02

353 48 2
                                    






"Saya pikir kamu sudah dengar semua dari ayahmu ternyata masih ada yang butuh di bicarakan juga" Pria yang duduk di hadapan Nora ini adalah Syahreza Devan Tanuwidjaja calon suami pilihan orang tuanya, Nora tersenyum bahkan dalam hidupnya sendiri ia tak bisa menjadi pemeran utamanya

Pernah dulu sekali Nora berharap segera menikah dengan memiliki suami mungkin ia akan lebih bisa bebas namun semua itu sirna saat pernikahan yang ia idamkan juga pilihan dari orang tuanya maka tak akan pernah ada kata bebas seumur hidup Nora

Nora sempat berfikir bahwa berbagi dengan sesama adalah hal yang ia sukai namun setelah sekian lama ia melakukannya kini Nora paham bahwa berbagi bukanlah hobby atau panggilan kemanusiaan yang ia miliki ia hanya menyukai berbagi karna dengan berbagi Leonora merasa amat di sayangi

"Pernikahan seperti apa yang Mas Devan inginkan? " Mungkin dengan sedikit diskusi Devan mau di ajak bekerjasama. Pria 32 tahun itu nampak berangan angan membayangkan kehidupan pernikahan yang romantis, hangat dan penuh cinta kasih

"Ya seperti pernikahan pada umumnya" Nora tertawa sumbang. Usia mereka terpaut 10 tahun namun calon suaminya ini masih nampak begitu naif, apakah Devan berfikir mereka saling jatuh cinta juga seperti pasangan pada umumnya?

Devan memiliki tubuh yang sempurna dengan tinggi badan 185cm, dada bidang, kulitnya kecoklatam, rambut lurusnya di tata rapih khas pejabat negara sedikit kontras dengan Leonora yang hanya memiliki tinggi badan 163cm, kulitnya putih sedikit pink, rambut panjangnya bergelombang dan jangan lupakan aura mahal ciri khas old money yang melekat padanya

Sejak beberapa tahun lalu saat pertama kali Devan diijinkan bertemu Nora walau jarak jauh di tempat Nora berlatih balet Devan melihat bagaimana anggun dan lembutnya putri Sasmitra sejak saat itu pula Devan jatuh cinta pada gadis sempurna tanpa celah bernama Leonora ini

"Aduh maaf ya" Nora mengembalikan ekspresi wajahnya yang tenang setelah ia terlihat tertawa geli beberapa saat lalu sementara Devan justru memandang Nora penuh tanya

"Ada yang salah? " Tanya Devan heran, tak ada yang lucu pikirnya

"Jadi Mas Devan pikir semuanya benar? " Kening Devan semakin menyerit tak mengerti

"Aku permisi, masih ada banyak urusan dari pada kita duduk minum teh dan membicarakan ini" Gadis itu berdiri berjalan beberapa langkah meninggalkan Devan sebelum pemuda berdarah Jawa itu mencekal lembut tangan calon istrinya

"Maksudnya apa? Saya ga ngerti" Nora mendekat bahkan sangat dekat di hadapan Devan membuat pria itu menahan nafasnya karna gugup

"Milik kita ga akan bisa seperti yang lain, tujuannya saja sudah terlalu jauh berbeda" Bisik Nora halus sambil mengelus dada bidang Devan tentu saja ia terkejut. Kalimat yang Nora lontarkan bukanlah jawaban atau pemberitahuan dari nada bicaranya saja sudah terdengar jelas bahwa itu peringatan

Meski begitu Devan tetap berdebar dengan jarak sedekat ini Devan dapat melihat jelas bulu mata lentik, hidung mancung, bibir yang penuh juga pipi yang kemerahan di tambah wangi parfume yang menguar dari tubuh Leonora seolah membangkitkan sisi lain Devan

"Saya akan buat kamu jatuh cinta kalau begitu" Jika tubuh sekecil itu berani menggertak maka Devan harus jauh lebih berani melangkah bukan?

"Silahkan kalau Mas Devan bisa" Nora memberikan senyum terbaiknya membuat Devan terperangah. Selama 32 tahun hidupnya belum pernah sekalipun ia menemui wanita secantik Leonora Harsa Sasmitra

Gadis cantik itu mundur satu langkah lalu mengambil tangan kanan Devan dan menciumnya lagi lagi membuat Devan tak bisa berkata kata

"Banyak mata disini setidaknya aku harus terlihat sebagai calon istri yang baik" Kalimat sarkas itu seolah menyentak Devan kembali pada kesadarannya

Gadis itu mengenakan dress model A line yang sangat sopan dengan bagian bawah se lutut hingga saat berjalan menjauh dari Devan pun terlihat amat sangat mempesona dan berkelas

Dengan cepat Devan menyusul menyamakan langkahnya dengan langkah tegas milik gadis itu. Pria yang menjabat sebagai seorang Bupati itu membukakan pintu untuk Nora namun ia tak menutup pintunya begitu saja

"Kalau begitu saya juga harus terlihat sebagai calon suami yang sangat mencintai calon istrinya bukan? " Dengan berani Devan memegang dagu Nora dan mendaratkan kecupan di bibir yang berlapis lipscream berwarna nude itu. Bak slowmotion dalam pengambilan sebuah video semuanya berputar lambat di sekitar Nora yang masih tertegun

"Hati hati di jalan" Kali ini giliran Nora yang terkejut belum pernah ada satu orang laki lakipun yang begitu lancang memberi kecupan padanya seperti itu

Sepanjang perjalanan yang di lakukan Nora hanya melamun usai dengan mudahnya bibir Devan berucap kalimat 'saya juga harus terlihat sebagai calon suami yang sangat mencintai calon istrinya' seolah terus saja berputar di kepalanya seperti kaset yang rusak, ternyata tidak di cintai dan tidak diinginkan rasanya terasa menyesakkan dada

Dalam hati ia terus mengasihani dirinya sendiri dengan jalan hidup yang sudah di gariskan membuatnya tak pernah punya pilihan, Leonora bahkan lupa kapan kali terakhir ini bermimpi menjadi seseorang atau menginginkan sesuatu kini hidupnya persis seperti boneka di atas panggung pertunjukan yang megah. Semuaorang sangat menyukainya.. Menyukai hasil karya kedua orang tuanya bukan menyukai sosom Nora sendiri

"Gimana Devan Nduk? " Trias bertanya pada putrinya yang baru saja tiba di rumah, sejenak Npra menghela nafasnya lelah

"Seperti yang Njenengan bilang" Benar.. Persis seperti apa yang sang Ayah katakan padanya hanya saja Syahreza Devan Tanuwidjaja sedikit lebih naif dari yang ia kira

'Pernikahan pada umumnya? ' bahkan Nora masih merasa geli mendengar kalimat penuh harap itu. Nora berjanji yang akan ia lakukan nanti adalah sebaliknya.. Apapun yang Devan minta makan Nora akan lakukan sebaliknya tepat seperti apa yang sudah pria itu lakukan padanya

Atas dasar hak apa sosok asing itu mengatur seluruh hidupnya? Mulai dari sekolah yang Nora ambil hingga jurusan kuliah yang Nora tekuni bukankah itu sangat lancang?

"Trus kamu setuju kan sama dia Nduk? Bagus kan? Ganteng kan? " Pancing Trias dengan senyum jahilnya namun wajah Npra justru tak bereaksi dan berekspresi apapun

"Mau di bilang jelek juga tetap Njenengan lanjutkan, jadi kalau menurut saya pernikahannya di percepat saja" Agar makin cepat Nora membalaskan setiap tetes air mata yang ia keluarkan untuk menangisi kisah hidupnya yang tragis itu dengan tetes keringat Devan yang akan di keluarkannya karna kelelahan untuk menghadapi tingkah polah Nora yang tak bisa di atur









Bersambung...













Senja Antara KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang