Bab 17

1.1K 124 13
                                    

“Rapat hari ini sampai disini, untuk bulan depan tolong tingkatkan kinerja kalian.” tutup Xiao Zhan setelah meeting selesai.

“Baik direktur Xiao.” jawab semua kompak, lalu mereka semua keluar satu persatu dari ruang meeting dan menyisakan Xiao Zhan dan Jiang Cheng di dalam sana.

“Zhan untuk kunjungan ke Ausi gimana? Klien mendesak kita, supaya ketemu langsung.” tanya Jiang Cheng.

Namun tidak ada jawaban dari Xiao Zhan, lelaki itu menunduk kepalanya ia sandarkan pada sisi meja dengan sebelah tangan sebagai bantalan dan tangannya yang lain memegangi perutnya.

“Zhan?” Jiang Cheng memanggil ulang, karena tidak ada jawaban. Namun lagi-lagi Xiao Zhan tidak menjawab.

Jiang Cheng yang menyadari ada hal aneh itu pun menoleh kearah Xiao Zhan, karena memang sebelumnya Jiang Cheng fokus pada layar laptop di depannya. Mengevaluasi hasil meeting barusan.

“Zhan? Kamu baik-baik saja kan?” disini Jiang Cheng mulai terlihat panik, dengan segera ia berdiri dari tempat duduknya menghampiri Xiao Zhan.

“Kamu kenapa? Wajahmu pucat sekali Zhan.” Jiang Cheng khawatir dengan kondisi Xiao Zhan yang wajahnya pucat seputih kapas.

“A-Cheng, perutku sakit.” ucap Xiao Zhan pelan, dengan keringat dingin di sekujur tubuhnya.

Jiang Cheng yang tanggap langsung menggendong Xiao Zhan di punggungnya dan keluar ruang meeting lalu membawanya ke rumah sakit.

Tentu saja itu membuat para karyawan bertanya-tanya ada apa dengan direktur mereka? Padahal baru beberapa menit yang lalu mereka melakukan meeting bersama.

Tak ada bantahan atau protes dari Xiao Zhan ketika Jiang Cheng menggendongnya, karena memang saat ini perut Xiao Zhan sedang sakit. Karena itulah ia tak punya tenaga untuk melayangkan protes.

Sesampainya di rumah sakit seorang dokter perempuan langsung menangani Xiao Zhan, setelah melakukan beberapa pemeriksaan Xiao Zhan di rujuk untuk rawat inap agar kondisinya membaik.

Karena kondisi mendesak, Jiang Cheng pun menyetujui hal tersebut tanpa menunggu pihak keluarga Xiao Zhan. Dan hal itu justru membuat sang dokter berasumsi lain padanya, ia mengira jika Jiang Cheng adalah suami Xiao Zhan.

“Tuan, sebaiknya lain kali jangan melakukan hal itu dulu. Kondisi istri anda masih hamil muda, itu sangat beresiko akan keguguran jika melakukan hubungan intim.” ucap dokter wanita tersebut pada Jiang Cheng.

“Hah? A-apa?” tentu saja Jiang Cheng terkejut bukan main. Tapi dengan segera ia menetralkan keterkejutannya.

“O-oh ba-baik dok.” hanya itu kalimat yang keluar dari mulut Jiang Cheng.

“Saya akan meresepkan obat serta vitamin untuk di konsumsi agar kondisi istri anda segera pulih.” ucap sang dokter.

“Baik dok, terimakasih sebelumnya.” ucap Jiang Cheng, lalu ia menatap Xiao Zhan yang masih tertutup matanya karena belum sadarkan diri.

‘Hah? Bisa-bisanya dia melakukan itu lagi, padahal dia sendiri yang bilang tidak akan membuka hati pada direktur Wang.’ gerutu Jiang Cheng dalam hati.

“Bagaimana kondisi Xiao Zhan?” Wang Yibo yang baru saja datang langsung menodong Jiang Cheng dengan pertanyaan akan kondisi Xiao Zhan yang di kabarkan pingsan sesaat setelah rapat di perusahaan.

Jiang Cheng mengerjapkan matanya bingung, matanya melirik sekitar sebelum menjawab pertanyaan Wang Yibo.

“Ah, Di-dia baik-baik saja. Hanya mengalami kram perut.” jawab Jiang Cheng.

“Hey Yibo, sedang apa kamu disini?” sebuah suara membuat Wang Yibo menoleh ke belakang.

Wang Yibo baru menyadari jika di ruangan itu tidak hanya Jiang Cheng saja, namun ada dokter Wen Qing yang sedang menuliskan resep. Mungkin karena panik Wang Yibo tidak melihat keberadaannya.

“A-Qing? Kamu?” Wang Yibo tak kalah terkejut melihat dokter yang tidak lain adalah sepupunya, Wang Yibo menoleh kearah Jiang Cheng namun pemuda itu hanya mengangguk sebagai jawaban kebingungan Wang Yibo.

“Beliau dokter yang menangani direktur Xiao.” ucap Jiang Cheng.

Sang dokter mengerutkan keningnya, “Jadi kamu bukan suaminya?” tanya sang dokter.

“Bu-bukan dok, saya asisten pribadi beliau.” jawab Jiang Cheng.

“Ah maafkan aku.”

“Tidak apa-apa dok, jangan terlalu sungkan.” ucap Jiang Cheng.

Kini Wang Yibo mengerti dengan sikap aneh Jiang Cheng barusan. Itu karena adanya orang lain di ruangan tersebut, dan Jiang Cheng tahu kalau hubungan antara Wang Yibo dan Xiao Zhan tidak boleh di ketahui publik.

Bugg!!

“Hey, kenapa kamu memukulku?” keluh Wang Yibo pada dokter Wen Qing ketika kepalanya di pukul dengan clipboard yang baru saja dipakai untuk menulis resep.

“Apa yang sudah kamu lakukan padanya?” tanya dokter Wen Qing dengan tatapan kesal.

Wang Yibo mengerutkan keningnya lalu menoleh kearah Jiang Cheng seakan bertanya pada pemuda itu akan apa yang sebenarnya terjadi sebelum ia datang.

“Aku? Memangnya apa yang bisa aku lakukan?” kini Wang Yibo balik bertanya karena memang tidak mengerti akan maksud perkataan dokter Wen.

“Yibo, jangan berpura-pura bodoh di depanku. Aku tahu kalian pasti habis melakukan hubungan intim kan? Yang ada di dalam kandungan laki-laki ini anak kamu kan?” kesal dokter Wen.

Wajah Wang Yibo memerah mendengar perkataan dokter Wen. “Y-ya kami memang melakukannya.” jawab Wang Yibo dengan ekor matanya melihat ke segala arah.

“Dan kamu benar jika anak di dalam kandungan dia adalah anakku.” lanjutnya lagi.

Bugg!!

“Apa kamu sudah gila? Dia masih hamil muda, bisa-bisanya kamu melakukan hal seperti itu padanya. Apa kamu tidak memikirkan akibat buruk dari apa yang sudah kamu lakukan, Yibo?”

Seketika wajah Wang Yibo memerah, antara malu tapi juga kesal pada Wen Qing yang lagi-lagi memukulnya dengan clipboard yang berada di tangannya.

“Lain kali ajari juniormu itu untuk berpuasa. Dasar, membuatku kesal saja!” ucap dokter Wen.

“Ini resepnya, kamu cepetan tebus ke apotik agar dia bisa segera meminum obatnya.” ucap dokter Wen menyerahkan resep pada Wang Yibo.

“Biar saya saja dok.” Jiang Cheng menawarkan diri untuk menebus resepnya, baginya akan sangat bagus jika sedikit menjauh dari Wang Yibo. Dengan begitu dia akan merasa lebih tenang.

Karena sudah diambil alih Jiang Cheng, kini Wang Yibo berjalan mendekati ranjang rumah sakit. “A-apa dia baik-baik saja?” tanya Wang Yibo gugup.

Dokter Wen menghela napas, “Dia hanya mengalami kram perut, itu biasa terjadi karena kontraksi ringan akibat hubungan intim. Bisa-bisanya kamu melakukan one night stand dengannya seperti ini, gimana kalau sampai bibi tahu apa yang kamu lakukan?”

Wajah Wang Yibo semakin memerah mendengar penuturan dokter Wen, sedikit malu tapi juga ingin marah pada dokter wanita tersebut. “Apanya yang one night stand? Dia itu istriku. Bukankah wajar kalau aku melakukan itu dengannya?” jawab Wang Yibo tanpa melihat dokter Wen Qing yang membelalakkan matanya akibat terkejut.

“A-apa? Istri? Jangan mencoba untuk menipuku, Yibo. Sejak kapan kamu menikah? Kenapa tidak ada undangan yang datang ke rumahku?” dokter Wen Qing yang tadinya berniat ingin memarahi Wang Yibo akhirnya justru penasaran bagaimana bisa Xiao Zhan dan Wang Yibo menikah.

“Mungkin sudah sebulan lebih, pernikahan kami memang hanya di hadiri keluarga inti saja. Itu persyaratan yang dia ajukan sebelum menikah.” jelas Wang Yibo.

Lagi-lagi dokter Wen Qing terkejut mendengarnya, antara ia mau percaya atau tidak akan perkataan Wang Yibo barusan.

See you next chapter ...

True Love (YiZhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang