10

267 48 0
                                    

Nora tertawa terbahak bahak mendengar rangkaian kalimat permintaan maaf Devan

Pria itu menyebutnya jalang, murahan dan tak tau diri beberapa saat lalu dan sekarang bertekuk lutut di hadapannya seolah ucapannya kemarin tak pernah menyakiti hati

"Keputusan sudah di buat dan kamu sudah setuju dan aku ga akan merubah keputusanku" Beberapa bulan tinggal bersama Devan munafik jika Nora tak merasakan ketulusan yang pria itu berikan

Nora sudah memaafkannya... Apa yang di katakan Devan kemarin bukanlah hal besar setidaknya tak lebih besar dari masalah masalah yang ia hadapi selama ini namun bagaimana jika pria itu mengulanginya lagi? Mengungkit hal yang sama lagi?

Meragukan bayi dalam kandungannya pun Nora mengerti jangankan Devan Nora pun terkejut bukan main dengan berita kehamilannya yang tiba tiba dan mungkin Devan juga mengalami hal yang sama

Namun satu hal yang tak bisa Nora lupakan begitu saja... Sorot mata tajam hari itu tak pernah lepas dari ingatannya, apa Devan selama ini memang se kasar itu?

Orang bilang jika ingin melihat karakter asli seseorang lihatlah saat ia marah, jadi Devan yang menyeramkan hari itu apakah Devan yang sama dengan Devan yang bersimpuh di hadapannya saat ini?

"Saya ketemu dokter... Dia bisa dalam bahaya kalau kita tes DNA sekarang, dia bahkan bisa terlahir cacat" Devan menunduk mencengkram kedua lututnya

"Saya terbawa emosi kemarin.. Saya.. "

"Basi" Nora memotong kalimat Devan dengan cepat

"Nora.. Saya... Bisakah kita bercerai saat dia sudah lahir? Tidak akan pernah ada tes DNA buat dia karna dokter bilang itu bisa menyakitinya tapi.. Bisakah perpisahan kita di tunda sampai dia lahir?" Gawat... Nora mulai tersentuh lagi dengan ketulusan pria itu

"Bagaimana kalau dia bukan anak kamu? " Ia adalah seorang pemimpin yang begitu di puji oleh masyarakat juga panutan bagi bawahannya kini nampak menggantungkan seluruh hidupnya di tangan Leonora Harsa Sasmitra

"Andai dia bukan milik saya sekalipun... Saya bersumpah akan mencintainya seumur hidup" Hormon kehamilan ini membuat Leonora melemah dengan kalimat kalimat dan ajakan ajakan gila Syahreza Devan Tanuwidjaja

Devan menyadari setiap perkataan penuh kebenciannya pada sang istri saat duduk di hadapan dokter yang memeriksa Leonora beberapa waktu lalu

Dokter menjelaskan bahwa dalam beberapa kasus memang bisa saja usia kehamilan tidak sesuai dengan waktu terakhir kali mereka melakukan hubungan karna yang di hitung adalah saat terakhir sang ibu mendapatkan menstruasinya

Devan bahkan amat marah pada dirinya sendiri yang telah memperlakukan istrinya di luar kendali seperti kemarin

Tak hanya Devan, Nora sendiripun kerap membuat kesalahan pada suaminya hingga kali ini Nora merasa semuanya impas dan tak ada yang perlu di perdebatkan, Nora mendekat dan memeluk tubuh tegap yang nampak rapuh itu, tangis Devan kian deras memeluk istrinya

Mungkin bawaan bayi juga hingga akal sehat Leonora seolah tak berfungi jika berhadapan dengan suaminya bukankah saat saat seperti ini adalah saat yang tepat bagi Nora untuk berpisah? Nyatanya berada dalam pelukan Devan justru membuatnya nyaman

*****

Nora sedikit terkejut saat tau bahwa proses perkuliahannya tengah di hentikan sementara namun keterkejutannya terjawab saat pihak kampus menyebut nama Leosona Sasmitra sang Ayah adalah dalang di balik ini semua

Pria paruh baya itu membuatnya berhenti sementara dari perkuliahan dengan alasan agar Nora fokus pada kehamilan pertamanya, cucu pertama keluarganya

Lelah berdebat dengan hal hal tak masuk akal lainnya Nora hanya menurut saat sang suami memintanya kembali pulang

"Ibu hamil harus makan makanan tinggi asam folat" Yuniar Ibunda Devan yang selama ini tinggal di pulau dewata Bali kini menyempatkan diri datang ke rumah dinas putranya usai mendengar kabar bahagia bahwa ia dan suami akan segera menjadi pasangan Kakek dan Nenek berbeda dengan orang tua Nora yang bahkan menelfon untuk sekedar mengucapkan selamat saja tidak sama sekali

Sayur bayam, bakwan jagung, ayam goreng, telur rebus, jus buah naga dan susu coklat semua di siapkan hanya untuk Nora sejenak ia terpaku menatap banyaknya masakan itu

Nora berani bertaruh bahkan Ibu kandungnya sekalipun belum tentu mau bersusah payah seperti ini, bahkan tau makanan kesukaannya pun Nora ragu

"Bunda ga usah repot repot" Nora sungkan, di tambah ia tak tau apa yang harus di lakukan karna mendapat perlakuan hangat seperti ini membuatnya merasakan perasaan asing yang belum pernah ia rasakan sebelumnya

"Bunda ga repot buat mantu Bunda yang penting kamu sehat dulu sayang" Saat Devan lebih memperhatikan bayi dalam kandungannya, sang mertua justru mengharap kesehatannya

Tiba tiba terlintas di pikiran Nora bagaimana jika perceraiannya dengan Devan akan melukai Yuniar? Satu satunya orang yang terus saja memperhatikannya dengan tulus

"Nora sukanya apa? Mumpung Bunda disini biar Bunda yang masak, ga mual sayang? Bunda dulu waktu hamil Devan apa apa mual" Nora bangkit dan sedikit berlari menuju kamarnya

Berada di sekitaran Yuniar membuat dirinya merasa sangat kecil, jauh dalam lubuk hatinya Nora berharap sang Ibu lah yang duduk di hadapannya dan menanyakan hal yang sama dan berbagi pengalaman

"Sayang... Nora... Bunda bawa teh hangat" Ucap Yuniar di balik pintu kamar menantunya itu, setiap perhatian itu justru membuat Nora menangis pilu, ia ingin Ibunya walau ia tau itu tak mungkin

Telefon genggam Nora berdering menandakan sebuah panggilan masuk dari suaminya

"Bunda bilang kamu belum makan dan kunci diri di kamar, ada apa? Mual? Saya pulang ya" Berondong Devan saat panggilan telefonnya tersambung

"Kalau ga suka makanan yang di siap kan Bunda biar saya yang siapkan asal kamu mau makan ya? " Tanya Devan lagi namun pria tiga puluh lima tahun itu mendadak panik saat mendengar isak halus istrinya

"Nora... Ada apa? Saya di jalan sebentar lagi sampai rumah" Devan bergegas bangkit dari kursi kerjanya segera kembali ke rumah tak tenang

"Bunda... Aku mau Mama sebaik Bunda, tapi aku terlalu banyak nuntut kan Devan? Aku ga bersyukur kan? " Devan menghentikan langkahnya sejenak saat menyadari maksud dari kalimat istrinya

🔴🔴 FLASHBACK ON 🔴🔴


"Mama liat.. Bagus kan? Aku buat gaun Mama warna biru biar bagus" Gadis cilik yang cantik itu nampak sangat lucu di kuncir dua sembari memperlihatkan hasil gambarnya berupa empat orang yang berdiri bergandengan yang di ketahui Trias Sasmitra, Gaga Sasmitra, Nora Sasmitra dan sang Ibu Revinda Gunardi

"Udah Adek sana Mama sibuk" Revinda kembali memoles kuku kuku panjangnya dengan cat kuku yang mahal

"Tapi Mama liat dulu, bagus kan bagus kan? " Nora masih berusaha mencuri perhatian ibunya namun tak berhasil hingga tanpa sengaja Nora menyenggol lengan kanan Ibunya menyebabkan cat kuku itu mencoreng keluar dari yang diinginkan Ibunya berakibat Revinda marah besar

"Mama kan bilang Adek main sendiri kenapa gitu aja susah sih? Ga denger Mama bilang apa? Bandel banget, susah banget di bilangi, anak nakal! " Tak hanya berteriak Revinda juga memukul punggung Nora kencang

🔴🔴 FLASHBACK OFF 🔴🔴












Bersambung...













Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senja Antara KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang