**3**

191 31 3
                                    

.
.
.
.

!! 'cerita ini adalah karangan saya jadi jangan sangkut pautkan dengan member ok' !!
.

.
.
.

****

---

Di luar aula, mereka berjalan di lorong koridor gelap dan sepi yang tampak seperti labirin yang menakutkan. Namun, dengan dorongan adrenalin dan kebutuhan mendesak untuk makan, mereka melanjutkan perjalanan. Nala dan Nachia memimpin di depan dengan hati-hati, diikuti oleh yang lainnya, melalui koridor yang seolah tidak berujung.

Setelah beberapa waktu berjalan, mereka menemukan pintu besar yang tertutup rapat. Pintu itu tampak kokoh dan berat, tetapi Nala, dengan semangatnya, langsung mencoba membukanya.

"Biar aku coba," kata Nala sambil meraih gagang pintu. Ia menendang pintu itu dengan kuat, dan setelah beberapa usaha, pintu akhirnya terbuka dengan bunyi berderit yang mengerikan.

Di dalam ruangan, mereka menemukan sebuah kantin sederhana dengan meja-meja yang dikelilingi kursi. Meskipun ruangannya agak usang, terdapat beberapa rak yang penuh dengan makanan dan minuman.

Nala dan yang lainnya langsung menuju rak makanan, mengambil beberapa makanan dan botol minuman. Mereka tampak bersemangat, meskipun suasana di sekeliling masih penuh dengan ketegangan.

"Coba lihat ini, sepertinya kita bisa makan dan minum dengan cukup," kata Nala sambil membuka makanan dengan gesit.

Setelah mengambil beberapa makanan dan minuman mereka duduk di meja yang tersedia

"Nala, tolong bukakan ini" ujar Nachia.

"Mana? sini aku bukain" balas Nala.

"Kalian sabar-sabar ya, mereka kalau bucin emang nggak tau tempat" ucap Oline malas melihat kebucinan Na2.

Sementara itu, Aralie dan Fritzy duduk di meja lain. Aralie berusaha menenangkan Fritzy, yang tampaknya masih sangat terguncang oleh kematian Moreen dan Nayla.

"Tenangkan pikiranmu, kita harus tetap fokus untuk ke depannya."

"Bagaimana jika ada lebih banyak korban nantinya?" tanya Fritzy dengan suara gemetar.

"Tak ada gunanya berpikir terlalu jauh saat ini," jawab Regie yang ikut bergabung. "Kita harus tetap tenang dan waspada menghadapi apapun yang datang."

Mereka semua makan dengan tenang, diiringi candaan Nala dan Oline yang tampaknya tidak terlalu terpengaruh dengan situasi ini. Setelah selesai makan, mereka memutuskan untuk tetap berada di kantin sementara.

"Nala, kamu belum cerita kenapa bisa kenal Kimmy" ucap Nachia ketika mengingat kejadian pertama saat bertemu dengan Kimmy.

"Oh, itu. Dia teman les-ku dulu sebelum pindah, babe," jawab Nala sambil merangkul Kimmy yang ada di sampingnya.

"Ohh."

"Em, Erine, kamu sekarang sekolah di SMA Kebanggaan ya?" ujar Oline.

"Iya, aku sama Lana sekolah di sana. Tunggu, kok kamu tahu?"

"Pftt... hahahaha," tawa Nala dan Nachia.

OVER THE EDGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang