-----------------------------------------------
Berdiri tegak di depan cermin, gaun pengantinnya yang indah berkilauan di bawah cahaya lampu. Renda putih lembut membalut tubuhnya, menonjolkan lekuk tubuhnya yang anggun. Gaun itu dihiasi dengan manik-manik kristal yang berkilauan, menciptakan efek gemerlap yang memikat. Lengan panjang gaun itu dihiasi dengan renda yang rumit, memberikan kesan klasik dan elegan. Roknya yang mengembang terurai hingga ke lantai, menciptakan siluet yang anggun dan menawan. Serena menatap dirinya di cermin, matanya berkaca-kaca. Ia merasa seperti putri dalam dongeng, namun di balik kecantikan gaunnya, tersembunyi rasa kecewa dan ketidakrelaan. Gaun pengantin itu memang indah, namun ia bukanlah simbol
kebahagiaan yang ia impikan. Ia dipaksa
mengenakannya, untuk memenuhi keinginan kakek, untuk menjalani pernikahan yang tak ia inginkan.
Serena menghela napas, berusaha mengendalikan emosi yang berkecamuk di hatinya. Ia harus kuat, ia harus menjalani peran yang telah ditentukan untuknya.
Namun di balik senyum tipis yang dipaksakan, ia berharap suatu hari nanti, ia dapat menemukan kebahagiaan sejati, terlepas dari gaun pengantin yang indah ini.Serena dan athariz berdiri di altar, tubuh mereka tegak namun mata mereka kosong. Senyum tipis yang dipaksakan menghiasi bibir mereka, namun di baliknya tersembunyi kekecewaan dan ketidakrelaan. Jari-jari mereka saling bertautan, namun sentuhannya terasa dingin dan asing. Mereka berdua tahu bahwa pernikahan ini bukanlah hasil dari cinta, melainkan sebuah perjanjian yang dipaksakan oleh keluarga mereka.
Serena, dengan gaun pengantinnya yang berkilauan, merasa terkekang oleh tradisi dan aturan yang mengikatnya. Hatinya merindukan kebebasan, namun ia terjebak dalam ikatan yang tak terelakkan.
Athariz, dengan jasnya yang rapi,merasakan beban tanggung jawab yang berat di pundaknya. Ia terpaksa mengorbankan cita-citanya dan mimpinya untuk memenuhi keinginan keluarga. Di altar yang dihiasi bunga-bunga indah, mereka berdua merasa seperti tawanan dalam sangkar emas. Senyum mereka adalah topeng yang menyembunyikan luka batin yang dalam. Di tengah keriuhan pesta pernikahan, mereka berdua hanya bisa berharap bahwa suatu hari nanti, mereka dapat menemukan kebahagiaan sejati, terlepas dari ikatan yang memaksa mereka bersama.Seorang fotografer profesional menghampiri mereka dan berkata ;
"Senyum yaa.. satu.. dua.. tiga.. chis...!!!"
"Cekrekk"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Marriage (SERENA)
RomanceSerena dan Athariz berdiri di altar, terikat janji suci pernikahan yang terasa hampa. Senyum tipis menghiasi wajah mereka, menyembunyikan hati yang penuh luka. Pernikahan ini hanyalah sebuah formalitas, sebuah sandiwara yang harus mereka jalani de...