[8]terima?

85 10 0
                                    

。⁠*゚⁠Happy reading*⁠.⁠✧





"Will you be my boyfriend?"

"Gue...."Farrel ragu ,dengan perlahan ia menarik tangannya yang digenggam oleh Bintang,bahkan memutuskan kontak mata dengannya.

"Tapi gue lumpur"Sambungnya lirih,ia berasa dirinya tidak layak buat Bintang yang terlihat sempurna ,padahal sebelum ini Farrel berasa derajat dan kedudukan Bintang begitu bawah daripadanya seperti langit dan bumi.Namun sekarang ,justru ia berasa dirinya yang berada di tanah ,sementara Bintang begitu tinggi seperti di angkasa

"Seperti yang saya pernah bilang pada kamu,saya tidak peduli tentang itu semua dan saya akan jagainn kamu Farrel"

Sebelum Farrel membuka mulut untuk merespon,sebuah ketukan pintu sudah terlebih dahulu menarik atensi mereka

Tok tok tok!

"Tuan dengan nama Farrel apa ada disini?"ucap seorang suster yang berdiri di ambang pintu

"Saya"sahut Farrel singkat

"Doktor mau bertemu dengan anda"ucap suster itu,memberikan senyuman ramah sebelum beredar pergi dari sana.

Mereka berdua saling menatap antara satu sama lain.

"gue takut..."

"Saya ada buat kamu"Bintang kembali meraih tangan kecil itu,mengengam nya dengan erat.

Beberapa saat kemudian ,mereka berada di ruangan dokter.

"Tuan Farrel,selamat saya ucapkan" dokter memulai perbicaraan,lalu meneruskan kalimatnya karena reaksi Farrel yang tidak memahami apa yang dimaksudkan.

"setelah pemeriksaan menyeluruh, kami menemukan kabar baik. Ada peningkatan signifikan pada kondisi kaki Anda."

Farrel menatap dokter dengan bingung. "Apa maksud dokter?"

"Ada peluang 80% kaki Anda bisa sembuh total, tapi itu bergantung pada usaha Anda sendiri. Fisioterapi yang intens dan tekad yang kuat akan menjadi kuncinya."jelas dokter itu lagi,mengangkat satu tangannya yang digenggam ,bermaksud memberi semangat pada pesakitnya.

Bintang tersenyum lebar. "Syukur... Terima kasih, Dokter!" katanya penuh haru,bersalaman dengan doktor yang bernama Arm.

Farrel hanya terdiam, sulit mempercayai apa yang baru saja didengarnya. Air mata mulai berkumpul  di matanya.

"Bintang... gue nggak lumpuh lagi... gue nggak akan lumpuh lagi..." suaranya bergetar.

"Iya, Farrel. Kamu bisa sembuh. Kamu nggak lumpuh lagi." Bintang menjawab dengan lembut, memeluk Farrel erat.

Farrel masih terisak, tubuhnya terasa gemetar saat kenyataan itu mulai meresap. Selama ini ia berpikir hidupnya akan selalu terkurung di kursi roda, tapi kini ada harapan baru.

"Gue... gue bisa sembuh..." ulang Farrel, seakan masih tidak percaya. Matanya kini berkaca-kaca sepenuhnya, menatap Bintang yang berada di sampingnya.

"Iya, Farrel,"Bintang tersenyum lembut sambil mengusap punggung Farrel, "kamu cuma perlu semangat, terus berusaha. Saya akan selalu ada buat kamu."

Farrel menatap Bintang dalam-dalam, rasa syukur membuncah di hatinya. Ia merasa untuk pertama kalinya, hidupnya tak lagi seburam yang ia bayangkan.

"Lo beneran nggak akan ninggalin gue, kan?"tanya Farrel dengan suara bergetar.

"Nggak akan, Farrel," jawab Bintang tegas. "Apapun yang terjadi, saya ada di sini buat kamu. Kita bisa hadapin ini bareng-bareng."

Farrel menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Chocolate 30 Days [geminifourth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang