5

211 48 2
                                    

Oliver yang bergerak menghadang langkah Mina saat gadis itu hendak pergi meninggalkan. Dia berdiri tegak di depan Mina dan menyentuh kedua lengan gadis muda itu. "Kau tidak mengerti, Kakak Ipar?"

"Apa yang tidak kumengerti? Dan kenapa kau terus memanggilku kakak ipar? Aku bukan kakak ipar."

Oliver hanya tersenyum dengan masam. Dia kemudian menatap Mina dengan sungguh-sungguh. "Kaeden bukannya ingin kau menggugurkan bayi itu. Dia ingin kau mempertahankannya."

"Apa?"

"Aku akan menanggung segalanya. Kau hanya perlu bertahan sampai bayinya lahir."

Mina menatap Kaeden sekarang. Pria itu akhirnya bisa bicara. "Apa maksudmu mempatahankan?"

"Aku memiliki garis keturunan yang memang sulit mengandung. Para tetua membutuhkan banyak usaha untuk membuat keturunan menjadi subur. Aku pikir itu juga akan berlaku padaku, jadi malam itu aku tidak ingin memakai pengaman." Terlepas dari Kaeden yang juga memang tidak dapat menahan nafsunya yang sudah memuncak. "Jadi anak itu harus dipertahankan."

"Bagaimana kalau aku tidak mau?"

Mata Kaeden memberikan sorot tidak menyenangkan. Sesuatu yang tidak akan disenangi Mina jelas akan terjadi dan mata itu menjanjikan semua itu.

"Aku harus kuliah. Aku tidak bisa hamil sekarang. Aku harus memperbaiki masa depanku."

"Aku mengerti dan aku akan membuat itu berjalan dengan semestinya. Kau tetap bisa kuliah meski hamil. Aku janji, bayi itu tidak akan merepotkanmu."

Mina memegang perutnya, dia tidak pernah merasa bayinya merepotkan. Dia hanya takut mereka tidak dapat dia berikan masa depan yang cerah. Tapi dengan kekayaan Kaeden dan bagaimana pria itu tampaknya berkuasa, Mina harusnya tidak perlu khawatir lagi. Pria itu jelas akan memberikan masa depan indah untuk bayi ini.

Apalagi bayinya memang berhak lahir ke dunia. Dia tidak bisa memilihkan takdir untuk membunuhnya saat bayi itu sendiri hidup di dalam dirinya dengan atas keinginan mereka. Mina tidak akan merenggut itu dari bayi kembarnya.

"Aku akan mempertahankannya, tapi kau janji satu hal denganku," putus Mina akhirnya.

"Katakan."

"Kau tidak boleh melarangku melihat bayinya kelak. Kapanpun aku mau melihatnya, kau harus mengizinkannya. Akses untuk bertemu dengan mereka tidak boleh kau abaikan. Jika kau setuju maka aku ...."

"Setuju. Sekarang bawa dia." Kaeden kemudian berbalik dan melangkah pergi.

Mata Mina melotot tidak percaya. "Hei!" seru gadis itu lupa di mana dia berada. Dia harusnya tidak membuat suara sebesar itu. Tapi kekesalahan kemudian memenuhi rongga dadanya. Mina menatap ke arah Oliver yang masih setiap berdiri. "Apa dia memang selalu seperti itu?"

Oliver meringis. "Kau akan membiasakan diri cepat atau lambat."

Mina hanya mengepalkan tangannya. "Ke mana kau akan membawaku pergi?"

"Ke rumah keluarga Vaughn."

"Apa?"

"Kau akan tinggal di sana mulai sekarang. Nyonya besar ingin bertemu denganmu dan melihatmu. Dia penasaran gadis yang bisa dengan cepat mengandung keturunan keluarga Vaughn. Nyonya sangat bersemangat. Dan kau hanya harus ingat satu ini, Kaeden sama sekali tidak tahu kalau malam itu akan tidur denganmu. Nyonya mengatur segalanya dan membuat aku menjadi orang yang mencari perempuannya. Semuanya direncanakan. Kaeden bisa dikatakan masuk jebakan ibunya."

Mina terkejut mendengarnya, dia baru tahu. Jadi sekarang dia mengerti kenapa Oliver yang membeli tapi Kaeden yang tidur dengannya. Segalanya menjadi masuk akal.

Dan Mina ingat soal tubuh panas dan napas tersenggal Kaeden. Apa itu artinya Kaeden melakukan segalanya karena terpaksa? Bahkan mengambil anak dalam kandungan Mina sebagai anaknya. Mungkinkah Kaeden juga tidak menginginkan anak ini? Mina menyentuh perutnya dengan agak posesif. Dia menghindari perasaan posesif itu tapi karena ada harapan di depannya, dia malah kecolongan.

"Jangan berpikir yang tidak-tidak. Kaeden senang saat mendengar kau hamil. Dia hanya tidak pandai mengekspresikan diri. Kau akan mengerti nanti."

Mina tersenyum dan mengangguk. Oliver sepertinya dapat dengan mudah membaca kekhawatirannya.

"Ayo, Kakak Ipar. Jangan biarkan biksu itu menunggu lebih lama. Karena lebih menyenangkan melihat dia berwajah dingin dibandingkan berwajah dingin dibalut amarah."

Mina sudah hendak mengoreksi panggilan Oliver tapi dia kemudian sadar bahwa itu tidak ada gunanya juga. Jadi dia hanya melangkah mengikuti langkah Oliver. Mereka keluar dari rumah sakit dan menuju ke parkiran. Oliver menjaganya dari benturan orang lain yang rasanya berlebihan. Saat tiba di dekat mobil, Oliver membukakan pintu mobil untuknya.

Mina mengucapkan terima kasih. Saat dia menatap ke dalam mobil, dia sudah menemukan Kaeden di sana. Dia terdiam sesaat.

"Kenapa, Kakak Ipar?"

Pandangan Mina menjadi masam. Dia menggeleng. Tadinya dia pikir tidak akan ada Kaeden di mobil itu, karena pria itu buru-buru pergi meninggalkan. Mina kira Kaeden akan memakai mobil lain. Tidak memiliki pilihan, Mina terpaksa masuk dan harus satu mobil dengan mahluk yang bisa membekukan perasaan ini.

Setelah Oliver masuk ke kursi depan, dia meminta sopir menjalankan mobilnya.

Kaeden melirik ke arah Mina.

"Kenapa?" tanya Mina langsung memberikan sikap depensif yang kentara.

Kaeden tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya mendekat dan membuat Mina segera mundur sampai tubuhnya memepet ke kaca mobil.. Yang membuat Mina merasa sikapnya berlebihan adalah karena Kaeden ternyata memasangkan sabuk pengaman untuknya. Itu membuat Mina berdehem salah tingkah sendiri. Sedangkan pria es itu kembali duduk di kursinya tanpa terlihat terganggu sama sekali. Oh, dia sungguh menyebalkan. Yang membuat lebih mengesalkan adalah karena mereka akan bersama sampai beberapa bulan ke depan. Mina harus segera membiasakan diri.

Tiba di rumah keluarga Vaughn, Mina menatap keluar dan menemukan rumah mewah dengan bentukan model klasik yang tampak seperti sebuah kastil.

Mina masih sibuk memperhatikan rumah saat dia melihat pintu di sampingnya terbuka. Mina terkejut menemukan Kaeden di sana. Perasaan Kaeden masih duduk bersamanya tadi. Tapi pria itu tampak pandai bergerak tanpa suara, itu membuat Mina tidak menyadarinya. Atau Mina hanya terlalu sibuk memandang keluar.

Kaeden mengulurkan tangan ke arah Mina, membuat perempuan itu menatap tidak yakin. Anggukan Kaeden memberitahunya kalau Mina harus meraih tangan itu. Mina melakukannya dan berbeda dengan penampilan Kaeden yang begitu dingin seolah sanggup membekukanmu. Tangannya malah hangat dan sampai menyusup ke perasaan Mina. Itu membuat Mina menatap Kaeden bahkan saat dia sudah keluar dari mobil. Tidak mudah mengalihkan pandangan dari marta jernih tersebut. Apalagi saat tangannya melapisi tangan Mina dengan begitu erat seolah tidak ingin melepaskannya.

"Kenapa?" tanya Kaeden datar.

Mina yang segera sadar segera menggeleng dengan gerakan tidak pasti. Dia segera menatap ke depan berusaha mengabaikan pandangan Kaeden dan degup keras yang diperdengarkan detak jantungnya.

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa ya
Bisa beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep 😘

My Little Darkness (SEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang