»»--bully--««

255 27 2
                                    

bruk.......

byurr.......

Tampak beberapa siswa di dalam toilet sedang melakukan perundungan pada seseorang di sana. Gelak tawa dari beberapa siswa di toilet itu terdengar menggema. Sesosok laki laki berambut kuning nampak meringkuk di bawah wastafel dengan seluruh seragamnya yang basah. Punggungnya terasa nyeri saat salah satu dari mereka mendorong tubuhnya hingga terbentur pada wastafel tadi.

" dasar mutan, bagaimana bisa rambut mu tumbuh berwarna kuning "

" benar benar menjijikkan seperti kotoran "

" ku rasa ibunya pasti juga seorang mutan "

" sama sama menjijikkannya "

Cacian dari mereka terus menusuk indra pendengar pemuda berambut blonde itu, ingin sekali dirinya melawan. Tapi nasib hidupnya tak seindah mereka, dia masuk ke SMP ini saja melalui beasiswa dan jika dia mencari masalah dengan meraka pasti beasiswanya akan di cabut. Jungoo juga telah duduk di kelas 3 SMP, sebentar lagi dia akan lulus, jungoo hanya perlu bersabar sedikit lagi dan meninggalkan neraka ini.

Setalah puas membully jungoo, murid-murid itu keluar, meninggalkan jungoo yang basah kuyub di toilet dengan punggung yang terluka.

' ughh bagaimana yah caranya aku menjelaskan pada guru nanti '

' bolos hari ini saja tak akan jadi masalah kan ' gumamnya sendiri di toilet itu

Jungoo bangkit dari duduknya, menatap cermin di toilet sekolahnya, mengamati setiap inci wajahnya. Tanpa sadar buliran air asin jatuh dari matanya, dengan lekas jungoo masuk ke dalam salah satu toilet, duduk di atas toilet dan mengunci pintunya. Kaki nya tertekuk mencoba menyembunyikan wajahnya yang sedang menangis itu.

' memangnya apa salah ku, apakah salah jika hanya sedikit berbeda dari mereka, apakah aku tak terlihat seperti manusia bagi mereka ' gumam jungoo dengan isak tangis di salah satu toilet sekolahnya.

Cukup lama jungoo di dalam toilet itu, jam pulang sekolah pun sudah terdengar. Namun jungoo masih enggan untuk keluar dari toilet itu, dia akan pulang setelah langit agak gelap saja. Jungoo takut jika dia keluar sekarang dia akan kembali di pukuli di area parkiran nanti.

Akhirnya langit berubah menjadi gelap, jungoo mencoba keluar dari toilet itu, menatap sekelilingnya yang sudah kosong, dengan langkah kaki yang cepat jungoo meninggalkan gedung sekolahnya.

" akhirnya aku bebas juga "

Junggo tersenyum senang, setidaknya jika sudah pulang sekolah begini dia baru merasa bahwa dirinya benar benar hidup. Jungoo pergi dari halaman sekolahnya itu, menyusuri jalan untuk pulang ke rumahnya. Namun saat jungoo memasuki sebuah gang, sebuah bola kasti menghantam kepala belakangnya.

Dukk....

" aww, ish siapa lagi sih " keluh jungoo dengan mengusap kepala belakangnya

" wah wah liat, akhirnya si mutan keluar dari toilet "

Mata jungoo terbelalak, tanpa menoleh pun dia tau siapa pemilik suara itu. Jungoo memilih untuk diam dan kembali berjalan menjauh dari mereka, berharap mereka tak mengejar jungoo dan jungoo bisa pulang dengan tenang malam ini. Belum jauh langkah jungoo, sebuah pemukul kasti menghantam kepalanya dari depan membuat darah mengalir dari dahi jungoo.

" ups maaf goo, ku pikir bola kasti tadi, susah melihat bola yang benar di gang yang gelap ini "

Gelak tawa mereka terdengar mengerikan, jungoo benci dirinya sendiri, kenapa hidupnya harus semenyakitkan ini, tidak bisakah dia hidup dengan tenang. Jungoo hanya ingin hidup tanpa harus takut pada manusia.

Nafas jungoo makin berat, darah di dahinya terus mengalir. Jungoo bersandar pada tembok di gang itu, mencoba menghentikan pendarahan di kepalanya dengan tangan kecilnya. Namun sebelum kesadaran jungoo sepenuhnya habis, matanya dengan samar melihat seseorang sedang membalas perlakuan teman temannya itu, jungoo melihat perkelahian itu dengan samar. Jungoo ingin berterimakasih namun kesadarannya tak mencukupi. Jungoo pingsan di gang itu dengan kondisi kepalanya yang mengerikan.

Anak itu melihat jungoo yang telah kehilangan kesadarannya, dia mendekat ke arah jungoo, berjongkok dan meletakkan jarinya di bawah hidung jungoo, memastikan apakah si blonde ini masih hidup atau telah tiada. Merasa hembusan nafas menerpa jarinya dia yakin bahwa si blonde masih hidup. Bocah itu menggendong jungoo di punggungnya dan membawanya ke rumah sakit. Dia tak ingin terlibat lebih jauh lagi, setidaknya si blonde ini telah berhutang budi padanya.




























Hehe book baru wahahahaha
Happy reading, readers tercinta ku

( ͡°з ͡°)

schooling • GunGooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang