Regrets

2 1 0
                                    

Matahari bersinar hangat di balik kabut tipis, memancarkan cahaya lembut yang membuat segala sesuatu tampak lebih magis dan damai. Udara pagi yang segar, membelai wajah seorang wanita dengan lembut ketika ia turun dari mobilnya. Suhu dingin membawa kesejukan yang menenangkan, juga memori yang sulit untuk dilupakan.

Kirana berjalan di jalan setapak yang pernah ia lewati bersama Rafi saat pertama kali menginjakkan kakinya di desa itu. Ia menarik nafasnya, merasakan kesegaran yang terus menusuk hatinya berulang kali.

Fi... aku ke sini lagi!

Fira, kakaknya Rafi, berdiri di depan rumahnya, menunggu kedatangan Kirana yang telah ia nantikan. Ketika melihat Kirana semakin mendekat, senyuman lebar menghiasi wajahnya. "Hai! Gimana di jalan? Lancar?" sambut Fira dengan hangat, memeluk Kirana erat yang mengangguk di pundak Fira dengan senyuman tipisnya.

"Iya, nggak macet kok!" balas Kirana, membuat Fira tertawa kecil.

"Ya udah atuh kalo gitu, sok duduk dulu!" ucap Fira setelah melepas pelukan. Ia lalu berjalan masuk ke dapur untuk mengambil jamuan, sementara Kirana duduk di ruang tamu yang masih terasa begitu dingin.

Tak lama, Fira kembali datang dengan membawa beberapa cemilan juga teh hangat yang langsung disajikan di atas meja ruang tamu, kemudian Fira duduk tepat di sofa yang ada di sebelah Kirana.

"Makasih, Teh!" ucap Kirana sebelum Fira mulai berbicara.

"Iya sok ga apa-apa, mangga (silahkan) diminum!" balas Fira, memunculkan senyuman simpul di wajah Kirana. Ia mengambil secangkir teh yang mengeluarkan uap panas, lalu menyeruputnya perlahan, membuat tubuhnya hangat seketika.

"Jadi kenapa Rafi teh? Teteh nggak tau da jarang main sosmed," Fira tertawa kecil, "kemarin juga sempet pamitan lewat telepon, keliatannya biasa aja! Emang mendadak banget sih Teteh juga udah bilang gitu, tapi katanya disuruh bos, jadi yaudah!"

Kirana tersenyum kecut, dan matanya yang telah membengkak itu kembali berkaca.

"Teteh nggak tau kalo ada masalah, nggak tau juga kalo ninggalin Kirana. Kalau tau mah, pasti udah Teteh marahin juga!" ucap Fira, membuat Kirana tertawa kecil.

"Iya, Teh, nggak apa-apa. Ga usah dimarahin Rafi-nya, kasihan," balas Kirana. Suaranya terhenti saat itu, saat isak mulai tak bisa ia tahan lagi. Memori yang tidak ingin ia ingat saat itu, tiba-tiba saja melintas saat menyebut namanya. Ia mencoba menarik nafas, mengatur kembali nafasnya agar ia bisa melanjutkan kalimatnya.

Udara segar nan dingin yang ia hirup, seakan membawanya kembali pada masa saat mereka masih bersama. Kirana memejamkan mata, namun ia seakan kembali melihat dirinya saat sedang berdua bersama Fira di tempat yang sama beberapa bulan yang lalu. Di pahanya, Kirana memangku sebuah buku album besar berisikan foto-foto kekasihnya saat ia masih sangat kecil, membuat Kirana tersenyum kegemasan.

"Lucu banget! Ih kalian mirip banget tau ga kalau disandingin gini!" ucap Kirana sembari menunjuk ke foto Rafi dan Fira saat mereka kecil.

"Iya lah, kakak adek namanya juga!" balas Fira sembari tertawa.

"Aku sama adek aku nggak mirip loh!"

"Oya?"

Kirana hanya mengangguk, lalu matanya kembali memindai semua foto di halaman album tersebut. Senyuman simpul di wajahnya muncul, membayangkan bagaimana pria yang ia kagumi itu pernah menjadi seorang bayi yang lucu.

"Rafi waktu kecilnya gimana, Teh?" tanya Kirana sambil membuka lembaran lain.

Fira menarik nafasnya, seakan mencoba mengingat-ingat masa lalu mereka. "Yah, standar sih anak laki-laki ya. Dia nakal, ga betah di rumah, kerjaannya main terus. Terus, anaknya juga penasaran, suka ngulik-ngulik, suka masak-masak, ya gitu sih," jelas Fira.

Broken Butterfly II - Sequel of the OverthinkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang