MAMA Y PAPA 1

3.9K 191 9
                                    

"Utututu sayangnya emak ... Iya nanti kita beli balon. Balon yang hijau? Iya iya, sebentar ya emak lagi pilih ikan nih buat makan siang kamu."

Di siang hari bersama teriknya matahari, Yurdaka Ailand sendirian pergi ke pasar membeli titipan sayur mayur ibunya untuk dimasak dan dimakan.

Bahan-bahan yang dititip pada sebuah kertas dilipat oleh sang ibu semuanya sudah lengkap. Tetapi, Yurdaka belum minat pergi dari pasar setelah melihat ada anak kecil laki-laki tengah merengek meminta dibelikan balon bewarna hijau disaat ibunya sibuk memilah ikan untuk dibelinya.

"Emakk ... Emakk ... Balon," rengeknya semakin menjadi melihat bapak penjual balon mulai mengangkat barang jualannya siap pergi meninggalkan pasar.

"Huwaaaa ... BALon ..." teriakannya berhenti disaat Yurdaka datang membawa balon bewarna hijau dan memberikannya kepada anak itu.

Oleh Yurdaka, air mata sang bocah laki-laki dihapus lewat tangannya memberi kode agar tidak menangis lagi.

"E-eh? Siapa kamu? Loh?" Tanya si emak bocah itu terkejut melihat Yurdaka.

"Saya bukan orang jahat. Saya hanya memberi anak anda balon saja, kalau begitu saya izin pergi dulu," ucapnya memberikan senyuman tulus sebelum meninggalkan tempat emak dan anak itu.

"Huhu ... Aunty-nya baik dia kasih Juan balon hijau."

"Oh gitu, eh? Cepat sekali dia perginya baru mau emak kasih ikan gratis ke aunty-nya."

Yurdaka mendengar ucapan kedua orang itu dibalik tembok penjual buah dekat penjual ikan di mana hanya 5 jengkal langkah saja sudah sampai.

Senyum Yurdaka terpatri di wajahnya.

"Mungkin dia udah seumuran anak itu?" Tanyanya sendiri. Yurdaka menghapus air matanya mengingat kejadian kelam malam hari yang membuatnya harus menelantarkan seorang anak tidak berdosa di pinggir jalan keadaan hujan.

"Yadeva ... Mama kangen sama kamu nak. Mama ga tau keberadaan kamu di mana sampai sekarang ini," ucapnya sedikit terisak.

Tidak mau terlarut dalam kesedihan juga keputusannya membawa pergi jauh Yadeva selaku anak yang tidak Yurdaka harapkan lahir merupakan suatu keputusan yang sama sekali tidak salah, pikir Yurdaka.

Di rumah keluarga Kavindra, terdapat bocah berusia 5 bulan sedang ditimang sayang oleh kakak kandung ke-empat laki-laki bernama Razekiel Vordan atau biasa dipanggil Raze.

"Bang, lo niat bener kuliah di US. Ngapa kaga di Indo ae sih?" Tanya sang adik bernama Rellex.

"Negara impian gue tuh. Perjuangan gue ga sia-sia akhirnya kesampaian dapat pendidikan di sono."

"Akh elahh berarti sisa gue, Reckrik, Ravel, sama Rifdyal?"

"Iye lah. Masa lo ikut gue ke US, gue di sono lanjutin pendidikan bukan leha-leha."

Rellex berat hati ketika sang kakak ke-empat melanjutkan pendidikan di US sedangkan dia bersama ketiga saudaranya yang lain tetap tinggal di tanah air.

"Nih nih siapa namanya shhh ... Oh si anu ... Relpin. Susah bener namanya," keluh Razekiel.

Rellex mengambil gendongan Relpin dari Razekiel lalu sang kakak mendekati koper bahwa sebentar lagi akan berangkat ke bandara.

"Belajar yang rajin."

"Belajar apaan?"

"Belajar jadi papa buat Relpin hahaha. Nanti gue bantu cariin mama buat Relpin di US."

"Ga perlu, gue sendiri urus dia juga bisa tanpa bantuan pendamping."

"Tapi, lo bergantung sama yang lain."

"Gue minta tolong aja kaga pernah njir, mereka yang punya inisiatif."

"Ya bagus ... Lo kan bungsu makanya diprioritasin apalagi ada bayi di rumah."

Rellex memutarkan matanya malas. Jujur dia lebih suka merawat Relpin si anak yang dia pungut di malam hari bersama hujan deras sendirian ketimbang ke-empat kakaknya datang dan membantu mengurusnya.

Saat itu dirinya habis dijemput oleh Reckrik dari rumah temannya dan Reckrik menghentikan mobilnya disalah-satu minimarket pinggir jalan. Situasi cuaca yang sedang mereka hadapi sekarang ialah hujan badai disertai kilatan petir. Saat ingin kembali ke mobil, telinga Rellex mendengar suara tangis bayi.

Dalam keadaan basah kuyup membuat Reckrik sempat marah karena sang adik tiba-tiba asal main pergi dengan keadaan hujan akhirnya luluh ketika Rellex menyelamatkan nyawa malaikat kecil yang sepertinya sengaja ditelantarkan di pinggir jalan.

Hanya bermodalkan bedongan dan kardus.

Kardus itu sudah hancur karena basah air hujan.

Bocah malang itu akhirnya dibawa dan diadopsi oleh Rellex beserta ke-empat saudaranya.

"Relvin namanya. Gue kasih nama dia sesuai huruf awal gue, padahal gue ga tau siapa nama aslinya."

"Jangankan nama. Orang tua asli Relvin aja lo sama gue ga tau siapa," balas Reckrik datang dan membantu Razekiel membawa keluar barang bawaan milik Razekiel keluar rumah setelah itu dimasukkan ke dalam bagasi mobil dibantu Ravel dan Rifdyal.

Tiba di bandara, Razekiel sudah terbang menuju negara impiannya demi pendidikan dan masa depannya di sana.

"Nang ning ning nang euyy ..." Relvin mengeluarkan senyumnya di gendongan Ravel.

Sekarang keluarga Kavindra bersiap untuk pulang ke rumah usai mengantar Razekiel ke bandara

***

Bersama Rez kembali dengan membawa cerita yang baru

Ayo ramein

MAMA Y PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang