___________
____Ceklek...
"Halo...? Kamu kenapa?" pungkas seorang gadis jangkung yang baru saja memasuki ruang ganti.
Seorang gadis lain yang sedang terduduk menatap gadis jangkung itu. Penuh, penuh air mata. Matanya penuh dengan tetesan air mata.
"Aku kurang latihan, pertunjukan cheers nya jadi jelek."
"Haha! Siapa bilang? Kamu keren banget! Aku Adel, Reiva Fadela. Udah, jangan sedih lagi!"
***
Tin! Tin!
"Nak, Adel dateng, tuh!"
"Iya, Mom. Ashel pamit ya!" gadis itu berpamitan karna suara motor gadis keren itu sudah terdengar.
"Heyyy, kamu mampir lagi?" sapa gadis itu ramah.
"Iya dong, harus ngapel sama kesayangan. Ayo, naik! Kita cari sotong!"
gadis itu berbinar. Dengan sumringah ia naik ke boncengan Adel.
***
"Ihh Adell! Foto dulu sini, bajunya jangan dilepas dulu!" Ashel menghentikan Adel yang hendak melepas baju kelulusan dan semacam topi berbentuk kotak itu."Panass, Shel," keluh Adel dengan tangan yang terus ia kibas-kibaskan.
"Foto bareng duluuu sama Mommy!" Ditariknya tangan gadis itu menuju spot berfoto disekitar pesisir pantai.
***
Hembusan angin lembut mulai menerpa wajahnya yang berada di dalam mobil.
"Kamu kenapa ke pantai ini lagi?" tanya seorang gadis bertopi yang memegang stir mobil. "Belom move on, ya?" ledeknya.
"Apasih, Kak Ara. Ngaca dong, Kakak juga masih gamon sama Kak Amora, kan?" Ara memasang wajah kesal. Ia memang sensitif jika ada yang membawa nama mantan pacarnya.
"Yaudah, aku turun dulu. Kakak disini aja."
Wush...
Angin lembut menerpa tiap inci badannya, suara ombak menusuk lembut pendengarannya.
"Mungkin ga hari ini kamu mampir lagi?" suara dari telepon itu membuat Adel terkekeh.
"Pasti mampir, kalo bisa..." Adel mengingat memorinya bersama Ashel. Ia merindukan gadis itu.
"Semoga hari ini kamu beneran nyempetin waktu ke sini, Shel." Adel berbicara dengan layar handphone yang menunjukan pesan bahwa Ashel sebentar lagi akan tiba ke lokasinya saat ini.
Benar saja, tak lama kemudian terdengar suara mesin mobil. Ashel keluar dari mobil berwarna hitam itu dengan senyuman yang merekah dari kejauhan.
"Kamu dateng ternyata, aku kira udah ga bisa."
"Pasti bisa! Pasti aku sempetin kalo buat kamu, Del!" gadis itu lalu duduk di sebelah gadis jangkung itu.
"Apakabar? Lama ga ketemu, kamu makin cantik," puji Adel. Ashel hanya membalas dengan pukulan ringan di lengan.
"Baikk, baik banget. Kamu ga berubah, selalu sama."
"Kamu masih cengeng? Pundungan?" ledek Adel yang membuat Ashel memutar bola matanya malas.
"Engga, dong! Masa udah berkepala dua masih cengeng?" bangga Ashel dengan wajahnya yang jumawa.
"Iya deh. Kamu kangen masa-masa SMA ga? Pas kita masih bareng dulu." Adel menatap lurus ke depan. "Eh? Katanya ga cengeng, kok nangis?" Adel bergegas menghapus air mata Ashel yang menumpuk.
"Kangen, Del. Andai waktu bisa diulang, aku mau ngulang masa itu lagi. Setiap hari disekolah bareng, pulang pasti kita berdua. Suara motor kamu yang jadi suara favorit aku tiap hari... I thoughts we will be forever young... Duduk di boncengan kamu tiap hari, ketawa bareng, dan masih banyak lagi."
"Setiap orang ada masanya... Masa kita emang udah habis, Shel. Aku juga kangen, semenjak selesai sama kamu, aku gapernah mulai hubungan lagi..." air mata mereka berdua mengalir dengan halus di pipi mereka.
"Tapi, kayaknya emang semua udah berakhir. Mama jodohin aku... Terpaksa aku harus ikut pasangan aku pindah ke kota lain..."
Ashel tak sanggup, ia menyandarkan kepalanya di pundak gadis itu. Gadis yang ia hafal suara motornya, yang selalu ia temui, yang sangat ia sayangi, pada saat ia SMA dulu.
"Belajar nerima semuanya, ya? Aku tau ini berat dan susah." Adel menuntun Ashel untuk bangkit.
"Gapapa, kamu masih punya-"
"Mama! Ayooo..." seorang anak laki-laki berlari ke arah Ashel.
"Tunggu bentar ya, sayang. Kenalan dulu sama temen Mama." Ashel menuntun anak lelaki itu untuk berkenalan dengan Adel.
"Hey, kamu siapa namanya?" tanya Adel dengan ramah.
"Lei." jawab anak itu. Nampaknya ia masih kisaran umur 4 tahun karna belum lancar berbicara.
"Lei? Rei?"
"Iyaa, namanya Rei."
"Kenapa namanya itu?" tanya Adel dengan sebungkus jajanan ringan di tangannya.
"Kaya nama kamu! Kalo anak aku laki-laki bakal aku namain Reivan, karna kamu spesial di hidup aku!" jawab Ashel dengan senyuman yang selalu membuat Adel gemas.
"Nanti dia dipanggil Rei, pake i bukan y."
"Va! Cepetan, udah mau terbenam mataharinya." teriak Ara dari dalam mobil.
"Kak Ara?" Adel mengangguk, "keliatan murung, masih gamonin kak Chika ya?"
Tak dapat dipungkiri, gadis berdarah Batak itu memang masih membekas di hati sang kakak, Amora Chika.
"Udah saatnya pulang." Ashel mengangguk sedih
"Mama nangis? Mama kenapaa?" anak lelaki itu khawatir dengan sang Mama.
"Gapapa, Nak. Ayo ke mobil, pamit dulu sama kakak Adel."
Setelah berpamitan, Adel dan Ashel bertatapan. Tatapan yang tak dapat dijelaskan, campur aduk. Mereka berpelukan, kala matahari mulai menenggelamkan dirinya.
Ashel mulai beranjak, sembari menggandeng sang anak di tangan kanannya. Tangan kirinya melambai ke arah Adel.
Hari yang berat. Hembusan nafas Adel terasa terlalu berat. Ia kadang menangis jika mengingat gadis itu.

"Pada akhirnya kita tak dapat bersatu, Tuhan menakdirkan kita sedari awal memang begitu. Aku tak tahu di kebetulan mana kita akan bertemu. Tapi yang pasti, aku merindukanmu, selalu."
___________
______End.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONESHOOT JKT48
Fanfiction! fiksi 100% ( 𝗱𝗶𝗹𝗮𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝘄𝗮 𝗸𝗲 𝗿𝗲𝗮𝗹 𝗹𝗶𝗳𝗲 𝗱𝗮𝗻 𝘀𝗼𝘀𝗶𝗮𝗹 𝗺𝗲𝗱𝗶𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗱𝗮𝗽𝗮𝘁 𝗱𝗶𝗷𝗮𝗻𝗴𝗸𝗮𝘂 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗲𝗿) ! gxg ! Some stories contain h-word, mature content (𝗯𝗶𝗷𝗮𝗸𝗹𝗮𝗵 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝗰...