Happy reading🪐
Hari berikutnya setelah perdebatan di ruang olimpiade itu, sekolahan ricuh. Anak-anak bergerombol untuk membicarakan kabar terbaru. Kabar yang mengguncang satu sekolahan, terlebih aku dan Ilham.
Keluarga Kaisar bangkrut. Pagi tadi, jam dua dini hari terjadi penggerebekan di rumah besarnya. Kakek Kaisar selaku kepala keluarga dan orang tertinggi di perusahaannya dinyatakan telah melakukan korupsi besar. Hampir ratusan triliun uang yang masuk ke kantong keluarga Kaisar dengan cara kotor.
Sayang sekali. Dari kabar yang beredar, keluarganya dikhianati oleh orang-orang kepercayaan mereka. Dengan demikian mereka tidak punya sekutu untuk menyelamatkan perusahaan. Jika dilihat kembali, penggerebekan ini seperti direncanakan dengan sangat rapi. Sedari dulu keluarga Kaisar sudah menjadi incaran banyak keluarga konglomerat lainnya.
"Air." Ilham memanggilku saat aku masih asik melamun di depan kelas.
Aku menoleh, dagu Ilham bergerak mengarah ke kelas sebelah. IPA 1, Kaisar melewati gerombolan orang-orang begitu saja. Tampak acuh kemudian masuk ke dalam kelas.
Jujur saja, aku sangat kecewa dengan sikap Kaisar. Terlebih dia tidak menganggap kami sebagai teman sedangkan aku dan Ilham begitu berharap padanya. Tentu saja Ilham juga berharap kami tidak dikeluarkan dari sekolah. Jika itu terjadi, kemana lagi kami akan bersekolah? Kami bukan anak orang kaya yang bisa pindah seenaknya.
Meskipun sebenarnya aku juga kasihan melihat bisnis keluarga Kaisar hancur. Tapi aku tidak sempat mengkhawatirkan orang lain saat aku sendiri terancam dikeluarkan dari sekolah.
"Apa kita coba sekali lagi? Mungkin dia berubah pikiran," ucap Ilham, kemudian duduk di sebelahku. "Mungkin sebenarnya, dia sudah tahu kalau keluarganya akan bangkrut karena itu dia bilang kemarin akan pindah," lanjutnya. Ia tampak tidak bersemangat. Ada banyak hal yang ingin aku tanyakan pada Ilham, mungkin karena mereka pernah berteman. Sesuai dengan yang Ilham katakan mereka satu TK.
"Apa menurutmu dia pindah karena alasan itu?" tanyaku memastikan.
"Ya, meski dia murid berprestasi dia kan bukan murid beasiswa. Spp di sekolahan kita juga sangat besar, sedari awal dia sudah tahu akan jadi seperti ini karena itu dia bersiap diri untuk pindah. Kamu lihat wajahnya tadi? Dia bahkan tidak tampak terpuruk." Ilham sedikit melongokkan kepalanya. Mengintip Kaisar dari pintu kelas yang terbuka lebar. Kelas kami bersampingan jadi sebenarnya mudah untuk mengintip.
"Aneh, kan pewaris keluarga malah datang ke sekolah saat bisnis keluarganya kacau balau," sambung Ilham lagi yang akhirnya membuka pikiranku.
Benar juga. Setauku Kaisar adalah pewaris utama di keluarganya. Tapi hari ini dia bahkan datang ke sekolah dengan santai. Sama seperti hari sebelumnya, pakaiannya rapi, wangi, dan wajahnya bersinar. Sama sekali tidak terlihat sedang dalam kesusahan atau sebagainya. Tidak ada yang berubah dari Kaisar kecuali orang-orang yang yang mengerubunginya telah hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Team A: Survival Competition
FantasíaSMA Ayodhya memiliki tradisi yang mengerikan. Mereka mengelompokkan murid-murid terpilih ke dalam Tim sebagai ajang perlombaan. Sebenarnya tugas para tim hanya berlomba untuk membuat proyek tebaik. Namun, ada satu kegiatan wajib yang harus para tim...