Chapter 3

19 5 1
                                    

Hari dimana pesta perayaan pendirian kekaisaran dimulai, dimana semua orang sibuk entah para bangsawan atau rakyat biasa.

Tentu saja seisi rumah mewah keluarga Gracewell ikut sibuk, para pelayan sibuk membuat para majikan nya terlihat indah saat di pesta dansa.

"Nona, saya sudah menyiapkan air hangat untuk mandi, silahkan bangun," ucap pelayan membangunkan Viviana.

"Hah..., kenapa harus bangun sangat pagi," ucap Viviana sambil berjalan menuju kamar mandi.

Selesai mandi, Viviana kemudian memakai gaun yang sudah di siapkan dan merias dirinya.

"Nona, silahkan pilih perhiasan yang anda ingin pakai," ucap pelayan menyuruh.

"Aku percaya pilihanmu tidak akan buruk Marry, kamu saja yang memilih," kata Viviana

"Benarkah? baiklah nona," ucap Marry.

"Viviana, kau sudah siap?" tanya Helene yang tiba tiba datang.

Viviana pun melirik kearah pintu dari tempat riasnya.

"Astaga! Apakah ini anakku?" tanya Helene lagi.

"Aku anak ibu, dan aku sudah siap bu," jawab Viviana.

"Kau cantik sekali, sangat pintar memilih gaun dan perhiasan, anakku pasti menjadi wanita tercantik di pesta dansa," puji Helene.

"Bukan aku ibu, tapi marry yang hebat memilih gaun dan perhiasan ini, dia juga yang merias saya," jawab Viviana.

"Benarkah? kau sangat hebat Marry, aku senang jika anakku bahagia, terimakasih Marry" ucap ibunya.

"Sudah, ayo kebawah, ayah sudah menunggu," ajak Helene untuk segera pergi.

=°=°=°=

Ketoplak. Ketoplak. Ketoplak.

Suara kereta kuda melaju di jalanan yang ramai, orang orang yang merayakan hari pendirian kekaisaran sangat antusias, berbagai macam atraksi banyak terlihat oleh Viviana di sepanjang perjalanan, namun ada juga orang yang memanfaatkan keramaian untuk kejahatan seperti pencopet.

Sekitar 1 jam berlalu, keluarga Gracewell sampai di istana.

Mereka bersama memasuki pintu ruangan pesta, dengan di sebutnya nama mereka oleh penjaga pintu.

"Tuan Count Theodore Grasswell, Nyonya Countess Helene Gracewell, beserta nona Viviana Gracewell memasuki ruangan," ucap pria yang bertugas menyebut nama orang yang diundang memasuki ruangan.

Semua tamu melihat kearah mereka saat nama mereka di sebut, Countess Helene dan Count Theodore memang sangat indah dan bersinar, namun yang paling indan dan bersinar diantara mereka adalah Viviana.

Semua mata tertuju pada kecantikan Viviana yang mempesona, gaun berwarna biru yang indah, dengan aksesoris yang sangat cocok dengan gaun, tentu saja semua yang di kenakan Viviana mahal, namun walaupun mahal belum tentu secantik Viviana ketika memakainya.
dipadukan dengan rambut coklat keemasan yang setengah terurai bergelombang, membuat para bangsawan lain merasa terpesona, tentu saja ada orang yang iri dengan kecantikan Viviana.

"Ayah, ibu. semua orang melihat kita," ucap Viviana tidak nyaman.

"Wajar saja, hari ini kau sangat cantik seperti peri," jawab Theodore memuji.

"Tidak usah gugup, nikmati saja pestanya," kata Helene menenangkan.

"Sepertinya aku akan pergi ke sana sebentar ibu," ucap Viviana izin pergi karena merasa tidak nyaman dengan pandangan orang orang.

Selain para tatapan yang tidak nyaman untuk Viviana, beberapa bisikan mereka terdengar oleh Viviana.

"Bukankah dia kekasih Putra Mahkota"

VIVIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang