04

265 46 4
                                    





Meja kerja Leonora menghadap jendela lebar di lantai dua rumah dinas sang suami, mata indahnya menatap langit malam yang kian temaram. Waktu menunjukan pukul delapan malam dan Syahreza Devan Tanuwidjaja belum juga sampai di rumah. Apakah Nora khawatir? Tentu tidak, ada atau tidaknya Devan tak berpengaruh sedikitpun bagi Nora

Kamar tidur Devan dan Nora sangat luas dengan arsitektur minimalis membuat ruangan itu terlihat modern dan bersih, di lengkapi kunci pintu otomatis yang hanya bisa di buka oleh sidik jari Devan dan Nora di tambah dengan dua tempat tidur besar yang mereka rahasiakan dari semua orang dan perkara pisah ranjang itu juga yang mendalangi di pasangnya pengunci otomatis khusus kamar mereka

Banyaknya pengawalan dan keprotokolan di rumah Dinas ini membuat Nora tak nyaman seolah setiap kegiatannya di luar kamar selalu di awasi. Sangat berbeda dengan kediaman keluarga Sasmitra yang selalu tenang lantaran tiap pekerja dan staff memiliki jalur tersendiri untuk mobilisasi juga jam jam tertentu di ijinkan memasuki ruangan ruangan utama hanya untuk sekedar mengantar tamu, bebersih dan hal hal kecil lain

Nora tak nyaman... Tentu saja. Beberapa waktu lalu ia menemani seorang tukang kebun untuk menata halaman belakang namun ajudan dan keprotokolan selalu mengikutinya hingga tiga orang berdiri tepat di belakang Leonora. Putri Triliuner itu tentu saja tak asing dengan penjagaan namun tak pernah se dekat itu hingga membuatnya risih

"Belum tidur? " Sapa Devan memasuki kamar mereka. Nora hanya menghela nafas

"Lusa ada peresmian sentra UMKM, kamu ikut ya" Nora tak menjawab satupun kata yang keluar dari bibir Devan namun Devan tau dengan pasti bahwa Nora akan menyetujuinya selama beberapa hari menikah Nora ternyata cukup bisa di ajak kerjasama dengan baik

Setelah mengganti setelan formalnya Devan mengambil vacum cleaner di ujung ruangan dan mulai membersihkan lantai kamar mereka, jangan tanya apa yang di lakukan Nora tentu saja tidak ada ia hanya mengamati kegiatan Devan dengan wajah sinisnya

"Baju bersih kamu sudah saya masukan lemari" Lagi lagi tak ada jawaban Nora, semua pekerjaan bersih bersih di kamar pribadi mereka adalah urusan Devan tak ada sangkut pautnya dengan dirinya

"Sudah bersih semua, temani saya makan sebentar" Leonora hanya mengekori langkah lebar suaminya tanpa satu katapun

Ia nampak telaten mengambilkan makan untuk Devan dengan berbagai hidangan yang tersedia di meja makan. Mulai dari nasi, ikan goreng, tumis sayur juga sambal dan kerupuk

"Ayah kasih tau saya kalau kamu mau kuliah lagi? " Nora hanya mengangguk. Baguslah ia tak perlu repot repot mencari alasan dan menjelaskan banyak hal dengan Devan

"Boleh kok, mukanya ga usah bete gitu" Gurau pria 35 tahun itu

"Aku mau kuliah di Melbourne lagi" Kalimat Nora sukses menghilangkan senyum di wajah teduh Devan. Tujuan Nora bukan S2nya namun kehidupan bebasnya tanpa ajudan ajudan Devan juga keberadaan sang kekasih Georgino Frans Efendi yang amat ia rindukan

"Kalau itu jelas saya ga ijinkan" Kening Nora mengkerut tak terima

"Kenapa? Ga mampu biayain? Aku punya uang sendiri ga usah khawatir" Kalimat istrinya melukai harga diri Devan, ia meletakkan sendok dan garpunya menimbulkan suara yang cukup lantang

"Kamu tau sekarang kamu sudah punya suami? " Devan tau bagi Nora menerima hubungan mereka bukanlah perkara hal yang mudah namun ini keterlaluan

"Proses pendaftarannya sudah selesai, tiga bulan lagi aku tetep berangkat apapun yang terjadi" Nora meninggalkan meja makan itu begitu saja membuat Devan meraup wajahnya kasar hilang sudah nafsu makannya. Jadi alasan Nora belum tidur dan mau menemaninya makan malam adalah untuk berdebat dengannya?

*****

Leonora tampak memukau dengan rok hitam se lutut dan kemeja satin berwarna biru navy yang di lipat hingga siku, rambut hitam bergelombangnya ia biarkan terurai berjalan berdampingan dengan Devan yang mengenakan pakaian senada membuat setiap mata yang memandang berdecak kagum akan keserasian pasangan suami istri itu

Devan tak melepaskan tangan kanan Nora sedikitpun karna hanya dengan momen seperti ini Devan dapat menggenggam tanganistrinya tanpa merasakan perihnya penolakan seperti yang sudah sudah

Tak hanya itu Devan juga selalu terpesona dengan mata indah sang istri yang terus saja tersenyum, ia akan melakukan berbagai cara andai sang istri selalu tersenyum saat bersamanya

"Kamu mau cobain yang mana? " Tanya Devan sembari menghapus keringat yang membasahi kening indah Leonora

"Mau yang coklat aja Mbak, 2 ya" Melihat makanan kesukaannya membuat Nora semangat ia memandangi kumpulan bomboloni gembul gembul itu dan tak sabar segera melahapnya

"Iya Bu.. Satu buat Bapak ya Bu? " Tanya penjual bomboloni itu seolah mengingatkan Nora pada sosok Devan di sampingnya padahal ia memesan 2 bomboloni untuk dirinya sendiri tadinya

"Iya" Jawab Nora asal membuat Devan tersenyum

Nora menyodorkan bomboloni itu untuk sang suami namun Devan justru memakannya saat masih berada di tangan Nora sehingga orang orang yang melihat pasti mengira bahwa Nora menyuapi Devan dengan sengaja pdahal bukan itu maksudnya

"Manis" Devan mengatakannya sambil memandang wajah cantik istrinya tentu saja semua orang yang ada di sana heboh menyaksikan aksi romantis pasangan yang baru satu minggu menjadi pasangan suami istri itu

"Bapak" Bisik salah satu ajudan memberi peringatan lantaran ingat bahwa Devan alergi coklat. Dengan cepat Devan memberi kode agar para ajudannya berhenti ia tak ingin merusak momen romantis menikmati makanan dari suapan istrinya, andai Leonora memberinya racun sekalipun asal racun itu di suapkan langsung dari tangannya maka Devan akan terima

"Ayo lanjut lagi" Devan mengabaikan tatapan khawatir dari para ajudan di dekatnya hanya karna satu wanita yang amat berharga baginya biarlah kali ini Devan menahan alerginya

"Mas mau makan apa? " Tanya Nora terdengar begitu merdu di telinga Devan

"Kamu makan apa? " Tanya Devan lagi lagi memberi kode salah satu ajudannya untuk mendekat

"Carikan saya air kelapa" Merasa mulai sesak nafas Devan segera meminta penawar pada ajudannya karna tak ingin Nora curiga terlebih di hadapan banyak orang seperti ini

"Bebek, Mas mau bebek kan? " Tanya Nora lagi masih dengan senyum dan mata penuh permohonannya

"Boleh, minumnya air kelapa ya enak kayaknya" Leonora mengangguk mantap sementara Devan mulai sesekali sengaja batuk untuk meringankan sesak nafasnya yang kian memburu












Bersambung...











Senja Antara KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang