Bagian 13

100 26 97
                                    

"Sebagian orang tidak pernah mengira jika perlakuan kecil mereka bisa saja membuat orang lain berharap lebih banyak padanya."

-If Only

***

Bagian 13 - Alasan Jatuh Cinta

***

JIKA orang lain bertanya pada Wisya tentang alasannya menyukai Azkal, cewek itu akan menjawab dengan pasti karena Azkal itu keren. Namun, yang mereka tidak tau, dibalik jawaban tersebut tersimpan cerita yang selama ini tidak pernah Wisya ceritakan pada siapapun, termasuk kepada Kayla maupun Shania yang notabenenya adalah sahabatnya sendiri.

Wisya mematut dirinya di depan cermin kamar mandi. Ia bernapas lega ketika semburat merah di wajahnya sudah tampak berkurang sedikit. Setidaknya, setelah dibasuh dengan air, wajahnya sudah terlihat segar kembali-tidak seperti orang yang baru saja selesai menangis. Terdiam, Wisya yang sedang fokus mengelap tangannya dengan tisu itu tiba-tiba tersenyum, kembali teringat bagaimana awal pertemuannya dengan Azkal sekitar satu tahun yang lalu.

Saat itu Wisya yang baru saja sampai di kelas buru-buru menggeledah tasnya, berusaha mencari topi yang sedari pagi sudah ia persiapkan untuk dibawa ke sekolah. Sedangkan teman-teman sekelasnya sudah mulai berbaris di lapangan, membuatnya semakin panik karena tak kunjung menemukan benda yang dicarinya.

"Gimana Sya, ketemu nggak?" tanya Shania mencoba memastikan. Cewek itu menunggu di depan kelas, berjaga-jaga apabila guru piket mulai berkeliling menjalankan tugas.

Wisya menoleh ke arah Shania, menggeleng pelan, "nggak ada." ujarnya.

Shania menghela napasnya gusar. Buru-buru masuk ke dalam kelas untuk membantu Wisya menggeledah tasnya. Ia mengeluarkan semua isi tas sahabatnya, kemudian mengabsennya satu persatu sambil memasukan kembali barang-barang tersebut ke dalam tas.

"Beneran nggak ada Sya." ujar Shania menyerah.

"Yaudah Shan, gapapa. Lagian nanti pasti ada temennya kok." jawab Wisya lemah. Dirinya sudah pasrah jika harus dihukum karena tidak memakai atribut lengkap.

Shania menggeleng tegas, cewek itu menggandeng tangan Wisya untuk segera keluar dari kelas, bergegas menyusul teman-teman sekelas mereka yang sudah berbaris rapi di lapangan.

"Ada yang punya topi dua nggak?" tanya Shania sambil berteriak kecil.

"Gue punya!"

Shania bernapas lega. Cewek itu terlebih dahulu menata napasnya sebelum pergi menghampiri sang pemilik suara-Zaki, sedikit ngos-ngosan akibat berlari dari kelas menuju lapangan.

"Gue kesana dulu, lo tunggu disini!" pamitnya pada Wisya kemudian berlari kecil menuju dua barisan di sebelah mereka.

Wisya hanya mengangguk sebagai jawaban. Membiarkan Shania pergi dan meninggalkannya di barisan paling belakang. Wisya menekuk lututnya, energinya seolah habis karena terlalu takut membayangkan dirinya akan dihukum berdiri di barisan paling depan-terpisah dengan teman-teman sekelasnya-saat upacara bendera selesai. Bukannya apa, Wisya hanya tidak ingin jika dirinya nanti dicap sebagai murid yang tidak disiplin. Tentu saja, hal itu akan mencoret predikatnya sebagai murid teladan yang berhasil di dapatkannya ketika MOS kemarin.

"Hei, lo butuh topi kan?" tanya seorang cowok tiba-tiba yang membuat Wisya sontak menegakkan badannya. Cewek itu mendongak, berusaha melihat wajah seseorang yang tidak disangka memiliki tinggi cukup jauh di atasnya-mungkin sekitar 170 an sentimeter.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

If OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang