Sepasang kelopak mata itu terbuka dengan perlahan memperlihatkan netra hitam kelam yang ada di dalamnya. Naufan mengerjapkan matanya pelan menyesuaikan pencahayaan sang mentari yang masuk dari sela-sela gorden kamarnya.
"sshhh.."
Naufan bangkit kemudian meringis kala mencoba menggeser kakinya untuk turun dari ranjang. Merasa jika usaha yang ia lakukan akan tetap sia-sia saja maka kembali ia rebahkan tubuh kurusnya itu ke ranjang. Matanya menatap langit-langit kamar pikiranya melayang pada kejadian semalam, ia putar kembali ingatan-ingatan malam itu yang membuat matanya kini berembun.
Naufan pejamkan matanya kala tak tahan akan perih yang dirasa, membuat setetes air mata mengalir keluar mengaliri pipinya.ceklek..
"Naufan?"
Naufan buru-buru mengusap matanya yang basah kemudian menoleh ke asal suara yang ternyata adalah Fariz kakaknya.
Fariz tersenyum ketika melihat adiknya sudah membuka mata, ia kemudian meletakkan nampan dengan semangkuk bubur dan air putih yang ia siapkan untuk Naufan di atas nakas.
Fariz mendekat ke arah ranjang Naufan kemudian tangannya terulur untuk menyentuh kening sang adik."Hmmh.. udah gw duga pasti demam."ujar Fariz.
"Lo gak usah sekolah dulu, udah gw izinin lewat Reyhan." lanjutnya.
"Sampai kapan?" tanya Naufan dengan suara yang sedikit parau.
"Ya sampe lo sembuh lah." jawab Fariz sembari membantu adiknya bangun bersandar untuk memberinya minum.
"Nih minum dulu."
Naufan menghela napas lelah, tangannya terulur menerima gelas dari Fariz untuk kemudian ia minum.
1 teguk
2 teguk"nih..uhukk.."
Fariz menerima uluran gelas dari Naufan dengan cepat kemudian membantu menepuk punggung anak itu.
"Pelan-pelan fan." tegurnya.
"Ini juga dikit banget minumnya? ga mau minum lagi?"
Naufan menggeleng.
"Nggak mau. Ga ada rasanya." tolaknya
"Ya lu berharapnya ini air putih ada rasa apa?!" ujar Fariz emosi.
Melihat kakaknya itu emosi pagi-pagi membuat Naufan terkekeh kecil di sela-sela batuknya."Ketawa lu!"
"Udah ah, sekarang Lo mau makanya gw suapin atau makan sendiri?, setengah jam lagi gw berangkat." jelas Fariz.
"Ya makan sendiri lah! dikira bocil kali gw makan pake disuapin. Siniin buburnya!." perintah Naufan pada Fariz.
Fariz menurut saja ia berikan mangkuk bubur itu pada adiknya dengan hati-hati.
"Obatnya jangan lupa di minum biar panas lu redaan. Nanti kalo mbak Ayuk udah Dateng minta tolong aja suruh ambilin kotak p3k-nya di-"
"Shhhut.. iya-iya udahh sana pergi lu. Gw tauu" usir Naufan pada kakaknya.
"Yaudah gw berangkat dulu. Pokoknya nanti kalo ada yang sakit badannya cepet bilang-" ucapan Fariz terhenti kala melihat ekspresi Naufan yang terlihat jengah.
"Wkwk iya-iya gw berangkat, cepet sembuh dek!" ujarnya.
Tangan nya ia sempatkan mengusap rambut Naufan sebelum pergi menghilang di balik pintu.
***
Fariz terdiam di depan pintu kamar Naufan, kepalanya menoleh kesamping melihat dalam diam ruang kerja sang ayah yang berada di pojok sebelah kamarnya. Ruangan itu sudah kosong sejak semalam.
Ayah nya itu kembali pergi ke kantor setelah puas menghukum adiknya dengan keterlaluan.
"Nyatanya sebenarnya Papa sibuk kan? Papa cuma pulang buat ngehukum Adek." monolognya.
Fariz menghela napasnya panjang, kenapa keluarga kecilnya jadi seperti ini?.
Kenapa adiknya harus menghadapi keadaan yang sudah memburuk ini?.
Fariz mulai menyadari akan perubahan sang ayah sejak lama, maka dari itu ia berusaha menjadi yang terbaik agar adiknya tak jadi sasaran keegoisan sang ayah.
Tapi apa? perbuatanya itu justru membuat ayahnya gelap mata. Menuntut sang adik juga harus bisa menjadi sempurna dalam hal nilai.
"Maafin Kakak dek, bukan kaya gini yang kakak mau. Mah maafin Fariz, Fariz ga becus jagain adek dari ayah. Bantuin Fariz mah".
Runtuh sudah pertahanan yang ia bangun mati-matian di depan Naufan.
***
Naufan memakan buburnya dengan pelan, bukannya bubur buatan kakaknya itu tak enak, tapi lambungnya ini memang tidak bisa diajak kerja sama.
"Ughh.. mual gw".
Ia letakkan mangkuk bubur yang baru lima suap ia makan isinya itu kembali ke nakas. Kemudian mengambil tablet paracetamol yang sudah kakaknya siapkan untuk ia minum.
Naufan kembali terdiam sesaat, Tangannya terulur untuk membuka selimut yang membungkus kakinya.
Naufan kembali dibuat meringis ngilu ketika melihat luka-luka yang ada di kakinya."Pantes sakit banget anjir."
drrt!
Perhatianya teralihkan pada ponsel nya yang bergetar.
Reyhanjir
p
p
p
gimana kondisi lu pan?alhamdulilah masih idup
ya bagus deh
👍
IPA ada tugas kelompok, lu sekelompok Ama gua.
ngapain njir? siapa yang milih?kan gua ga masuk.
gw.
kita dah mau lulus ege. kudu perbanyak nilai tambahan.
kayak yakin aja bakal lulus:v
ya mangkanya anjir
taik lu.chat end.
Naufan tertawa melihat balasan dari Reyhan, ahh hanya dalam kurun waktu sehari saja ia sudah membuat beberapa orang emosi.

KAMU SEDANG MEMBACA
NAUFAN
Fiksyen Remaja"manusia tidak akan pernah menyadari apa yang mereka miliki sampai mereka kehilangan nya" start _ Jumat 8 Maret 2024 finish _