|| BAB 2 ||

12 3 2
                                    

كن ثميناً كالسماء التي يمكن رؤيتها بسهولة ولكن لمسها يتطلب جهداً نادراً

"jadilah mahal seperti langit yang bisa dilihat dengan mudah, namun menyentuhnya membutuhkan usaha yang langka"
~@putridestianaanisa

Happy Reading

Hari ini, hari dimana seluruh anggota OSIS SMK ********** bergulir dengan pekerjaan masing-masing karena ada acara wisuda kelas 12.
Nafisa yang selesai menata kursipun duduk untuk meredakan rasa lelahnya. "Kenapa lelah sekali, tahu gini Nafisa gak mau ikut anggota OSIS, rasanya seperti kerja rodi ini mah," keluh Nafisa. "Duhh kamar mandi sebelah mana sih,"

Nafisa celingak-celinguk mencari dimana kamar mandi, dia bingung karena acara ini diadakan di salah Universitas ******, maklum sekolah Nafisa mempunyai lapangan yang tidak terlalu luas.

"Nafisa, kenapa kamu. Terlihat beda," tanya Fitran melihat Nafisa seperti menahan sesuatu.

"Ehh Fitran, apakah kamu tahu dimana kamar mandi, aku kebelet udah gak tahan ini. Dimana?" tanya Nafisa buru-buru.

"D-di bahwa Nafisa, aduh buruan yang ada kamu ngompol nanti, perlu aku antar?"

"Fitran kamu ini dasar yakali aku diantar cowok ke kamar mandi, dah itu ada kursi di lantai bawah diambil terus di tata yah, terima kasih," jawab Nafisa langsung berlari ke bawah menuju kamar mandi.

"Astaghfirullah Fitran, bego sekali kamu malah mau nganterin cewek ke kamar mandi, astaghfirullah astaghfirullah Fitran," gumam Fitran.

"Heh Fitran ngapain kamu disitu, ini bantuin malah diem aja gimana sih," teriak Melia salah satu anggota OSIS yang paling cerewet.

"Iyaaaa Melia ya ampun bisa gak sih gak usah teriak-teriak gitu bisa roboh ini gedung gara-gara suaramu,"

"Apa kamu bilang Fitran?" tegas Melia namun tak dihiraukan oleh Fitran.

Disitu sisi lain Nafisa bingung mana kamar mandi laki-laki dan mana kamar mandi wanita, hingga akhirnya dia bertemu dengan laki-laki dengan tampang seperti preman.

"Ekhem..... mau ke kamar mandi ya cantik?, mari saya antar," tawar laki-laki tersebut.

'Cantik-cantik gimana sih mas itu, orang aku kaya gini juga. Terus ngapain juga mau nganterin orang aku bisa sendiri cuma bingung yang mana kamar mandinya' batin Nafisa dalam hati.
"Tidak perlu kak saya bisa sendiri," jawab Nafisa.

"Jual mahal banget si dek, tinggal iyain napa," jawab laki-laki itu.

"Lah ya suka-suka Nafisa dong kak, emang kakak siapanya Nafisa ngajak-ngajak. Kalo Nafisa jual mahal lah kakak ini SOK KENAL," tegas Nafisa dengan menekan kata sok kenal di hadapan laki-laki tersebut.

"Ehh dek, ngapain di sini?" tanya Rifki yang tiba-tiba muncul di belakang Nafisa.

"Ini kak Nafisa mau ke kamar mandi cuma mas-mas ini malah gangguin, jadi Nafisa takut kak,"

"Maaf mas ini adek saya, tolong jangan di ganggu ya. Saya minta tolong masnya pergi dari sini emang gak malu ya di area kamar mandi putri, apa maaf mas ini agak emm," ucap Rifki sambil menggeleng kepalanya ke kiri.

"Lah Lo bukan mahasiswa ini kan? Kenapa?" kata laki-laki itu.

"Saya memang bukan mahasiswa sini kak, saya juga nggak kuliah tapi saya ada keperluan disini. Tolong pergi kak jangan ganggu adek saya atau saya bilang sama satpam di kampus ini?" ancam Rifki.

Engkau, Aku, Dia dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang