Bab 18

1.2K 132 9
                                    

“Zhan, makanlah.” ucap Wang Yibo membujuk Xiao Zhan yang sejak tadi merajuk, bibirnya mengerucut ke depan dengan wajahnya berpaling tak ingin melihat Wang Yibo yang berada di sisi lain sofa ruang tamunya.

“Aku tidak lapar.” jawabnya dengan nada kesal sambil bermain ponsel.

Xiao Zhan memberitahu Jiang Cheng agar tidak menjemputnya ke rumah sakit.

“Kamu memang tidak lapar, tapi apa kamu nggak kasihan sama anak kita? Dia butuh asupan makanan, Zhan.” bujuk Wang Yibo.

Xiao Zhan melirik sinis dengan ekor matanya, entah kenapa dia masih kesal pada Wang Yibo. Laki-laki Wang itu selalu saja mengambil tindakan sendiri tanpa bertanya apakah Xiao Zhan mau atau tidak mengikuti keputusannya.

Dan yang jadi permasalahan adalah, kali ini Wang Yibo memaksa Xiao Zhan harus tinggal bersamanya setelah pulang dari rumah sakit. Dengan alasan demi janin dalam kandungan Xiao Zhan.

Ya walaupun alasannya cukup masuk akal, mengingat selama ini Xiao Zhan tinggal sendiri dan tidak ada yang menjaganya. Tapi Xiao Zhan tidak mau tinggal satu atap dengan lelaki Wang yang menurutnya selalu membuatnya kesal itu.

Walaupun Xiao Zhan berusaha menerima kehadiran Wang Yibo dalam hidupnya, tapi bukan berarti mereka harus tinggal satu atap. Setidaknya kini Xiao Zhan sudah mulai terbiasa dengan statusnya sebagai istri Wang Yibo.

Xiao Zhan menghela napasnya kasar, “Hey Yibo, kenapa kamu selalu saja begini? Memaksaku melakukan apapun yang kamu mau.” sungutnya yang memang masih marah pada Wang Yibo.

“Ini demi kebaikanmu Zhan, bukankah dokter Wen menyarankan agar ada yang menemanimu selama kamu mengandung? Sebagai seorang suami tentu aku harus menurutinya, bukan?” dalih Wang Yibo, padahal semua memang sudah ia atur dan sudah ia kompromikan dengan dokter Wen Qing agar Xiao Zhan tidak punya alasan menolak tinggal bersamanya.

“Aku bisa urus dir...”

“Diri sendiri?” Wang Yibo memotong ucapan Xiao Zhan. “Aku tahu kamu bisa melakukannya dan aku percaya itu, tapi saat ini kamu butuh seseorang untuk menjagamu. Lihatlah kemarin kamu sampai di rawat di rumah sakit, bagaimana kalau tidak ada orang saat kamu di apartemen kamu sendiri? Bukankah itu akan sangat membahayakan dirimu dan juga calon anak kita?”

Xiao Zhan menoleh dan menatap sengit pada Wang Yibo, “Itu semua karena ulahmu yibo.”

Wang Yibo terkekeh melihat wajah kesal Xiao Zhan yang begitu menggemaskan di matanya.

“Maafkan aku, maafkan aku ... Untuk sementara aku tidak akan mengulanginya sampai kandungan kamu memasuki trimester kedua. Aku janji Zhan.” ucap Wang Yibo dengan jari telunjuk dan jari tengahnya ia acungkan ke atas diantara jemari yang lain yang ia kepalkan.

“Kamu pikir kamu bisa melakukannya setelah kandunganku memasuki trimester kedua?” Xiao Zhan seolah memberikan tatapan peringatan agar Wang Yibo tidak bisa mengulang lagi.

“Tidak akan Yibo, tidak akan pernah ada lagi lain kali. Setelah anak ini lahir, kita harus bercerai.” lanjut Xiao Zhan yang masih dengan nada kesalnya.

Mendengar itu raut muka Wang Yibo seketika berubah, dia yang tadinya menatap Xiao Zhan dengan tatapan ramah. Kini berubah menjadi tatapan datar namun menyimpan begitu banyak emosi di dalamnya.

“Jangan sekali-kali mengucapkan kata itu di depanku Zhan. Karena itu tidak akan pernah terjadi. Aku tidak mau anakku menjadi korban broken home dan kurang kasih sayang atas keegoisan orangtuanya.” ucap Wang Yibo dengan tatapan tajam menusuk membuat bulu kuduk Xiao Zhan merinding.

Melihat Wang Yibo dengan raut wajah penuh aura hitam itu membuat nyali Xiao Zhan menciut, ia tidak menyangka jika Wang Yibo akan semarah itu hanya karena ia mengucapkan kata cerai.

‘Dia? Kenapa begitu menyeramkan? Auranya sangat mendominasi sehingga membuatku terdiam tak berkutik.’ batin Xiao Zhan dengan matanya menatap kedalam manik mata Wang Yibo.

Wang Yibo beranjak dari sofa setelah mengatakan hal itu, ia masuk ke dalam kamarnya tanpa mengatakan apapun lagi. Disini Xiao Zhan merasa bingung akan sikap Wang Yibo yang tiba-tiba berubah.

“Dia kenapa? Bukankah dia menikahiku karena ingin bertanggung jawab atas perbuatannya? Kenapa seolah dia tidak mau berpisah denganku sekarang? Aneh.” gumam Xiao Zhan dengan matanya melihat kearah pintu kamar.

“Terus aku harus tidur dimana? Dia tidak mengatakan apa-apa.” Xiao Zhan melihat sekeliling mencari letak kamar lain yang mungkin saja ada.

Dua buah kopernya masih berada di dekat sofa, “Ah sudahlah, aku tidur saja di sini. Sofa ini lumayan lebar dan nyaman untuk di jadikan tempat tidur.”

Tak lama Xiao Zhan membaringkan tubuhnya diatas sofa, walaupun belum begitu mengantuk tapi Xiao Zhan berusaha untuk memejamkan matanya karena besok pagi dia harus menghadiri meeting penting dengan salah satu kliennya.

Akhir-akhir ini perusahaan Xiao memang sedang naik daun, apalagi setelah Xiao Zhan berhasil bekerjasama dengan beberapa perusahaan yang ada di daerah eropa. Membuat nama perusahaan Xiao semakin dikenal di kancah internasional.

Namun kondisi Xiao Zhan yang sedang hamil saat ini membatasi geraknya, dan harus mengurangi jadwal kunjungan ke luar negeri.

Setelah berusaha keras akhirnya Xiao Zhan tertidur dengan lelap di sofa itu hingga tak menyadari adanya orang lain yang melihatnya dengan tatapan penuh arti.

“Aku tahu saat ini mungkin kamu belum mencintaiku, tapi percayalah aku akan melakukan segala cara agar kamu bisa jatuh cinta padaku dan tidak ada celah untukmu berpisah dariku.” gumam Wang Yibo yang berdiri di samping sofa tempat Xiao Zhan berbaring.

Perlahan Wang Yibo membungkukkan badannya, sebelah tangannya ia letakkan di bawah tengkuk Xiao Zhan dan tangan yang lain berada di belakang lututnya. Tak lama tubuh pemuda itu terangkat dan berada di gendongan Wang Yibo.

Wang Yibo tersenyum melihat begitu damainya Xiao Zhan yang berada di gendongannya, sehingga walaupun tubuh pemuda itu sudah berada di gendongan Wang Yibo sama sekali ia tidak merasa terganggu.

Setelah merebahkan perlahan tubuh Xiao Zhan dan menyelimutinya, Wang Yibo menundukkan kepalanya dan mencium kening Xiao Zhan.

Setelah itu Wang Yibo berjalan meninggalkan kamar menuju ke ruang kerjanya untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang memang belum selesai. Dan untuk kedua koper Xiao Zhan, biarkan saja para maid yang mengurusnya besok pagi.

“Dia?” Xiao Zhan memegangi dadanya yang berdebar kencang tak karuan, bahkan kedua pipinya bersemu merah setelah kepergian Wang Yibo.

Sebenarnya tadi Xiao Zhan terbangun karena merasa tubuhnya terangkat, ia terkejut ketika mengetahui bahwa Wang Yibo menggendongnya menuju ke kamar. Karena akan terasa canggung jika ia membuka mata, maka Xiao Zhan lebih memilih berpura-pura tidur sampai Wang Yibo merebahkan tubuhnya di atas kasur.

“Aarggghhh.” teriak Xiao Zhan tertahan sambil membenamkan kepalanya di bawah bantal.

“Jantungku, kenapa dengan jantungku? Bahkan perutku terasa mulas.” lirih Xiao Zhan sambil memegangi dadanya.

See you next chapter ...

True Love (YiZhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang