BAB 13

43 6 0
                                    

"Kau tahu tak apa maksud senja?" soal Ikram sambil melirik pada Qaireen di sisi nya.

"Setahu aku senja ni permulaan sebelum gelap mengusai langit." Jawap Qaireen polos yang masih fokus menconteng canvas di depannya dengan sepenuh hati seolah-olah sedang meluahkan isi perasaan yang dah lama terpendam.

"Senja itu indah kan, tapi sayang cuma sementara. Sama macam arwah bonda." Ikram melepaskan keluhan berat yang menghentikan pergerakkan tangan Qaireen dari terus menconteng canvas.

Qaireen meletakkan berus lukisan di atas meja kecil dan mengalihkan pandangan ke arah Ikram di sebelahnya. Jelas dari raut wajah Ikram menujukkan sisi yang tidak pernah dia tunjukkan pada orang ramai. Berpura-pura kuat sedangkan hati meraung meminta didengari.

"Ikram, kau pernah dengar puisi Pak Sapardi?" Soal Qaireen.

Ikram hanya menggelengkan kepala lemah.

"Bapak siapa pulak tu?" Ikram pandang Qaireen dengan senyuman sekadar mengusik.

Kalau ikutkan hati mahu saja Qaireen meluku kepala si Ikram. Namun Qaireen menjawap dengan penuh tenang.

"Salah seorang sasterawan besar Indonesia, dan ada satu puisi yang aku ingat..."

Hanya suara burung yang kau dengar
Dan tak pernah kau lihat burung itu
Tapi tahu burung itu ada di sana

Hanya desir angin yang kau rasa
Dan tak pernah kau lihat angin itu
Tapi percaya angin itu di sekitarmu

Hanya doaku yang bergetar malam ini
Dan tak pernah kau lihat siapa aku
Tapi yakin aku ada dalam dirimu

(Hanya by Sapardi Djoko Damono)

Entah mengapa bait-bait yang keluar dari mulut Qaireen mengubat sedikit rasa resah dalam dirinya.

"Yang paling penting jangan pernah rasa diri kau tengah sendiri sebab kau ada Allah SWT dan kau jugak ada aku." Qaireen tersenyum manis.

Serta merta jantung Ikram berdegup kencang. Benarkah apa yang dia dengar dari mulut Qaireen sebentar tadi?

"Ulang balik apa kau cakap tadi" Pinta Ikram sambil mendekatkan diri ke arah Qaireen.

"Aku cakap apa?" Qaireen sengaja buat tak tahu.

"Baru 10 saat tadi kau cakap..."

"Entah lah tak ingat..." Qaireen menahan ketawanya dan kembali mengambil berus lukisan untuk meneruskan karyanya yang tergendala.

"Taknak cakap ehh... okay...kalau macam tu..." Ikram mengambil berus lukisannya dan mmenghalakannya ke arah pipi Qaireen.

"Oiii" Qaireen terkejut saat terasa ada sesuatu menyentuh pipinya.
Ikram mengekek gelak melihat pipi Qaireen tercalit cat warna merah.

"Pipi merah-merah ni kenapa? Nak cendol?" Ikram mengekek gelak melihat pipi Qaireen tercalit cat warna merah olehnya.

Qaireen membalas dengan mencalitkan cat berwarna hijau pada pipi Ikram. Dan akhirnya masing-masing pecah ketawa dan suasana di rooftop semakin terang dengan lampu solar.






Setelah hampir 1 jam lebih menghabiskan masa di rooftop akhirnya mereka selesai berkarya.

"Kau tunjuk dulu..." Arah Ikram.

"Mana boleh, kau lah dulu..." Gesa Qaireen.

"Takde-takde ladies first"

Qaireen pasrah dan memusingkan canvas ke arah Ikram. Jelas gambaran panorama senja yang tergambar indah dengan penuh detail pada canvas tersebut.

EKAHALA (OG)Where stories live. Discover now