"Kenapa?" Tanya Vine saat aku berjalan lesu menghampirinya di lapangan basket.
Sudah malam dan Vine yang terakhir di sini. Entah apa yang sebenarnya dia lakukan sampai selarut ini, ga mungkin hanya bermain basket seorang diri kan? Tapi apapun yang dia lakukan, aku bersyukur dia ada di sini. Aku bisa menceritakan hal yang selama seminggu ini mengganjalku.
"Gimana ke Jakarta minggu kemarin itu? Hm?" Tanyanya sambil melakukan shoot.
"Ga baik dan gue mau ceritain tentang itu semua ke lu. Tapi lu malah ga ada dimana-mana. Pacar lu juga ga ada, gue capek sendiri mikirin ini sendirian..." Omelku.
Ya, Vine dan pacarnya Wina adalah sahabatku. Semua masalahku sudah jelas diketahui mereka. Dan aku membutuhkan mereka selama seminggu ini. Nyaris aku ingin lompat dari gedung kampus saja jika ga menemukan mereka dalam waktu dekat ini. Sungguh... Aku terlalu lelah menyimpan semua ini sendiri.
"Ceritalah..."
Aku menarik napas panjang. Mempersiapkan hatiku dan tisu, karena aku yakin aku akan menangis meraung-raung.
"Gue di masa balikan sama Mello."
Lemparan Vine langsung gagal saat mendengarku. Dia menatapku dramatis dan aku sudah mengambil selembar tisu.
"Masa? Masa apaan? Maksud lu....?"
"Di hatinya udah ga ada gue lagi, Vin.... Di hatinya bukan gue lagi yang dia suka. Bukannya gue masih berharap. Tapi ga bisakah gue berharap begitu saat dia minta gue balik?! Ha-ha-ha..."
"Cerita ke gue dengan bener! Jangan sepotong-potong gitu..."
Bukannya takut karena Vine yang baru saja membentakku, tapi ingatanku kembali ke seminggu lalu. Mello yang memintaku untuk kembali.
"Susah payah gue berharap bisa membuang perasaan bodoh ini Vin... Susah payah! Tapi di saat ketemu dia lagi, dia malah tau gue bolak-balik Paris. Dia marah. Tapi apa hak dia, Vin? APA??! Dia ga punya hak. Tapi Lilis ngasih tau kebenarannya dan gue hanya bisa diam.
"Vin... Gue putus karena gue ga mau merasa kesepian lagi. Kosong. Sendirian. Apa gue salah Vin??! Apa gue salah hah??! Karena saat dia minta balikan... Saat dia bilang dia ingin mengulang semua dari awal... Saat dia.... Saat dia...." Aku sesegukan. Ceritaku berakhir di sana dan Vine segera memelukku.
"Gue anter lu ke rumah Wina. Dia udah balik dari Medan, dan gue yakin perasaan lu pasti kacau."
Aku menggeleng keras. Tapi Vine ga peduli, bahkan dia sudah menelepon pacarnya itu untuk menyiapkan segala sesuatu untukku setiba di sana. Sungguh, aku benci keadaanku sekarang ini. Terakhir kali aku menangis sampai sebegininya saat aku putus dari Mello. Lalu di saat sekarang, kenapa aku menangis lagi?
Aku lelah menangis...
Sungguh... Aku lelah menangis...
"Mau cerita? Lebih melegakan lu cerita sebelum lu tidur, Jen..."
"Win... Apa gue sebodoh ini. Gue yang masih sayang sama dia, malah mengiyakan ajakan balikan padahal di hatinya udah ga ada nama gue? Sedikit aja Win... Sedikit aja gue berharap ada cinta buat gue. Sedikit aja gue berharap, saat dia marah karena gue bolak-balik Paris, itu karena dia peduli sama gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
C for J
RandomAnother Story dari "I LOVE HER" dan "My Love Song Story". "Maafkan aku... Maafkan keegoisanku... Tapi aku mohon, ijinkan aku menjadi pemeran utama di kisah cintaku sendiri. Memilikimu kembali untuk diriku sendiri." -Jennifer Brawijaya-