Bagian 10

148 55 109
                                    

"Setiap orang memiliki hak untuk menentukan jalannya. Tidak ada yang bisa menentang, karena hidup adalah sebuah pilihan yang telah dipertimbangkan."

-If Only

***

Bagian 10 - Sebuah Nasihat

***

ENTAH sudah keberapa kalinya Kayla menguap. Cewek itu menopang dagu, berusaha menahan rasa kantuknya. Mengucek mata, pandangannya mencoba untuk tetap fokus ke depan. Berusaha memperhatikan Bu Retno yang tengah menjelaskan tentang beberapa artefak peninggalan agama hindu budha di Indonesia.

Kayla menghela napasnya panjang. Alih-alih tertarik dengan materi yang dijelaskan, matanya malah semakin tidak tahan untuk terpejam. Lima detik, sepuluh detik, suara halus milik Bu Retno mulai terdengar samar-samar. Kepalanya sudah jatuh tergeletak di atas meja. Tanpa terasa, Kayla mulai hanyut dalam tidurnya.

"Kay, bangun." bisik seseorang sambil menepuk pelan pipinya. Dari suaranya saja, Kayla bisa menebak jika itu adalah Marsha-sahabat sekaligus teman sebangkunya.

"Hmm."

"Kayla, bangunn!"

Kayla membuka matanya perlahan, menatap wajah Marsha dengan tatapan bertanya, "Kenapa sih Sha?" ujarnya.

"Tuh, daritadi lo dipanggil sama bu Retno." jawab Marsha pelan, memberi tau lewat ekor mata.

Mendengar itu, Kayla langsung menegakkan tubuhnya. Melihat ke arah Bu Retno yang sedang menatap lurus ke arahnya, seolah meminta penjelasan.

"Maaf bu, saya tadi ketiduran." ujar Kayla sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Merasa sedikit bersalah sekaligus malu karena menjadi pusat perhatian di antara teman-teman sekelasnya.

Bu Retno menganggukkan kepalanya sebagai tanggapan, sama sekali tidak terlihat marah. Wanita paruh baya dengan rok span hitam dan kemeja batik itu menampilkan senyum teduhnya, "Iya, ibu maafkan, lain kali jangan diulangi lagi ya. Sekarang mending kamu ke kamar mandi dulu, cuci muka terus kembali ke kelas."

"Baik bu." jawab Kayla patuh. Cewek itu segera bangun dari duduknya. Melangkah keluar kelas lalu menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Dalam hati, Kayla sangat amat bersyukur karena Bu Retno tidak memarahinya. Entah bagaimana jadinya jika Kayla kepergok tidur di kelas saat mata pelajaran lain, mungkin sang guru tidak akan segan-segan untuk memberinya hukuman, seperti berdiri di depan kelas atau bahkan membersihkan toilet sekolah. Ah, membayangkannya saja Kayla sudah merasa kelelahan.

"Gimana, sudah lebih mendingan?" Tanya Bu Retno ketika melihat salah satu muridnya kembali ke kelas dengan wajah yang lebih segar.

"Sudah bu."

Bu Retno mengangguk, "Sekarang kamu boleh kembali ke tempat duduk."

"Baik bu." ujar Kayla sambil tersenyum tipis. Cewek itu kembali ke tempat duduknya, membuka buku paket, dan mendengarkan penjelasan Bu Retno dengan seksama.

***

"Kay, lo nggak papa?" sebuah pertanyaan itu sontak membuat Kayla mendongak, mendapati Marsha yang tengah menatapnya dengan raut wajah penuh kekhawatiran.

Kayla mengangguk sebagai jawaban. Meletakkan kembali kepalanya dalam lipatan tangan. "Gue nggak papa kok, cuma agak ngantuk aja." jawabnya.

"Emang semalem tidur jam berapa?" tanya Marsha sambil menyodorkan susu strawberry kesukaan Kayla yang sebelumnya sudah ia tusuk dengan sedotan, bermaksud supaya cewek itu bisa langsung meminumnya.

If OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang