D-10 : Two Letters

39 16 0
                                    

Maximus dan Appius pulang larut malam. Sepertinya mereka bersenang-senang kemarin. Tapi Appius tidak bisa bersantai-santai lagi karena hari ini kantor dibuka seperti biasa. Hari ini juga Maximus akan kembali ke rumahnya. Serena bertanya akan apa saja yang Appius dan Maximus lakukan. Tapi Appius menginginkan untuk bercerita saat sarapan saja.

Jam 7 pagi, babi asap yang sudah dipotong tipis, roti, keju dan buah zaitun sudah siap di piring masing-masing. Venus sudah siap membawa teko dengan anggur yang diberi madu. Orang kaya zaman Romawi kuno makan tidak dalam posisi duduk tapi posisi tidur. Sikunya menyangga tubuh bagian atasnya. Tidak terpaku pada sendok, mereka suka memakai tangan kosong kecuali sup.

Sekarang Serena bisa bertanya tentang hari libur suami dan kakaknya. Apa saja yang telah mereka lakukan.

Maximus bilang kalau pagi hari di pemandian, tidak menyenangkan karena bertemu orang-orang yang menyebalkan. Mulut orang-orang itu suka berbual dan suka pamer. Yang terakhir bahkan kentut di air. Tapi dia berenang bersama Appius dan itu menyenangkan.

Appius yang mendengarnya tersenyum membiarkan Appius bercerita sesuai yang dia inginkan.

Serena tertawa mendengarnya lalu menyarankan agar lain kali mereka bisa berendam di rumah masing-masing saja. Jadi tidak akan terganggu dengan orang-orang aneh. Lalu Serena menanyakan bagaimana dengan sisa waktu mereka.

Maximus bercerita bahwa akhirnya mereka ke Villa di bukit Vesuvius milik mendiang ayah mereka. Karena bosan akhirnya Maximus meminta budak disana agar memanggil penari.

Akan tetapi Appius mencegahnya kemudian berkata bahwa dia punya ide yang lebih baik, bagaimana kalau mereka mengundang  teman-teman senator Maximus yang berbeda pandangan?

Serena tak mengerti bagaimana mengundang orang yang berbeda pandangan itu menarik.

"Karena mereka akan berdebat dan berkelahi. Itu yang seru," ucap suaminya.

Serena pun tertawa menyadari bahwa itulah hobi suaminya saat mereka belum menikah.

"Terima kasih Maximus karena itu adalah liburan yang menyenangkan," ucap Appius.

Prang. Suara benda jatuh membuat mereka bertiga menoleh ke asal suara. Venus telah menjatuhkan teko anggur. Mata Serena berputar, tahu bahwa fase aneh Venus akan datang.

"Demi Dewa. Venus kau kenapa?" Secara otomatis Appius turun dari ranjang dan menghampiri Venus.
Maximus diam dan mengamati.

"Saya mungkin sudah tidak bisa melayani tuan dan nyonya dengan baik. Tuan bisa pindahkan saya ke bagian lain." Venus berlutut.

Rahang Maximus mengatup kesal. Bukan ini! Harusnya kau membuat mereka marah bukan bersimpati!

"Apa maksudmu Venus?" Appius berusaha membuat Venus berdiri.

Mata Serena melirik Maximus. Dia merasa ada yang aneh dengan ekspresi kakaknya. "Iya kau akan kupindah ke bagian lain." Serena langsung mengabulkan permintaan Venus.

Senyum Venus pun terbit lalu Venus bersujud pada Serena. "Terima kasih Nyonya."

"SERENA!" seru Appius.

"Sayang. Daripada dia terus menerus memecahkan barang lebih baik kita pindahkan ke bagian lain. Ini bukan yang pertama. Bukan barang kita saja yang dia pecahkan." Serena kembali melirik Maximus, memperhatikan reaksinya.

"Venus tetap bersama kita, sayang. Aku tidak menjualnya atau memerdekakannya kan?"

Appius terdiam. Tahu itu keputusan yang bijak dari sang istri. Tapi kenapa? Itu yang jadi misteri. "Aku juga akan menyetujui keputusan Serena, Venus. Tapi kau harus beritahu aku dulu. Kenapa kamu memecahkan barang?"

City of Ash (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang