Queen Disaster

202 31 6
                                    

Setelah jalan-jalan santai mereka, Sarada menatap pada pintu kamarnya yang ditutup dari luar. Boruto pergi setelah mengantarnya kembali ke kamar dan kini hanya ada ia sendiri.

Gadis Uchiha itu duduk di atas kasurnya untuk beberapa saat. Langit semakin menggelap pertanda sore hari mulai berjalan ke arah malam. Kini, gadis yang memiliki segalanya itu melangkah ke arah balkon kamarnya.

Menatapnya dengan pandangan kosong yang masih sama.

Esok hari ia harus berdiri di sana. Demi bersama dengan Boruto, Sarada benar-benar menetapkan niat untuk melompat jika Sakura dan yang lainnya masih tidak ingin menyatukan mereka.

Tetapi mengapa ... Tangannya bergetar.

Malam itu, ketika Otsutsuki Kawaki berniat membunuhnya, Boruto adalah sosok yang mengeluarkannya dari sana. Ia tidak akan lagi bernyawa jika bukan karena Boruto.

Hidupnya ini ... Milik Uzumaki Boruto, 'kan?

Tetapi mengapa ia takut? Mengapa ia takut mengetahui bahwa ia harus melompat dari sana, padahal Boruto yang memintanya untuk melakukan itu.

Sarada berbalik, memejamkan matanya untuk beberapa saat. Gadis Uchiha itu berniat untuk tidur saja karena hanya itu yang dapat ia lakukan, tetapi tempat sampah di samping meja belajarnya membuat fokusnya teralih.

Ia memilih melangkah mendekat.

Foto yang Boruto buang, pikirnya menatap pada beberapa bingkai foto yang menumpuk di sana.

Sarada menunduk, meraih salah satu bingkai foto itu dan memperhatikan wajahnya yang terpampang di sana. Pandangannya tidak terbaca. Di sana, Uchiha Sarada berdiri dengan seorang gadis seumur, yang tubuhnya lebih berisi darinya.

Ekspresinya terlihat kesal di sana, sementara gadis dengan kulit tan di sampingnya terlihat tertawa lepas.

Perlahan Sarada melangkah ke depan cermin. "Aneh," gumamnya.

Di foto itu ekspresinya terlihat kesal tetapi matanya ... Entahlah, terasa hidup.

Di sisi lain, menatap pada wajahnya yang terpantul di cermin, Sarada tidak dapat memperlihatkan tatapan yang sama, walau ketika ia berusaha. Matanya tidak bercahaya, terlihat kosong. Sementara di foto itu, ia ... Bahagia? Sarada sendiri tidak paham.

Eskpresi yang ia tunjukkan di foto itu seperti tidak nyata. Kini Sarada juga teringat foto di ruang tengah yang diisi oleh dirinya dan wanita berambut pink ... Tidak, maksudnya 'Papa' dan 'Mamanya.'

Penasaran, adalah kata yang terlintas di kepala Sarada saat itu. Tangannya membalik bingkai foto yang ia genggam dan menemukan dua nama di sana.

Namanya, dan juga, "Chocho."

Beberapa saat diam di posisi tanpa bisa diketahui isi pemikirannya, Sarada berbalik menatap pada komputernya yang tertata rapi di atas meja belajar.

Karena ia tidak memiliki ponsel ... Mungkin ini satu-satunya cara. Satu-satunya cara untuknya berkomunikasi dengan gadis di foto itu.

|••••|

"Serahkan saja tentang Pamanmu pada Bibi."

Sakura tersenyum manis pada Boruto di hadapannya yang mengangkat koper berwarna merah milik Sarada. Matanya kemudian beralih memperhatikan putrinya itu yang duduk diam di dalam mobil.

Oh, sakit sekali rasanya harus melepaskan anak semata wayang seperti ini. Apalagi kondisi Sarada jauh dari kata baik.

"Jaga dirimu dan Sarada, ya?"

Queen Disaster {BORUSARA}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang