6. Ramalan

735 115 116
                                    

Setelah pertemuan itu, kesehatan Haein semakin memburuk. Stres dan kondisi penjara membuatnya semakin lemah setiap hari. Dia merasa bahwa hidupnya sudah hancur, dan tidak ada harapan lagi untuk memperbaikinya.

Namun, di dalam hatinya yang terdalam, Haein masih memiliki secercah harapan. Dia tahu bahwa meskipun dunia ini tidak adil, dia harus terus berjuang. Meskipun tubuhnya lemah dan kesehatannya menurun, semangatnya untuk mencari keadilan tidak akan pernah padam. Haein berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan terus bertahan dan mencari cara untuk mengungkap kebenaran, tidak peduli seberapa berat jalan yang harus dilaluinya.

Haein duduk di ujung, wanita itu tidak sanggup walaupun hanya untuk berdiri saja. "Hei bangun, jangan malas-malasan kita harus kerja!" salah satu napi menendang kecil kakinya, membuat Haein terperanjat.

Wanita paruh baya itu mendesah sebal, "Astaga... apakah mentang-mentang kau mantan polwan, jadi malas-malasan? Kita sekarang sama, Nak. Ayo bangun." wanita itu mengulurkan tangan. Haein menerima tangan itu, namun membuatnya kaget. "Ya Tuhan! Tanganmu panas sekali?" wanita itu segera memeriksa tubuh Haein yang tampak melemah, bahkan entah Haein sadar atau tidak.

"Haein sakit, Haein sakit!" ia berteriak memanggil teman-temannya.

"Baru beberapa hari sudah sakit dia, apalagi bertahun-tahun?" imbuh tahanan lainnya.

"Kasihan dia, pasti bukti-bukti yang dia miliki sudah dirusak. Semuanya bisa kalau kita punya uang dan kekuasaan."

Para wanita di tahanan ini sama dengan wanita pada umumnya. Yang berbeda hanyalah, mereka melakukan kesalahan yang cukup fatal hingga mendekam di balik jeruji besi.

Wanita-wanita disana mengompres badan Haein yang panas. Merasa kasihan pada wanita malang ini, sudah bersusah payah membongkar kejahatan, dia malah terjerumus ke dalam penjara dan tentu saja titelnya sebagai polisi dicabut. Sungguh mengenaskan.

"Haein, ayo minum dulu."

Kepala Haein dipangku agar bisa minum dengan mudah. Walaupun para polisi di luar sana tidak peduli, akan tetapi wanita-wanita di dalam sel ini masih punya nurani. Tidak membiarkan Haein bekerja, membuatnya tidur saja. Ya walaupun beberapa polisi mengabsen untuk kerja, mereka beralasan saja.

Selang tiga hari, keadaan Haein sudah jauh lebih baik. Terima kasih pada para wanita di sel ini, mereka yang merawat Haein seperti anaknya sendiri. Benar, Haein adalah narapidana termuda di antara yang lain.

Kegiatan di penjara tidak hanya berdiam diri, mereka juga diberi pekerjaan disana, juga mendapat upah nantinya.

Usai hari yang melelahkan, para wanita itu berkumpul dan mulai merokok, sembari bercerita mengenai masa lalu, masa kini dan masa depan yang masih mengambang. Haein tersenyum kecil mendengar cerita-cerita mereka. Entah kenapa dunia membuat mereka terjebak, Haein tidak tau.

"Anakku masih rajin mengunjungiku disini, aku meminta maaf padanya, seandainya aku tidak menyerang selingkuhan suamiku, mungkin anakku tidak sendirian sekarang."

"Suamiku berkunjung untuk menanyakan kabar."

"Anakku naik kelas 4."

Setidaknya itu yang Haein dengar, mereka bercerita sembari merokok dan tertawa-tawa. Haein juga ingin mencobanya, sebab para wanita itu tampak asik sekali dengannya.

"Aku mau coba." pinta Haein, menunjuk rokok.

"Kau pasti batuk-batuk kalau tidak pernah mencobanya."

Haein mengangguk, "Aku mau coba."

Wanita itu menyerahkan sebatang rokok pada Haein beserta koreknya.

Wanita itu menyerahkan sebatang rokok pada Haein beserta koreknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✅Love In Disguise | Kim soohyun Kim jiwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang