Jika memelihara sholat saja kau tak sanggup, maka percayalah hari-harimu, kehidupanmu, dan segala sesuatu tentang dirimu tidak akan terjaga. Sholat adalah inti amalan, jika sholatmu benar maka semua akan ikut benar, jika salah semua akan ikut salah.
@putridestianaanisaHappy Reading
"Temen-temen yuk sholat. Dah masuk waktu Dzuhur ini, kalo ditunda nanti yang ada gak sholat," ajak Nafisa pada teman sekelasnya.
"Nanti aja la Sa, bentar lagi. Ini lagi ngerjain tugas," ucap Nina.
"Aku sholat dirumah aja lah Sa," kata Dira.
"Sholat tinggal sholat si Sa. Kenapa coba maksa-maksa kita segala. Sok alim banget sih," ujar Vanya salah satu murid yang paling sirik.
"Aku dirumah aja Sa. Takut sunscreen ku hilang, aku gak bawa soalnya," ujar Dina.
"Okey-okey aku gak maksa kalian buat sholat kok, itu tergantung kalian mau sholat apa enggak, niatku cuma ngajak bukan memaksa. Dan kamu Vanya! Apakah nada ajakan sholatku terdengar seperti memaksa? Kurasa tidak," kata Nafisa sambil melihat ke arah Vanya.
"Kamu bilang aku sok alim? Apa aku terlihat seperti itu di matamu? Kamu ini kenapa sih, kaya gak suka sama aku! Aku salah apa ke kamu Vanya? Menyentuhmu saja aku tidak kenapa kau merasa aku ini jelek di matamu?" Ucap Nafisa panjang lebar dan membuat Vanya diam tak dapat berkata apa-apa.
Nafisa meninggalkan teman-temannya dan berjalan menuju musholla yang terletak persis di depan kelasnya. Teman-temannya memandang punggung Nafisa yang meninggalkan ruang kelasnya dan diam tak berkata-kata, karena memang Nafisa niat mengajak teman sekelasnya untuk melakukan kewajibannya, namun teman sekelasnya memang seorang yang keras kepala.
Nafisa heran siswa siswi lain yang kelasnya jauh dari musholla saja rajin, kenapa temen-temennya tidak padahal mushollanya sangat terlihat jelas. Bahkan dengan rasa tak tau malu mereka pergi menuju kantin dan melewati musholla saja tak ada respon apa-apa.
Nafisapun mengambil wudhu di tempat wudhu dan kembali ke musholla kemudian memakai mukena dan menggelarkan sajadah.
Nafisa melakukan sholat dengan hitmat walaupun banyak suara siswa yang terdengar tak enak ditelinganya, namun dia bersikap acuh tak acuh.
"Ya Allah apa hamba ini terlalu sok alim didepan mereka. Wallahi niatku hanya mengajak mereka melakukan kewajibannya ya Allah. Ya Allah beri mereka hidayah supaya mereka tak menyepelekan perintah-Mu ya Allah. Rabbana Atina Fiddunya Khasanah wa fill a khirati khasanah waqina adzabannar,"
Setelah selesai sholat, Nafisa berjalan ke arah perpustakaan. Menurutnya lebih baik dia membaca novel daripada kembali ke kelasnya, karena waktu istirahat ke dua masih 20 menit lagi.
"Hayy ibuk," sapa Nafisa pada guru perpustakaan.
"Ehh Nafisa, mau minjem novel?" tanya Bu Mila.
"Mungkin hari ini tidak buk. Cuma Nafisa mau baca di sini aja,"
"Oh yasudah lah, oh iya ibuk bawa Snack ini Nafisa. Sengaja ibuk beliin Nafisa, soalnya ibuk baru gajian ini hhhhe," ucap Bu Mila sambil menyerahkan Snack itu ke arah Nafisa.
Nafisa pun menerima sekantong plastik berukuran sedang dari tangan Bu Mila. "Aaaaa ibukkk baikkk dehhhh. Kok banyak banget ibuk?"
"Gak papa dong apa si yang gak buat anak ibuk ini," jawab Bu Mila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Engkau, Aku, Dia dan Waktu
Random~Terkadang kita mengira seseorang yang peduli dengan kita itu seseorang yang selalu ada buat kita, namun tenyata salah. Ya, Nafisa mengira Rifki lah seseorang yang tepat, ternyata tidak. Berbeda dengan Ali, sosok yang datang tanpa Nafisa minta dan m...