Elvano yang menghilang di acara ulang tahun itu, menimbulkan kekacauan di keluarga Killian. Seusai acara, Tuan dan Nyonya Killian beserta putra-putrinya berkumpul di sebuah ruangan. Nyonya Killian terlihat sedang melepas antingnya dengan emosi.
"Sebenarnya, apa yang kamu katakan ke Vano?" Tanya Nyonya Killian pada suaminya, dengan emosi.
Vela berdiri di belakang mamanya, berlindung dari tatapan mematikan papanya. Karena ialah yang mengadukan papanya, perihal papanya yang terakhir menemui kakaknya dan memarahi kakaknya.
"Sayang, Jawab!"
Theo tetap diam, memikirkan alasan tepat untuk menjawab.
"Sayang!"
"Pa, ini hari ulang tahun Mama, jangan buat Mama marah deh," ucap Brianna, kesal sendiri dengan papanya yang terus-terusan diam.
Theo menatap putrinya lalu menghela napas. Di keluarga ini, siapa yang akan membelanya?
"Cuma bilang ke Vano kalau besok dia harus kembali," ucap Theo dengan pelan.
Nyonya Killian menatap suaminya dengan kesal, lalu melempar sebuah aksesoris ke arah suaminya.
"Kamu bilang, cuma? Cuma?"
"Aku nggak salah sayang, Vano yang mau pergi."
"Aku gamau tau, kamu cari Vano dan bawa dia pulang secepatnya!" Perintah Nyonya Killian sebelum pergi meninggalkan ruangan itu.
Theo menatap putra-putrinya. "Kalian, yang menemukan Kakak kalian dan membawa pulang Kakak kalian, Papa jadikan anak emas," ucap Theo lalu mengejar istrinya dengan tergesa-gesa.
"Anak emas apa, Pa? Yang jelas dong," sahut Brianna.
"Papa kasih banyak uang," jawab Theo sebelum benar-benar meninggalkan ruangan itu.
~0~
Empat hari berlalu, tidak ada satupun diantara keluarga Killian yang menemukan keberadaan Elvano. Tuan Killian sendiri hanya mengandalkan putra-putrinya untuk mencari Vano. Sama sekali tidak mengerahkan ajudan atau semacamnya, keputusannya itu tentu beralasan.
Hari ini, Vela tidak pulang bersama kembarannya ataupun adiknya. Gadis itu harus pulang sendiri karena kedua saudaranya berperan dalam acara wisuda angkatannya, kembarannya menjadi perwakilan angkatannya dalam acara wisudanya nanti, sekaligus menjadi siswa berprestasi di angkatannya, sedangkan adiknya akan tampil pada pentas di acara wisudanya.
Sementara dirinya, hanya menjadi siswi biasanya yang tidak memiliki peran penting. Jadi, tidak berlu ikut latihan atau semacamnya.
Sudah menunggu selama hampir satu jam, tidak ada tanda-tanda tiba dari mobil yang menjemputnya.
"Apa karena Kakak dan B pulangnya masih jam 6 nanti, ya?" Tanya Vela pada dirinya sendiri. Merasa sedih namun ia sudah terbiasa. Jadi, tak masalah.
Jam 6 malam, Vela tetap tidak melihat mobil keluarganya. Gadis itu menatap langit yang mulai gelap, sesekali menghela napas, menetralkan rasa tidak enak dihatinya.
Lama menunggu, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Mata Vela menahan air matanya. Mengapa ia bodoh sekali! Mengapa ia tidak menghentikan taksi saja! Mengapa ia menunggu sampai selama ini.
Namun, apakah saudaranya atau orang tuanya tidak ada yang mencarinya?
Dengan mata berkaca-kaca, Vela melangkah ke tepi jalan, menunggu lewatnya sebuah taksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELVANOVELA
Teen Fiction"Mencintai saudara tiri itu tidak salah, yang salah jika cinta itu berubah menjadi obesesi gila" ___________ Elvano D'Killian menempuh pendidikan menengah keatasnya di Sydney, Australia. Selama ini tidak ada yang memberatkan Vano untuk tinggal di ne...