Seandainya

1.6K 83 8
                                    

"Kak Jenny... Lamunin apaan sih?! Ini udah nyampe rumah Tante Amara.." teriak Lilis dengan suara cemprengnya.

"Hah?" Aku celingukan. Ini beneran sudah sampai ya? Oh iya! Bener juga... Rumahnya ga ada perbedaan sejak terakhir aku ke sini. Ahhh... Here we go. Kalau sampai pulang dari sini aku nangis bombay, aku akan traktir diriku sendiri makan sepuluh bungkus mie instan!

"Ngelamun mulu sih lu... Ck, sana cepet turun. By the way, pulang gue beneran ga bisa jemput. Dad dan Mommy juga bakal naik penerbangan siang. Lu gimana pulang?" Tanya Lio sebelum aku membuka pintu.

"Taksi kan ada..." Jawabku sambil melangkah keluar dari mobil. Jendela mobil langsung dibuka.

"Ga minta dianter aja sama Mello?" Ucap Lio tanpa dosa.

"Ishhhh... Lio!"

Aku langsung menghentakkan kakiku dan menarik Lilis ke depan pintu rumah Tante Amara. Sana cepet pulang, kakak yang menyebalkan!

"Gue ga mau lu pulang naik taksi! Telepon gue, nanti gue minta orang jemput lu. Ngerti?" Teriak Lio yang ga mau dibantah. Bahkan tanpa aku menjawab pun Lio sudah menjalankan mobilnya.

Ck.

Heran ya... Negara kita masih negara demokrasi kan? Kok pendapat aku diabaikan? Mana bisa begitu! Komnas HAM....mana Komnas HAM?!

Ting tongggg......

Aku membeku. Pintar Lis, aku belum mempersiapkan hatiku dengan baik dan kamu sudah menekan bel pintu rumahnya?! Sekarang rasanya aku mulai mengap-mengap. Debaran di dadaku seperti gedoran pintu debt collector. Gimana ini... Aku ...

Dalam hitungan detik, pintu rumah sudah terbuka.

"Selamat pagi Tan-...."

"KAK MELLOOOO.... LILIS DATENG NIHHHH!" Teriak Lilis yang menggantikan salamku yang terputus.

"Tunggu sebentar, aku ambil kunci dulu yaa..."

Aku tahu, ga ada kesempatan lagi untuk kabur. Pulang, aku pasti makan mie instan sepuluh bungkus!

"Hai Lis... Tumben dateng?" Tanya Mello sambil membukakan kami pintu. Helaan napas lelahku langsung memaksa hatiku bersiap.

Yang jelas, bukan saatnya gue baper-baperan!

"Iya Kak. Kan temenin Kak Jenny ke sini. Hehehe..." Kata Jenny sambil menunjuk diriku. Otomatis tatapan Mello langsung beralih ke arahku.

GREAT!

"Oh... Hai Jen." Sapa Mello dengan senyum. Tanpa kecanggungan seperti yang diriku rasakan. "Ayo masuk! Nyokap gue udah nunggu lu dari tadi."

Aku mengangguk dan mengikuti Lilis melangkah masuk. Tapi saat baru beberapa langkah, aku terhuyung ke belakang lagi. Nyaris saja jatuh kalau Mello ga berhasil memegang pinggangku. Damn!

Kenapa adegannya begini???

"Hahahhaa... Dari dulu ya... Selalu ada aja yang kamu sangkutin sama pagar rumah aku sampai mau jatuh. Ga berubah."

Kata-kata Mello nyaris tak terdengar karena aku sekuat tenaga menahan rasa takut yang tiba-tiba muncul. Jangan... Jangan sampai aku terbayang masa lalu dan tangisku pecah di depan Mello.

C for JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang