Plan 8

376 64 6
                                    

"Hyuuga Hinata menerima pernikahan ini?" Tanya Naruto dengan nada tak percaya.

"Dia menerima lamaran yang aku ajukan?" Tanya Naruto untuk kedua kalinya. Pria itu ingin memastikan bahwa yang dirinya baca adalah benar dan bukan khayalan saja.

"Tapi semua kacau karena kau tidak mau mengaku dan malah ingin membatalkan pernikahan" ucap Sasuke yang lagi-lagi mendapat tatapan tajam dari para pengawal Naruto. Sai yang mengetahuinya langsung menggeser posisi Sasuke sehingga saat ini tubuhnya berada dibelakang Sai.

"Maksud kami adalah masih ada waktu untuk memperbaikinya. Raja bisa menemui Putri dan menjelaskan semuanya. Anda juga-" Ucapan Sai terpotong oleh Sasuke.

"Metodemu gagal bodoh-Ugh!" Sai menyikut perut Sasuke dan mendapat protes dari sang empunya.

"T-tenang semuanya... Kita bisa memperbaiki ini. Kami akan mengatur pertemuan dengan Putri Hyuuga. Bagaimana Raja?" Ucap Sai dengan keringat dingin. Matanya tidak bisa fokus dan bergerak gelisah menatap para pengawal dan Naruto secara bergantian.

Naruto menghela napas panjangnya. Sejujurnya dia merasa sangat bersalah pada Hinata karena asumsi liar terhadap calon istrinya itu. Apalagi ucapan asalnya pada dua penasehatnya yang membuat keduanya terus mengoceh padanya tiada henti.

Kemudian Naruto menatap Sai dan Sasuke bergantian, seringai kecil muncul pada wajahnya.

"Jadi dia menciumiku pasti karena dia tahu kalau itu adalah aku, benar kan?" Tanya Naruto eteng.

"APAAA?!" Bukan hanya kedua penasehatnya namun semua orang dalam satu ruangan itu berteriak karena rasa terkejutnya. Tiba-tiba pipi mereka semua ikut memanas membayangkan adegan tersebut.

🚢🛳️🚢

Disinilah Hinata dan Naruto berada. Disalah satu kafe Kerajaan Barat yang sudah disewa penuh sehingga tidak ada satu pengunjung yang datang. Naruto sedari tadi menatap Hinata lekat, sedangkan Hinata memilih menatap cangkir teh yang berada dihadapannya.

Sejak kedatangan keduanya, selama itupula keduanya tidak ada yang memulai percakapan. Waktu berjalan hampir tigapuluh menit.

Akhirnya Hinata menghela napas nya dengan keras, membuat Naruto yang sebelumnya menatap lekat Hinata kali ini memutuskan pandangannya sekejap dan kembali fokus pada Hinata.

"Jika tidak ada yang ingin disampaikan, saya harus pergi. Saya perlu-" ucapan Hinata terpotong oleh kalimat Naruto.

"Kau benar menerima pernikahan ini?" Tanya Naruto yang membuat Hinata menampilkan wajah tak percaya akibat kalimat Naruto.

"Apa kau serius ingin membatalkannya?! Wah! aku tidak habis pikir dengan ini semua. Silahkan, silahkan jika kau mau membatalkannya karena sebegitu bencinya pada-" lagi-lagi ucapan Hinata terpotong.

"Aku menyukaimu" ucap Naruto yang membuat wajah Hinata terkejut. Tiba-tiba detak jantungnya berdegup kencang.

"Hah?" Beo Hinata tidak mengerti dengan sikap pria dihadapannya ini.

Naruto tersenyum, "Aku menyukaimu. Kenapa aku harus membatalkan pernikahan jika aku yang mengajukannya lebih dahulu padamu?" Ucap Naruto lembut. Hati Hinata ngilu, tiba-tiba saja matanya mulai berkaca-kaca. Dia kebingungan dengan sikap Naruto.

"Bagaimana bisa kau mengucapkan kalimat itu. Bukankah sebelumnya kau sangat dingin padaku?" Hinata mengatupkan bibirnya rapat setelah mengucapkan kalimat tersebut. Hatinya sesak serasa dipermainkan.

Naruto mengangguk dan menampilkan senyum kecilnya pada Hinata, "Aku meminta maaf untuk itu. Itu kesalahanku karena tidak terlalu mengenalmu sehingga aku berpikiran pendek seperti sebelumnya. Tapi Hinata... Aku sungguh menyukai mu sejak melihat mu di pernikahan Pangeran Neji Hyuuga" jelas Naruto dengan nada lembutnya. Hinata menjeda kalimatnya. Menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan.

One Day Before Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang