Happy Reading
.
.
.
.
.Di pagi yang cerah ini, Javin dan Imya sudah rapih dan siap untuk berdiskusi dengan orang yang akan merenovasi halaman belakang mereka.
Perut mereka juga telah terisi dengan sarapan sederhana yang Imya buat.
Tak lama menunggu, orang yang mereka tunggu pun akhirnya datang. Mereka berjumlah tiga orang. Javin mempersilahkannya masuk dan duduk di sofa ruang tamu.
Imya meminta Bi Siti untuk membuatkan minuman.
“Selamat pagi Tuan, Nona. Perkenalkan saya Bara,” ujar salah satu dari mereka yang berkemeja hitam.
“Saya, Didi,” ujar yang memakai kemeja putih.
“Saya, Budi,” ujar yang memakai kemeja merah.
Javin dan Imya mengangguk dan menyalami mereka sekaligus memberitahu nama.
“Langsung saja ya Tuan. Tuan Javin ingin membuat kebun seperti apa?” ujar lelaki yang memegang catatan di tangannya, Bara.
“Bagaimana Imya, kamu ingin membuat kebun seperti apa?” tanya Javin.
Imya metegapkan duduknya.
“Sebenarnya saya ingin kebun yang sederhana. Jadi saya ingin semua lahan kosong yang ada di belakang rumah di ubah menjadi kebun yang berisi sayur mayur, buah-buahan, dan bunga.”
“Untuk sayur mayur, saya ingin dibuatkan lahan persegi panjang yang berjejer. Jadi setiap dua jenis sayur mayur, akan tertanam di satu kotak saja.”
“Lalu untuk buah-buahan sepertinya langsung tanam di tanah tapi diberi jarak. Sedangkan untuk buah yang merambat saya ingin ditanam di pinggir tembok. Oh iya, khusus untuk buah strawberry saya ingin ditanam di sebuah pipa besar yang terdapat bolongan di setiap sisinya”
“Terakhir untuk bunga, Saya ingin ditanam memanjang perbaris. Satu baris saya ingin terdapat dua jenis bunga yang berbeda.”
“Sepertinya itu saja yang saya inginkan,” tutur Imya sebagai penutup penjelasannya.
Ketiga orang tersebut mengangguk.
“Javin, kamu ada tambahan?” tanya Imya.
“Bagaimana jika ditambah gazebo dengan tempat duduk di dalam nya? Bisa untuk istirahat dan menikmati pemandangan kebun,” usul Javin.
“Aku setuju!” balas Imya.
“Gazebonya ingin warna apa?” tanya lelaki yang memegang tablet, Didi.
“Aku suka putih, kalo kamu Javin?”
“Saya juga suka putih,” jawabnya.
“Oke, deal warna putih ya,” ujar Bara.
“Untuk sayur mayur, buah-buahan, dan bunga, ingin di tanam apa nona?” tanya Budi, tangannya sudah memegang tablet bersiap untuk mencatat.
“Saya ingin menanam kangkung, kubis, selada, wortel, tomat, cabai, bawang, sawi, timun, gambas, terong, buncis, kacang panjang, belimbing wuluh, lobak, serta kemangi untuk sayur mayur. Dan untuk kunyit, jahe, kencur, lengkuas, dan serai, tolong dijadikan satu kotak ya.”
“Selada dan sawi ingin tanam hidroponik atau tidak?”
“Sepertinya hidroponik aja.”
“Oke, lanjut buah-buahannya Nona.”
“Untuk buah-buahan saya mau semangka, apel, mangga, jambu kristal, alpukat, anggur, plum, peach, strawberry, buah naga, dan jeruk.”
“Terakhir, untuk bunga saya ingin menanam bunga matahari, tulip, mawar, lavender, dan lainnya terserah saja yang penting penuh,” jelas Imya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Kita
Teen FictionAzura Imya Ghava. Gadis mungil nan cantik yang dijodohkan dengan anak sahabat Ayahnya. Jikalau dicerita-cerita novel, perjodohan adalah neraka, maka lain bedanya dengan perjodohan mereka. Imya dan Javin sepakat untuk menikah sekali seumur hidup. Men...