Young Lord Uzumaki

238 40 8
                                    

Menatap lurus pada pintu di depan sana, kelopak mata Tuan Muda Uzumaki sedikit terbuka ketika ia dapati bola mata gelap Sarada yang mengintip.

Sudut bibirnya tertarik ketika gadis itu keluar sepenuhnya. Menampilkan sebuah kesan polos ketika tubuhnya yang dibalut dengan dress putih dipadukan dengan wajah yang bersih dari make up.

"Kau ..."

Boruto meneliti penampilan gadis itu dalam-dalam.

"Kemari," perintah lelaki itu pada akhirnya. Menyuruh Sarada untuk berdiri di hadapan meja rias. Menatap pada pantulan kaca yang menampilkan perbedaan tinggi di antara keduanya, ketika Boruto mengambil posisi dan berdiri di belakang Nona Uchiha itu.

Ia masih ingat benar bagaimana Sarada mengejeknya ketika mereka masih kecil, mengatakan bahwa Boruto terlalu pendek jika harus bersanding dengannya, tetapi lihatlah sekarang.

"Kau, satu hal yang harus kau ingat. Jangan taruh riasan apa pun di wajahmu, mengerti?" Ucap Boruto di samping telinga Sarada. Tangannya menggenggam lengan gadis itu masing-masing di kanan dan kiri. "Karena aku membencinya."

"Ketika aku membenci sesuatu, kau juga harus berpikiran sama," lanjutnya.

"Ketika aku menyukai sesuatu, kau menyukainya. Ketika aku membenci sesuatu, kau juga membencinya, bagus bukan?"

Sarada hanya diam, matanya menatap pada iris biru Boruto yang terpantul melalui cermin di depan wajah.

Well, apa yang Boruto katakan adalah kebenaran, itu yang tertanam di pikirannya.

Harus ia ikuti.

"Karena kita adalah satu."

Bagaimana pun harus ia ikuti, kebenaran yang palsu ini.

Di saat yang bersamaan, genggaman Boruto pada lengan Sarada menguat, menarik gadis itu untuk mundur hingga dapat ia rasakan berat dari tubuh Nona Uchiha itu yang bersandar pada dadanya.

Perlahan ia menunduk, semakin mendekatkan hidungnya pada bahu gadis itu ketika dapat ia cium aroma sabun yang terasa manis, menyeruak dari tubuh bonekanya ini.

Semakin ia dekati entah mengapa terasa semakin candu.

Baru hendak melingkarkan tangannya pada tubuh gadis di depannya, Boruto menoleh pada gagang pintu yang terlihat didorong-dorong dari luar. Disertai suara ketukan yang berhasil membuatnya terdiam.

"Kau tahu ...?"

Boruto masih diam pada posisinya, dapat mendengar jelas suara khawatir Sakura yang terdengar dari balik pintu.

"Aku sangat membenci gangguan-gangguan seperti ini."

Ucapan itu berhasil membuat Sarada melirik ke arah pintu, menatap lurus tanpa bisa dibaca apa arti dari pandangannya.

|••••|

"Boruto...!"

Boruto, orang yang namanya disebutkan hanya menampilkan senyuman, mendapati Sakura yang menatap cemas ke arahnya.

"Ya?" Tanyanya dengan senyuman yang masih terpampang di wajah.

Sakura menghela nafas, menatap pada Boruto yang berdiri di ambang pintu. "Kenapa pintunya terkunci? Kalian membuatku khawatir."

"Entahlah." Boruto melirik pada gagang pintu di sampingnya, yang sebelumnya ia putar kuncinya dengan santai. Sementara di saat yang bersamaan Sakura hampir menghancurkan tembok kamar putrinya sendiri karena khawatir. "Saya juga baru menyadarinya ketika Bibi mengetuk, entah bagaimana bisa terkunci ..."

Queen Disaster {BORUSARA}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang