Plan 9

536 66 7
                                    

Suara lonceng khas Kerajaan terdengar. Mempelai wanita mulai memasuki altar pernikahan dengan penuh hikmat. Saat pandangannya bertemu dengan mempelai pria, senyum tulus terlukis diwajahnya.

Tak jauh dari sana juga tampak mempelai pria memperlihatkan senyum lebarnya. Deretan giginya tampak, menandakan bahwa dia merasa bahagia.

Sesampainya Hinata berada disamping Naruto. Raja Barat-Ayah Hinata menuntun sang Putri untuk meraih lengan Naruto. Hinata mengalihkan pandangannya dari lengan Naruto dan menatap mata pria itu beberapa detik, saling bertukar senyuman sebelum menghadap pada pendeta.

"Kau sangat cantik malam ini" ucap Naruto yang mendapat deheman dari pendeta. Membuat keduanya menahan tawa.

"Bisakah kita fokus sebentar?" Mendengar kalimat tersebut dari sang pendeta membuat Naruto dan Hinata bertukar pandang. Tanpa mereka sadari senyum lebar sudah menghiasi wajah masing-masing.

Keduanya memandang sang pendeta dan mengangguk, menandakan setuju terhadap ucapan pendeta.

Beberapa proses pengambilan sumpah pernikahan telah dilaksanakan. Akhirnya Naruto dan Hinata resmi menjadi pasangan pasangan suami istri.

Saat ini keduanya tengah berganti pakaian untuk acara berikutnya yaitu pesta dansa.

Naruto telah selesai berganti pakaian terlebih dahulu sedangkan Hinata masih belum siap. Kaki pria itu melangkah menuju ke kamar ganti Hinata. Sekarang tanpa permisi, dirinya bisa langsung masuk ke kamar istrinya.

"Bukankah kalung ini terlihat berlebihan?" Tanya Hinata pada kedua pelayannya. Hinata menunggu jawaban mereka beberapa detik sebelum dirinya dikejutkan oleh sebuah tangan besar yang mengambil alih pekerjaan para pelayannya.

"Ah, kenapa kau datang kesini? Aku akan selesai sebentar lagi. Tunggulah-"

"Jika kau tidak suka dengan kalung ini, bagaimana jika kau mencoba yang satu ini?" Naruto mengganti kalung yang akan dipakai Hinata dan memasangkannya pada leher gadis itu. Kalung indah berwarna putih dengan liontin senada dengan warna matanya, Orchid.

Hinata tanpa sadar mengucapkan kata wah sebelum akhirnya dia berdiri dari duduknya dan memeluk Naruto karena bahagia dengan pemberian suaminya.

Hinata melepaskan pelukannya pada Naruto, "Ini sangat indah. Kurasa kau berlebihan dengan semua barang yang kau berikan padaku, suamiku" ucap Hinata dengan memutar tubuhnya membelakangi Naruto. Hinata berkaca kembali untuk melihat betapa indah kalung pemberian suaminya itu.

"Apanya yang berlebihan, semua itu tidak akan cukup jika berkaitan denganmu" ucap Naruto dengan memeluk pinggang Hinata dari belakang.

Hinata mendengus karena kata manis Naruto, "Terimakasih..."

Saat Hinata hendak melepaskan pelukan Naruto. Naruto malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Naruto... Bukankah kita harus menghadiri pesta dansa pernikahan kita?" Tanya Hinata dengan perasaan khawatir. Seperti dugaan Hinata, pria itu tidak mendengarkan kalimat Hinata. Dirinya sibuk dengan menciumi pundak Hinata yang terbuka.

"N-naruto, setidaknya kita harus menghadirinya seben-" belum sempat Hinata menyelesaikan kalimatnya, mulutnya sudah dibungkam oleh Naruto.

Tangan Naruto yang sebelumnya berada di pinggang Hinata, naik untuk meraih tengkuk Hinata. Memperdalam ciumannya. Ciuman yang awalnya sepihak dari Naruto, kini dibalas oleh Hinata, gadis itu juga terlena. Naruto memutar posisi Hinata menjadi berhadapan dengannya. Tanpa sadar tangan Hinata mulai mengalung erat pada leher pria itu. Sehingga ciuman mereka semakin dalam.

Naruto memapah Hinata dan merebahkan istrinya diatas kasur. Ciuman keduanya terhenti, napas mereka memburu karena kekurangan oksigen. Naruto menatap dalam Hinata, meraih wajah Hinata dan membelainya lembut. Senyum bahagia tampak jelas dimata Naruto.

One Day Before Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang