rizky.

duk!

"GOOLLL! YEAHH!!"

Teriakan itu berasal dari Reyhan yang berhasil merebut bola yang sedang digiring Naufan dan kemudian ditendangnya hingga mencetak gol.

Reyhan mencium baju putih polosnya melakukan selebrasi ala pemain sepak bola.

"Oi Jeff, kyy, Fan!! inget mie ayam kantin seminggu!." Seru Reyhan pada teman-teman terutama pada Jeffrian yang sedari tadi memasang muka lelah dan kesal karena ia kalah taruhan.

Jeffrian dengan cengiran jahil meminta bola pada Rizky untuk di tendangnya pada Reyhan yang sedang berjoget mengejeknya.

Rizky hanya menggelengkan kepala dan tertawa melihat tingkah mereka yang kini tengah berlarian saling mengejar satu sama lain untuk saling membalas.

Kepalanya menoleh mencari keberadaan Naufan yang duduk diantara barang-barang mereka, Rizky pun akhirnya melangkah menghampiri dan duduk di sampingnya untuk ikut mengistirahatkan badannya yang lelah.

Sudah cukup lama mereka tadi bermain untuk menentukan siapa yang akan pertama kali mencetak gol, dan dia akui Naufan, Reyhan, Jeffrian bahkan dirinya memanglah handal dalam bermain, terbukti dengan bagaimana Pak Reno coach serta guru olahraga sekolahnya itu meminta ia dan teman-temannya untuk ikut serta sekali lagi dalam perlombaan sepak bola antar sekolah meskipun mereka sudah berada di akhir kelas.

"Minum dulu gih pan." ujar Rizky sembari menyodorkan minuman ion pada Naufan, dan di terima dengan baik oleh anak itu.

"Thanks."

Naufan tak langsung meminum minumannya dan melanjutkan kegiatan memijat pelan kakinya.

"Kirain gue tadi lo yang bakal nyetak gol, padahal udah deket banget tadi,"

Naufan masih diam menunggu Rizky melanjutkan ucapannya.

"Kenapa tadi lo tiba-tiba pelan gitu larinya?"

Naufan menoleh menatap Rizky, sedangkan yang ditatap mengangkat sebelah alisnya. kenapa?

Belum sempat mendapat jawaban dari Naufan tiba-tiba saja badannya di tubruk oleh Reyhan dari samping.

"Woi tangan gue anjir lu injek!!" Rizky berteriak pada Reyhan yang masih rusuh mencari tempat berlindung di belakang badannya dari kejaran Jeffrian.

Rizki mengibas-ngibaskan tangannya ke udara setelah sepatu bola Reyhan menginjaknya. sakit.

"Rizky ky!! tolongin gue si Jeff bawa cacing ajg," heboh nya kala melihat Jeffrian berlari semakin mendekat kearahnya.

"AHAHAHA SINI LU REY!"

Jeffrian tertawa puas melihat Reyhan yang ketakutan karena cacing yang ia bawa, salah siapa mengejeknya.

"Akhhh Pan.. liatt Pan si Jeff anjir jorok banget bawa-bawa cacing, jijik gua!"

Naufan yang merasa terganggu pun menginterupsi Jeffrian agar segera membuang cacing ditangannya karena demi apapun Naufan juga takut sebenarnya namun ia berusaha terlihat biasa saja agar Jeffrian tidak ikut menjahilinya.

"Udah Jeff buang, kasihan."

Karena lelah juga akhirnya Jeffrian membuang cacing itu dan duduk di samping Naufan kemudian menegak habis botol minum miliknya. capek cuy kejar-kejaran sama si Reyhan keliling lapangan.

"Udah anjir Rey lu jangan gelandotin gue mulu." protes Rizky

Reyhan akhirnya mendudukkan tubuhnya disamping Rizky. Napasnya masih tersengal karena lelah.
Ia kemudian meminum minuman yang disodorkan Rizky padanya.

"Panas ah!! lu jangan nyender-nyender dong." Erang Naufan, ia mendorong - dorong tubuh Jeffrian kedepan agar menjauh darinya.

"Udah tau panas ngapain make celana panjang coba."

Tanganya reflek memukul celana training yang Naufan kenakan.

Karena posisi duduk Jeffrian tidak benar-benar disampingnya melainkan agak sedikit ke bawah, yang mana secara tak sengaja Jeffrian memukul celana serta luka yang ada di bagian kaki bawah Naufan.

"Akhh! sshh."

"Kenapa Fan?!" tanya Reyhan dan Rizky bersamaan.

"Ehh?! sorry-sorry, kenapa Fan?! gue mukulnya kekencengan ya?" ucap Jeffrian panik.

"E-enggak kaki gue lagi kram aja tadi kelamaan duduk makanya ngilu dikit, gapapa kok jeff." bohong Naufan

Alasannya memakai celana panjang adalah karena lukanya.
Naufan hanya tak mau terlihat menyedihkan di depan teman-temannya.

***

"Assalamualaikum"

Naufan memasuki rumahnya, dengan sepatu yang ditenteng di tangan ia berjalan menuju kamarnya.

Sesampainya nya di kamar Naufan merebahkan tubuhnya di kasur remaja itu kini menatap langit-langit kamarnya lama seolah sedang memikirkan sesuatu.

tok tok tok/

"Masuk," ucap Naufan.

ceklek/

Naufan menoleh kearah pintu melihat mbk Ayuk yang masuk sambil membawa sebuah kotak yang berisi perban dan kawan-kawanya.

"Mas Naupan itu kakinya mau dibantu mbak Ayuk atau mau diobatin sendiri?." Tanya mbak Ayuk.

"Naufan sendiri aja Mbak"

"Yakin ndak mau dibantuin?"

"Iyaa~"

"Yha wes ini mbak taruh sini ya mas, nanti habis mandi dan sholat langsung turun ke bawah buat makan." Jelas mbak Ayuk pada Naufan.

"Mbak Ayuk!"

Wanita itu berhenti untuk mendengar Naufan berbicara.

"Mbak masak apa?" tanya Naufan.

"Tadi mbak masak ayam sama sayur bening,"

"Nanti mbak Ayuk siapin nasinya biar nggak panas." Imbuhnya

Naufan mengangguk, tapi kemudian ia teringat akan sesuatu hingga kembali memanggil mbak Ayuk yang sudah akan menutup pintu kamarnya.

"Mbak Ayuk!"

"Apalagi tho mas Naupan?!." tanya mbak Ayuk sedikit ngegas membuat Naufan tertawa kecil, ia jadi sedikit merasa bersalah.

Naufan meringis.
"Maaf-maaf, sebentar mbak."

Naufan kemudian bangkit dari kasur menuju lemari mencari sesuatu yang dari semalam ia siapkan.

Setelah menemukan sesuatu yang dicarinya itu Naufan berlari kecil kearah Mbak Ayuk.

Wanita itu menatap heran Naufan yang berlari kecil kearahnya sambil membawa sebuah kotak sepatu.

"Adeknya mbak Ayuk tahun depan mau masuk SMP kan? ini ada pemberian kecil dari Naufan buat adeknya mbak."

"Emm nggak baru sihh tapi aku cuma pake sekali terus kekecilan, masih bagus kok.. sayang aja kalo ke buang mending kasih adeknya mbak Ayuk aja, mau nggak mbak?" ucap Naufan.

Naufan menyodorkan sebuah kotak sepatu pada wanita muda yang selama empat tahun lamanya bekerja dengan sepenuh hati pada keluarganya.

"Ya Allah Mas Naupan baik bangett makasih ya.. Niko pasti seneng banget inimahh..makasih yaa Mas." mbak Ayuk menerima kotak berisi sepatu itu dari Naufan matanya berkaca-kaca hatinya sungguh terharu pada tuan mudanya yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu.

"Sama-sama mbak Ayuk titip salam ke Niko ya mbak."

"Iya, pasti, nanti disalamin."






"⚽⚽⚽⚽"





NAUFANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang