Tawa Panca mengisi udara dengan keceriaan yang jarang terlihat. Raut wajahnya yang biasanya tegang dan penuh ketakutan, kini melunak menjadi ceria dengan mata yang berbinar-binar. Ia duduk di samping Galuh, adiknya. Pemandangan itu mengejutkan Prabu, sebab ia jarang melihat kedua orang itu tampak begitu akrab.
Adipati itu memperhatikan mereka dengan alis terangkat, mencoba memahami sejak kapan keduanya menjadi dekat. Panca, yang selama ini hanya tampak takut dan gugup di hadapannya, kini terlihat begitu berbeda, begitu nyaman dengan Galuh. Seolah-olah Galuh memberikan kenyamanan yang tak bisa Prabu berikan.
Namun, di dalam dada Prabu, ada sesuatu yang berkobar. Ia merasa tidak senang melihat kedekatan ini, seakan ada yang mengganggu benaknya. Langkah kakinya cepat menghampiri mereka, mengejutkan Panca dan Galuh yang tengah menikmati percakapan mereka di bawah rindangnya pohon besar di halaman kediamaan adipati.
"Sedang apa kau di sini, Galuh?" tanya Prabu dengan suara yang sedikit terdengar tajam.
Galuh menoleh dengan hormat pada Prabu, mencoba menemukan kata-kata yang tepat. "Aku hanya berbincang-bincang ringan dengan Panca, Mas. Kami mengambil sedikit udara segar di luar."
Panca menambahkan dengan ramah, "Iya, Tuan Adipati. Kami hanya berbicara tentang hal-hal sepele."
Senyum tulus Panca tetap terukir meskipun Prabu merasa ada yang tidak beres. Sebagai seorang adipati yang teguh, keakraban yang tumbuh di antara orang sekitarnya, terutama Panca yang selalu tampak takut di hadapannya, menimbulkan kecurigaan. "Seperti itu ya," ujar Prabu dengan nada agak dingin. "Tapi seingat saya, kau punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, Panca. Siapa yang menyuruhmu bersantai di sini?"
Galuh mengangkat alisnya dengan bingung, tidak terbiasa melihat kakaknya bersikap begitu tegas dan melarang Panca untuk beristirahat sejenak. Raut wajah Panca pucat, kepala menunduk tanpa berani menatap Prabu. "Saya minta maaf, Tuan. Saya akan segera menyelesaikan pekerjaan saya," ucapnya dengan gemetar.
"Tidak usah. Saya sudah memberikan pekerjaanmu kepada pelayan yang lain," kata Prabu dengan ketus, membuat Panca semakin merasa tidak enak hati, berusaha menahan ketegangan dalam dirinya.
"Kamu ikut saya sekarang, Panca," perintah Prabu, memandang lelaki yang masih tidak berani mengangkat kepalanya. Lalu pandangannya berpindah kepada Galuh. "Dan kau, segera kembali ke kamar untuk belajar, Galuh."
Panca mengangguk patuh, meskipun wajahnya masih pucat. Ia mengikuti Prabu dengan langkah gugup, hatinya dipenuhi rasa cemas akan nasibnya. Di sisi lain, Galuh menghela napas berat, menarik diri untuk menghormati perintah kakaknya, meskipun dirinya juga merasa kebingungan dengan perubahan sikap sang kakak yang tiba-tiba.
Galuh kembali ke kamarnya dengan langkah berat. Dalam hatinya, ia bertanya-tanya mengapa kakaknya begitu keras pada Panca kali ini. Apa yang terjadi? Apa yang tidak diketahuinya? Meskipun demikian, sebagai seorang yang sangat mengenal Prabu, ia tahu betul bahwa perintah Prabu harus dihormati tanpa ragu.
Panca bertanya-tanya, ke mana Prabu akan membawanya, sampai akhirnya langkah lelaki itu berhenti di ruang kerja milik Adipati. Baru satu minggu Panca tinggal di sini, dan dia jarang sekali memasuki ruang kerja tersebut. Panca berdiri diam saat Prabu tiba-tiba menutup pintu, membuat detak jantungnya berdegup kencang. Dengan susah payah, ia menelan air liurnya karena gugup. Apa yang akan dilakukan sang Adipati padanya? Apakah ia akan menghukumnya? Membuangnya? Atau apa? Segala pertanyaan berdesakan di kepalanya, tanpa tahu jawabannya.
"Kemari," perintah Prabu, gesturnya menunjukkan agar Panca mendekat. Panca yang sedari tadi menunduk pun mengangkat kepalanya. Ia melihat Prabu melepas blangkonnya dan menyimpannya di meja, lalu membuka kancing teratas pakaiannya, membuat Panca semakin gugup. Ia berjalan perlahan, ragu-ragu, hingga akhirnya berdiri di depan meja kerja Prabu. Tatapan intens Prabu membuat Panca meneguk saliva dengan susah payah, bahkan menahan napasnya, karena aura dominasi itu menguar dari tubuh Adipati.
![](https://img.wattpad.com/cover/372179927-288-k5437.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESI - PONDPHUWIN GEMINIFOURTH
FanficPesta penyambutan itu berubah menjadi malapetaka, yang membuat Panca harus menyerahkan diri kepada seorang adipati menggantikan tuannya, Raden Fajar Suryaningrat. Semua menjadi semakin rumit ketika Galuh ikut campur.