DALAM CERITA INI HANYA FIKSI
DAN DILARANG MENYEBARKAN CERITA KE MEDIA SOSIAL MANAPUN
TERIMAKASIH SEBELUMNYA
*
*
*
.
.
.
"Tunggu sebentar, tuan putri." ucap Adel.
Dengan hati-hati dan penuh konsentrasi, Adel memegang kaki mungil Adelika di pangkuannya, memegangnya dengan lembut. Dengan sapuan lembut dan penuh perhatian, ia mulai mengecat jari-jari kakinya yang mungil dengan warna ungu, sesuai permintaan sang putri.
Ruangan itu dipenuhi keheningan total saat masing-masing anak laki-laki fokus pada tugas yang ada. Adel dan Adeleo masing-masing ditugaskan mengecat kuku kakinya, sementara Adelen, Adeleon, dan Adelon fokus pada jari-jarinya.
Bahkan si kembar, yang tidak pernah menyukai keheningan, fokus dengan saksama, ingin membuat adik perempuan mereka bahagia.
Dengan semua anak laki-laki mengelilinginya, Adelika duduk di tengah semuanya, duduk sangat diam di bangku mini merah mudanya. Ia melirik jari-jarinya, memperhatikan paman dan saudara kembarnya melapisi kuku jarinya dengan cat kuku berkilau warna merah muda dan mawar favoritnya, sebelum menatap ayahnya dan kakak laki-lakinya yang tertua saat mereka terus mengecat kuku kakinya dengan lembut. Rambut coklatnya yang panjang, yang diwarisi dari Chika, terurai di bahunya, terlepas lagi dari ikat rambutnya.
"Biar aku yang mengambilnya, putri," ucap Adelen terkekeh, berhenti sejenak dari tugasnya untuk merapikan rambut Adelen. Ia menyingkirkan rambut Adelen dengan lembut dari wajahnya, sebelum meraih ikat rambut yang jatuh dan mengikat rambutnya dengan ekor kuda rendah. Ia kemudian membetulkan jepit rambut samping yang menahan poninya, menjauhkan rambut bayinya dari wajahnya. "Semuanya lebih baik." lanjutnya.
Adelika menyeringai nakal pada pamannya, yang langsung membuat hati Adelen meleleh saat ia kembali mengecat tangan kirinya dengan warna mawar yang berkilau.
Keheningan kembali memenuhi ruangan, tetapi keheningan itu segera hilang begitu tiba.
"Hei, giliranku," ucap Adelen menyenggol Adeleon, melotot ke arah saudara kembarnya.
"Tidak, giliranmu baru saja tiba," balas Adeleon, menyenggol saudara kembarnya kembali.
Mereka terus berdebat sampai Adel angkat bicara, membuat si kembar terdiam.
"Anak-anak," ucap Adel memperingatkan, membuat kedua anak laki-laki itu mendongak ke arah ayah mereka. "Kita berbagi, ingat—kalian berdua tidak ingin mengacaukannya setelah kerja keras kalian, bukan?" lanjutnya.
"Bubba, jangan berkelahi," ucap Adelika cemberut, menatap kedua saudaranya dengan matanya yang besar seperti mata rusa betina.
Sambil mendesah karena kalah, Adeleon menyerahkan botol cat kuku itu kepada saudaranya, dan segera senyum bahagia tersungging di wajah Adelon. Adel, menyadari ekspresi cemberut di wajah Adeleon, memberi isyarat kepada putranya untuk mendekat kepadanya.
"Bagus sekali kamu membiarkan saudaramu mencoba, kawan," puji Adel, sambil menggerakkan kaki Adelika agar Jared bisa duduk di pangkuannya. "Bagaimana kalau kamu membantuku dengan cat kuku ungu?" lanjutnya.
"Baiklah, Papa!" ucap Adeleon.
Segera senyum lebar muncul, menghilangkan tanda-tanda cemberut dari ekspresi Adeleon. Adel menyerahkan botol cat kuku ungu itu kepada Adeleon, sebelum dengan lembut memegang kaki Adelikla agar Adeleon bisa mengecat jari kakinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/374037627-288-k376765.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Menyatukan Dua Dunia: Miliarder dan Arsitek (END) [TAHAP REVISI]
RomanceDALAM CERITA INI HANYA FIKSI DAN DILARANG MENYEBARKAN CERITA KE MEDIA SOSIAL MANAPUN. TERIMAKASIH SEBELUMNYA. Radelo Adel Cruz dikenal kejam. Tumbuh sebagai pewaris perusahaan multi-miliar dolar, ia segera menyadari bahwa orang-orang selalu punya mo...