Chapter 8,5 In which studying doesn't feel like dying anymore

14 2 3
                                    

Jason tidak tahu kenapa pigura itu masih ada, begitu pula surat di dalamnya. Tapi satu hal yang dia ketahui: masih ada harapan.

Sesaat dia kembali berada di dalam mobil, tepatnya ke kejadian pagi tadi. Amity, alias Chen Mimi, merona di hadapannya. Karenanya.

Well, atau bisa saja wajahnya memerah karena kesal, tapi Jason memutuskan untuk menutup mata atas kemungkinan itu. Jelas-jelas Amity salah tingkah, dan menilai dari karakternya, tentu gadis itu tidak mau mengakuinya. Sekarang Jason bersyukur telah bersikap ceroboh dengan menjatuhkan kunci mobilnya. Pencuri itu memberi Jason kesempatan untuk bertemu Amity lebih sering, bahkan setelah tugas terkutuk Mrs. Bellish selesai mereka lewati.

Masih ada harapan.

Lalu di detik berikutnya Jason mengerang, meletakkan pigura yang dipegangnya itu dengan posisi menghadap ke bawah. Dirinya tidak paham kenapa masih harus melakukan semua ini. Membuka ponselnya, Jason menyusuri pesan di TikTok dan membuka percakapannya bersama Julia. Kebanyakan isinya adalah video yang mereka kirimkan pada satu sama lain, yang mana merupakan cuplikan adegan di Haikyu dipadu lagu Taylor Swift. Tapi bukan itu tujuan utamanya mengakrabkan diri dengan Julia Schmidt.

'Ketika menyukai seorang gadis, dekati juga temannya karena mereka informan terbaik.'
—Jason Wanward.

Kecuali, Jason tidan menyukai Amity seperti itu. Apa salahnya mengetahui kegemaran calon sahabatnya selain mengoceh, makan, dan menatap tajam Jason?

Tapi semua itu harus dilakukan dengan saksama, penuh pertimbangan. Pembahasan soal Amity hanya bisa berlangsung di situasi yang tepat. Misalnya setelah Jason dan Julia membahas panjang lebar soal mengapa penting bagi Karasuno untuk kalah pada pertandingan pertama mereka di turnamen musim semi, serta bagaimana itu memengaruhi perkembangan karakternya. Atau bagaimana mereka meraung dengan huruf kapital setelah melihat video editan soal Kageyama dengan lagu The Prophecy—Julia teman diskusi yang menyenangkan, dan gadis itu punya analisis-analisis yang mengagumkan.

Baru setelah itu Jason bisa mulai menyelipkan pertanyaannya.

jayjay
aku heran kenapa temanmu tidak pernah bahas soal anime ini
masa mereka tidak nonton sih

cloudyspring
Sam sesekali nonton anime, tapi lebih banyak tontonan romansanya
—Amity jarang sekali nonton, lebih sering nulis

jayjay
aku juga suka anime romansa, kau tahu kimi ni todoke?
kurasa itu favoritku
apa sam nonton itu?
beneran amity tidak suka nonton sama sekali?

cloudyspring
Sam nonton, karena aku yang memaksanya, LOL
—Aku juga suka kimi ni todoke!!!
—Amy kadang memang sedikit sulit dipahami. Kadang aku merasa dia terlalu banyak menulis?? Aku tahu dia suka sekali membaca komentar penggemarnya, tapi kadang aku khawatir pada kesehatannya.

Percakapan itu disambung dengan pembahasan soal anime romansa, karena tentu saja Jason tidak boleh terlalu banyak membahas soal Amity. Perlahan tapi pasti, dia akan tahu apa yang sebenarnya gadis itu tuliskan tiap saatnya.

Dan ketika itulah takdir membuka jalan baginya dalam wujud keluhan Liv.

Pada umumnya Jason tidak ambil pusing dengan percakapan adiknya dengan teman-temannya, terlebih karena mereka sering mengobrol dengan pintu tertutup. Tapi kebetulan saja hari itu pintunya sedikit terbuka. Kebetulan saja Jason tertarik mendengar. Kebetulan saja Liv menyebut dua nama yang tidak asing dalam benaknya.

Alissa dan Nicholas. Ada sesuatu dari dua nama itu yang menimbulkan bunyi 'klik' di kepala Jason. Tapi pada beberapa menit pertama, Jason harus belajar mengatur napas, berusaha agar serbuan ingatan mengerikan itu tidak membuatnya menangis tanpa alasan jelas di depan sang adik.

I Swear This Time Is DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang