10.

5 1 0
                                    

Galang tidak tahu mengapa ia impulsif sekali ingin bertemu dengan Nirmala. Ia merasa tubuh dan otaknya sudah tidak sinkron. Mereka saling berlawanan. Otaknya memerintahkan untuk tidak usah mendatangi rumah Nirmala, namun tubuhnya justru bergerak mendatangi tempat wanita itu berada.

Ia masih meraba, jenis perasaan seperti apa yang saat ini rasakan untuk Nirmala. Rasanya, jika jatuh cinta, bukankah itu terlalu cepat?

Dan, memangnya apa daya tarik Nirmala hingga ia bisa jatuh cinta secepat itu?

Namun, ia juga tidak mengerti, mengapa sekarang ia berada di sini?

Galang memusatkan pandangannya ke arah Nirmala yang sedang duduk di bangku taman. Rambutnya yang tergerai, berterbangan ditiup angin. Namun, perempuan itu membiarkannya tanpa berusaha merapihkan rambutnya.

Perempuan itu tampak tenang. Wajahnya selalu tampak tersenyum--meskipun wanita itu tidak tersenyum. Mungkin itulah sebabnya ia menjadi guru Sekolah Dasar. Wajahnya yang ramah yang disukai anak-anak. Termasuk keponakannya, Radya.

Tidak terhitung sudah seberapa kali gadis kecil itu bercerita kepada semua orang mengenai Nirmala.
'Bu Mala yang cantik.'
'Bu Mala yang baik.'
'Bu Mala yang sabar.'
'Bu Mala yang tidak pernah marah.'
Hingga orang di rumahnya menjadi penasaran, benarkah Bu Mala seperti sosok yang diceritakan Radya? Atau itu hanya karangan anak SD saja yang hanya mengagumi gurunya?

Dan itu semua, membuat Galang penasaran, benarkah Mala sebaik yang Radya ceritakan?

"Sebenernya tujuan kamu ke rumah saya itu ngapain sih?" Tanya Mala setelah sekian lama hening. Pandangannya masih lurus ke depan.

"Emang ga boleh?" Tanya Galang.

"Ngga." Mala melihat Galang.

Galang terkekeh.

"Saya males kalo Ibu nanya-nanya." Tambah Mala.

"Yaudah nanti gue aja yang jawab."

"Omongan kamu itu ngawur semua tau ga?"

"Ngga, nanti gue jawabnya serius." Galang tertawa.

"Ngga percaya saya. Kamu tuh tinggal jawab alesan kamu dateng ke rumah saya. Gitu aja kok repot." Mala cemberut.

Galang menyadari satu hal, Nirmala bisa berbicara dengan santai kepada semua orang yang dikenalnya, namun mengapa kepada Galang, perempuan itu berbicara dengan kaku dan selalu terlihat kesal?

Apakah semua itu hanya topeng? Apakah sebenarnya Nirmala tidak seramah wajahnya?

Dan kenapa sih Galang repot sekali sampai harus mikir seperti ini?

Tapi, harus Galang akui, ia merasa terhibur dengan cara Nirmala berbicara kepadanya.

"Kamu kalo mau senyum-senyum sama ketawa-ketawa gak jelas mending pulang deh. Saya takut kamu kesambet," ucap Mala.

Galang terkekeh, "Sebenernya, gue dateng ke rumah lo cuma mau mastiin utang lo ke gue."

Mala berdecak, "Dari tadi saya udah ngasih amplop ini ke kamu tapi kamu malah pura-pura nolak di depan Ibu. Oh, saya tau, pasti kamu juga pura-pura nolak juga kan di depan Ayah saya, makanya ayah saya bilang kalo kamu orangnya baik banget. Kenapa sih segitunya banget? Pengen banget di cap orang baik?!" Mala kesal bukan kepalang.

"Ya Allah, bawel banget sih nih cewek!" Galang menarik pelan rambut Mala.

Mala melotot.

"Gue tuh gak mau lo gantinya sama uang juga. Gue kan udah nolongin lo. Bawa lo ke rumah sakit, jagain lo juga. Jadi, bayarannya jalan sama gue aja." Galang menaik-turunkan alisnya.

RoutinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang